Bunga Tanpa Daun

300 28 37
                                    

Suasana kediaman Jeon begitu penuh haru biru saat ini.
Setelah Mitha menceritakan semua kejadian yang di alami Rose dan Jeon hingga mengakibatkan gugurnya kandungan Rose saat ini, mereka menjadi tak banyak berkata-kata.
Terutama para ayah yang saling merasa tak enak hati.
Sedangkan para ibu memilih untuk menenangkan putri dan menantunya tersebut.

"Rosie sayang, Mami harap kamu pikirin dulu mateng-mateng ya..
Mami akan coba ngomong baik-baik ke Jeon, semoga dia bisa kasih keputusan selain jalan ini." ujar Bu Kiran.

"Jeon udah mantap buat nyeleseiin semua kok Mi..
Rosie juga berfikir gimana kalo perempuan itu secepatnya hamil.
Jeon tentu harus bertanggung jawab sama dia dan calon anaknya nanti."

Bu Kiran seketika di buat terbungkam.
Pak Chandra yang biasa begitu hangat pada sang menantu pun kini tak berani berbicara apapun karena malu atas kelakuan putranya.
Rose adalah menantu satu-satunya dan tentu menantu tercinta dari orangtua Jeon.
Kedua orang itu akan begitu keras dan tegas pada anak lelakinya namun tidak pada Rose.
Hingga kadang Jeon pun merasa cemburu pada istrinya sendiri yang lebih dimanja oleh orangtuanya daripada ia yang putra kandungnya sendiri.

"Saya benar-benar minta maaf atas nama Jeonathan, Pak Wilman." gumam Pak Chandra yang kini duduk berdua di ruang tamu.

Ya mereka memutuskan beranjak keluar kamar Rose dan membicarakan masalah ini antar sesama pria.

"Saya juga minta maaf atas nama Rosellyn, bagaimanapun mereka mempunyai kesalahan masing-masing dan juga alasan masing-masing.
Dan kalaupun mereka sudah sepakat untuk menylesaikan semuanya, saya tidak bisa memaksa kehendak saya.
Bagaimanapun yang merasakan semua adalah mereka.
Dan saya sebagai ayah juga ingin melihat putri saya bahagia." ujar Pak Wilman panjang lebar.

JR.Record pagi ini memang sedikit sibuk dari hari hari biasanya.
Jeon pun sedang mengadakan meeting dengan para artis dibawah managementnya untuk project lagu-lagu mereka yang harusnya di jadwalkan di mulai pertengahan tahun ini.
Namun nyatanya semua harus tertunda karena insiden akhir-akhir ini yang membuat Jeon sedikit mangkir dari pekerjaannya.

Tampak pula Reymond yang juga mengurusi beberapa kontrak iklan ataupun pembayaran royalti untuk pengisian soundtrack beberapa film yang akan menggunakan lagu-lagu milik Jeon.

Meeting sedikit tertunda kala telefon dalam ruangan Jeon tiba-tiba berbunyi.
Maka dengan segera pria tersebut mengangkatnya dan membiarkan yang lain masih saling berdiskusi satu sama lain.

"Ya Halo.."

"Maaf Pak, ada tamu yang ingin bertemu Pak Jeon.
Beliau kini menunggu di lobi."

"Tamu atas nama siapa.!?
Saya ini masih ada meeting cukup lama lho.." ujar Jeon sembari mencatat beberapa materi dalam kertas jurnalnya.

"Emm.. Atas nama Pak Chandra Wirawan, Pak.."

Seketika Jeon menghentikan tulisannya seraya mengeryit bingung, untuk apa sang ayah datang ke kantornya saat ini.
Jika hanya ingin membicarakan tentang masalahnya dengan Rose, bukankah ia bisa menunggu saat Jeon sudah pulang nanti?

"Oh, dia ayah saya.
Suruh tunggu aja dulu, sepuluh menit lagi saya turun."

"Baik, Pak."

Akhirnya terpaksa Jeon melanjutkan meetingnya sedikit lagi sebelum ia mengakhirinya.

Pak Chandra masih duduk di kursi lobi kantor JR. Management seorang diri.
Hingga tak lama tampak Jeon baru saja keluar dari lift dan berjalan pelan menuju sang ayah.

"Papi ngapain kesini.!?" tanya Jeon.

"Papi pengen ngobrol sama kamu di tempat yang tenang."

"Yaudah ke ruangan Jeon aja.." tawar Jeon.

Papa Rock N RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang