Playing With Fire.

308 15 23
                                    

Reymond kembali ke dalam diskotik, namun di VIP room hanya terdapat Yogi yang sudah tak sadarkan diri karena terlalu banyak minum.
Sementara Jimmy masih asik bersama wanita kenalannya di depan meja bartender sembari menikmati minuman yang dipesannya.
Vian dan Lisa?
Tidak usah di tanya lagi, jiwa mereka sudah tak menapak di bumi lagi.
Dengan langkah tergesa Reymond segera menghampiri Jimmy, berharap pria itu masih sedikit sadar untuk di tanyai perihal Jeon dan Imelda sekarang berada.

"Jimm, loe lihat Jeon sama Imel kemana.?!" tanya Reymond to the point.

"Tadi sih mereka turun ke VIP room, emang sekarang gak ada??" tanya Jimmy balik.

"Kalo ada ngapain gue nanya loe disini.?"

"Paling udah balik ke kamar duluan sih.."

Reymond terdiam sejenak, sebelum tiba-tiba otak cerdasnya otomatis menyadari sesuatu.

"Anjjiinnk... Jangan sampe mereke berdua...--"

Dengan sempoyongan Jeon masih merangkul Imel dalam dekapannya, sementara Imel yang sudah tak mampu menopang beban tubuhnya sendiri, hanya pasrah mengikuti kemauan pria disampingnya tersebut.
Dengan susah payah, Jeon menempelkan ID card room untuk dapat segera masuk ke dalam.
Setelah berhasil, kini keduanya pun segera masuk.

Jeon kembali mendaratkan lumatannya pada bibir Imelda, tindakannya begitu menuntut tak terkendali.
Sementara Imelda pun mulai menikmati keadaan, perlu di ingat bahwa Jeon adalah pria yang mampu membuatnya terkagum dengan pesona pria itu.
Dan ternyata malam ini adalah malam bagaikan mimpi untuk Imel meskipun mungkin hanya sebatas cinta satu malam.

Tangan kekar Jeon terus bergerilya menyusuri setiap inci tubuh kecil dalam dekapannya.
Hingga membuat Imel sedikit memekik kala bibir tipis Jeon mulai menjelajahi leher jenjangya dengan tangan yang terus menari di sepasang aset kembarnya yang terlihat begitu penuh meski dari luar dress.
Hingga tak lama mini dress dengan tali spaghetti itu mulai turun menampilkan straples bra berwarna putih tersebut.
Seakan tak ada hari esok, Jeon segera menindih tubuh Imelda di bawahnya.
Sementara Imel hanya mampu menahan desahan sembari meremas pundak Jeon yang sedang menikmati kedua payudaranya.

"Aahh.. Mass Jeoonnh..."

Jeon tak menggubris tindakan Imelda yang menggelinjang akibat aksi gilanya.
Kancing kemeja putihnya telah berantakan, begitupula jaket yang kini telah hilang entah kemana.
Sementara keadaan Imelda sudah setengah telanjang menampilkan g-string berwarna putih dan dada yang sudah tak terbalut apa-apa.

Jeon semakin gelap mata mendaratkan ciuman pada paha sekal tersebut hingga tak lama ia pun menarik kain penutup yang sedari tadi mengganggu pikirannya.

Imelda menatap penuh damba lelaki gagah yang malam ini akan menjadi miliknya, sungguh mimpi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya bagaimana saat pria itu mencurahkan kesedihannya karena sang istri tercinta.
Imelda tak ada niatan sejak awal untuk menjadi duri dalam rumah tangga bosnya tersebut, namun kali ini ia tak bisa memungkiri untuk tak jatuh dalam pesona pria yang sudah lama dikaguminya tersebut.

Keduanya kini telah sama-sama naked dan saling menjamah satu sama lain.
Imelda pun dibuat kelimpungan dengan bibir Jeon yang sedari tadi tak berhenti menggelitik labianya.
Jujur itu adalah sentuhan pertama kali untuk Imelda dan Jeon pelakunya.

"Eemmhh.. Aku gak tahan lagi.." lirih Jeon dengan suara beratnya.

Sedangkan Imelda hanya menanggapi dengan tatapan nanar dan nafas memburu merasakan bagian bawahnya yang telah basah sejak tadi.
Jeon segera merangkak kembali keatas tubuh Imelda dan menekan kejantanannya masuk kedalam Imelda seutuhnya.

"Aakhh.. Ssaakiitt Mass..." pekik Imelda mencengkeram punggung Jeon di atasnya.

Jeon tak menjawab dan kembali mendaratkan cumbuan-cumbuan pada lehernya sembari terus menekan benda tersebut semakin masuk.
Perih, geli begitu mendominasi tubuh Imelda saat ini.
Hingga tak lama ia mengeryit cukup dalam sebagai puncak rasa sakit dan hilangnya keperawanan yang ia miliki.

Papa Rock N RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang