...

157 8 0
                                    

"kak, diluar ada seseorang."

"Siapa Bu .?"

"Entah. Cowok. Ganteng pula." Adinda tak kuasa menahan tawa

Cahaya beranjak ke luar rumah. Penasaran kira-kira siapakah yang datang ke rumahnya pada jam segini
Seingatnya ia tidak ada janji dengan siapapun.

"Masnya nyari saya.?" Cahaya bertanya pada seorang pria yang duduk di kursi teras depan,pria itu seketika bangkit dari duduknya

"Iya ,saya nyari kak Cahaya." Jawab pria itu

"Silahkan duduk kembali,ada perlu apa." Cahaya mempersilahkan pria itu untuk duduk kembali

" Saya kemari hanya untuk mengambil pesanan kerudung atas nama ibu saya. Namanya Bu Henny."

Cahaya jadi teringat pada Bu Henny. Tempo hari Bu Henny memesan kerudung dan mengatakan akan mengambilnya sendiri ke rumahnya. Mungkin pria ini disuruh oleh ibunya untuk mengambil pesanan kerudungnya." Ah iya saya ingat. Sebentar akan saya ambilkan kerudungnya, permisi dulu ya." Cahaya kembali masuk ke dalam rumah

"Cieee yang disamperin pacarnya." Ibunya menertawakannya,mungkin mengira bahwa pria tadi adalah pacarnya

"Bu, dia itu mau ngambil pesanan kerudung atas nama ibunya. Kakak mana punya pacar."

Ibunya berhenti tertawa setelah mendengar penjelasan darinya

"Ini pesanan kerudungnya,bayarnya Sudah di transfer." Cahaya menyerahkan bungkusan yang berisi kerudung

"Makasih kak. Saya permisi." Pria itu pamit undur diri, Cahaya kembali masuk ke dalam rumah.Itulah ibunya pasti akan heboh jika ada pria yang datang ke rumah- menanyakannya,mungkin saja ibunya berharap agar dirinya secepatnya memiliki pendamping hidup,tapi menurut Cahaya menikah itu bukan ajang balapan,menikah itu sekali seumur hidup,menikah harus dengan orang yang tepat ,jika tidak akan terjadi hal yang tidak diinginkan
Cahaya tidak ingin kisah masa lalu ibunya dialami olehnya

....
Tin tin

Suara klakson motor diluar rumah. Entah siapa yang datang ke rumahnya sepagi ini. Naysila beranjak ke luar rumah.
"Abang." Teriaknya keras sembari berlari menghampiri Pria yang masih duduk di motornya yang tersenyum ke arahnya.

Naysila mengecup punggung tangan pria itu. Pria yang selama ini ia anggap Abangnya karena kenyataannya memang seperti itu, walaupun mereka bukan dilahirkan dari rahim yang sama ,tapi mereka sedarah karena ayah mereka sama.

"Udah mandi belum.?" Tanya Abangnya

"Udah lah ." Jawab Naysila, walaupun ini hari Minggu

"Ikut Abang yu. " Ajak Abangnya

"Kemana..?"tanya Naysila

"Nanti juga tahu sendiri. Ganti baju dulu Sanah.!" Titah Abangnya

"Kenapa harus ganti baju.?" Sahut Naysila

"Yasudah kalau tidak mau ganti baju. Kita langsung berangkat. Ayo naik."

"Tapi kita mau kemana.?"
Naysila  belum naik ke motor
Sebelum mengetahui kemana Abangnya akan membawanya

"Ikut Abang. Nanti juga tahu sendiri. " Hanya itu jawaban Abangnya

"Pake sendal dulu ya." Naysila berlari ke teras rumah,mengambil sandalnya. Saking antusiasnya bertemu dengan Abangnya hingga lupa memakai sendal.

.

.

.
"Ayo masuk." Rafael menggandeng tangan adiknya yaitu Naysila

"Bu. Ada Naysila." Ujar Rafael. Sejak ayahnya dipenjara ibunya menganggap Naysila adalah anaknya sendiri. Dan Nasya sebagai ibunya Naysila juga tidak masalah dengan itu

"Naysila,ibu kangen." Salsa memeluk anak tirinya itu

"Ibu,nay juga kangen." Naysila kerap kali menginginkan untuk mampir ke rumah ibu tirinya itu tapi ibu kandungnya kadang melarangnya

"Rafael, kamu sengaja ya bawa adikmu supaya..." Salsa menjeda ucapannya

"Iya Bu." Jawab Rafael seakan tahu yang dimaksud oleh ibunya

Rafael ingin mempertemukan ayahnya dan Naysila. Karena Naysila sejak kecil belum sempat bertemu dengan ayahnya

.

Ternyata cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang