Obat bagi si perindu yaitu bertemu dengan yang dirindu. Akhirnya aku sudah menemukan obatnya, hingga rindu ini pulih karena bertemu dengan sang kekasih. Tidak perlu lama, tidak perlu berbincang berdua, dan tidak perlu bertatapan mata, karena itu zina dan tidak diperbolehkan dalam syariat Agama.
Aku hanya diperbolehkan untuk jatuh cinta, bukan berzina mengundang butiran dosa. Ya, jatuh cinta diperbolehkan, silahkan! Bahkan cinta itu fitrah bagi manusia, semua orang boleh merasakan apa yang namanya cinta, asal jangan berbuat dosa yang mengatasnamakan cinta. Berdua-duaan sebelum halal, hingga berpegangan tangan, apalagi sampai berhubungan badan itu haram, tidak diperbolehkan.
Kata siapa santri tidak mengenal cinta? Santri juga sama manusia, ia menjelma bak orang gila yang kehilangan akalnya karena rasa cinta, tapi tidak berlaku kepada seseorang yang paham ilmu agama, tidak berlaku juga kepada yang paham apa itu sopan santun dan tata krama, ia menjaga karena sudah tahu hukumnya. Bahwa tidak ada pacaran sebelum halal.
Pacaran sebelum halal hanyalah hawa nafsu belaka, syahwat yang menjadi pengendalinya, nafsu yang menjadi tolak ukurnya, dari mana itu semua? Dari diri yang tidak bisa menjaga, yang kalah dalam memerangi hawa nafsu, dan langsung tergoda oleh cinta yang semu.
Apa itu cinta? Kenapa kita selalu disibukan oleh yang namanya cinta? Karena cinta itu indah, penuh makna, maka jangan menodainya, merusaknya, dengan tumpukan dosa yang kau anggap itu mesra.
Sebelum halal...
Berbincang empat mata, merayu menggoda wanita dengan gombalan yang tiada hentinya, berjalan berdua, berboncengan mengelilingi kota, merangkul, mencium, menjamah tubuh yang seharusnya kita jaga wahai pemuda! Apakah itu yang disebut dengan cinta? Tidak! Itu hawa nafsu semata.Sebelum halal...
Berduaan ditempat yang sepi, bersembunyi seolah-olah Allah tidak melihat keadaanmu saat ini, bercumbu mesra layaknya suami istri, di mana rasa malumu wahai pemuda masa kini? Apakah itu yang disebut dengan cinta? Lagi-lagi tidak! Itu hanya dorongan syahwat semata.Lalu apa itu cinta? Apakah cinta sebelum halal itu harus ada ritual pacaran, ketemuan, berdekatan? Tidak! Justru semua itu yang mendekatkan mu kepada zina, menjerumuskan mu ke lembah dosa, dan membuatmu jauh dari Sang Pencipta.
Tidak ada yang salah dengan cinta, cuma hanya saja kita menjemput cinta dengan cara yang salah. Cinta itu fitrah, suci tak ternoda, cuma kebanyakan dari kita mengaplikasikan cinta dibarengi dengan bumbu-bumbu dosa, hingga cinta ternodai, oleh serangkaian aktivitas yang melanggar syariat islami.
Bukan aku tidak ingin berdua bersamanya dalam ruangan yang sama, bukan. Bukan aku tidak ingin menyapa dengan panggilan yang manja, bukan, dan bukan aku tidak ingin memeluk erat tubuhnya, yang gagah perwira, bukan. Aku juga sama seperti wanita lainnya, ingin dimanja, diperhatikan, dan disayang, cuma aku tahan.
Aku menahan semua itu, dengan rasa malu. Ya aku malu untuk menyapanya, bukan hanya sekedar menyapa, bahkan menatapnya saja rasanya aku tidak mampu. Bukan aku tidak punya rasa cinta, hanya saja aku pendam karena takut dosa. Aku takut jika cinta ini tumbuh, tapi salah dalam berlabuh.
Namun apa kabar para pemuda masa kini? Yang di mana sekarang yang tidak pacaran seolah-olah dianggap murahan, tidak punya cinta dan perasaan, dan ketinggalan zaman. Justru yang tidak pacaran ia sedang berperang melawan hawa nafsu, bukan dia tidak mampu, hanya saja dia punya rasa malu.
Di mana rasa malu kita? Apakah kita tidak malu menodai cinta dengan butiran-butiran dosa? Bertatapan mata, bersentuhan dengan sengaja, seolah-olah dunia milik berdua, hingga lupa bahwa diatas kita ada Sang Pencipta yang selalu mengawasi. Namun tak pernah kita menyadari.
Cinta itu buta dan tuli. Benar! Tak melihat tak mendengar. Namun, di samping kita jatuh cinta, harus ada rasa malu yang ada, sopan santun dan tata krama, dan jangan sampai melanggar syariat Agama. Jika rasa malu kita sudah tidak ada, maka silahkan berbuat semau dan sesuka kita wahai pemuda, berarti itu semua termasuk kepada golongan orang yang tidak malu berbuat dosa dihadapan Sang Pencipta, nauzubillah.
Apalagi seorang wanita. Tugasnya hanya menjadi bunga, seharum mungkin, dan menjadi gula, semanis mungkin. Jangan sampai kita seperti kumbang yang aktif mengejar, karena pada hakikatnya wanita itu dikejar bukan mengejar. Menunggu datangnya sang pujaan hati, dengan terus memperbaiki diri, bukan dengan pacaran yang melanggar syariat Islami.
Tidak ada aktivitas yang halal, bagi seseorang yang jatuh cinta sebelum halal, kecuali dengan saling mendoakan. Cukup dengan berdoa saja, mendoakan yang terbaik, dan berusaha memperbaiki diri supaya lebih baik, karena jodoh adalah cerminan dari diri. Jika kita baik, maka jodoh kita pun akan baik, begitupun sebaliknya.
Wahai anak muda, jangan disibukan oleh cinta! Silahkan jatuh cinta, asal jangan sampai salah dalam memaknainya, lebih baik kita fokus menggapai impian dan cita-cita, meng-upgrade diri, belajar dengan bersungguh-sungguh, karena pemuda yang kuat yaitu dia yang bisa menahan hawa nafsu dan syahwat, bukan ia yang langsung tergiur dengan manisnya dunia yang hanya sesaat.
Pacaran itu manis, saking manisnya banyak para pemuda yang terhipnotis. Perempuan bertabaruj keluar rumahnya, dengan berpakaian yang terbuka, berdandan dan merias wajahnya, hingga karena penampilannya banyak pemuda yang meliriknya dengan tatapan syahwat, dan itulah yang memancing adanya maksiat. Bukan hanya seorang wanita, tapi para lelaki pun matanya liar, tidak bisa menjaga pandangan, hingga ia terus melihat dengan tatapan yang penuh hasrat, dan di sanalah benih tercipta untuk bermaksiat, nauzubillah.
Coba jika para pemuda bisa menahan hawa nafsunya, cinta mau sebesar apapun juga bisa dikendalikan, tanpa harus berbuat dosa dan zina. Coba jika para wanita punya rasa malu yang ada, mungkin ia akan risih dirayu, digoda, diraba, oleh lelaki di luar sana.
Wanita itu mahal, tidak bisa ia ditatap sesuka hati, dan tidak bisa dijamah tubuhnya oleh sembarang lelaki, karena wanita itu berharga, jika rasa malu ia jadikan sebagai perias jiwa dan raga, maka malulah wahai wanita, jangan sampai kau menjadi sebesar-besarnya fitnah terhadap lelaki di luar sana, itu bukan kemuliaanmu. Punya lah rasa malu, karena itulah sebaik-baiknya mahkotamu. Jika rasa malumu sudah tidak ada, maka mahkota kemuliaanmu di simpan di mana?
Maka dari itu, wahai para pemuda yang sedang merasakan apa itu cinta. Jangan sampai kita diperbudak oleh yang namanya rasa. Hingga berani berpacaran, padahal jelas itu melanggar syariat Islam. Jatuh cinta boleh, bermaksiat jangan.
Silahkan jatuh cinta! Asal jangan sampai kita bermaksiat mengatasnamakan cinta. Silahkan punya rasa! Asal jangan sampai kita melakukan dosa, karena jatuh cinta itu di perbolehkan, tapi kalau pacaran? Pikirlah berkali-kali untuk melakukannya, karena jelas pacaran melanggar syariat Agama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhty Barbar
RomanceBarbarku hanya sekedar hiasan, untuk mendapatkanmu ku hanya menunggu takdir Ilahi.