Must be Profesional

215 13 4
                                    

Pagi-pagi sekali suasana di meja makan keluarga Jeon menjadi sedikit menegangkan.
Pelakunya tak lain adalah sepasang adik ipar dan kakak iparnya ini yang sejak tiga puluh menit berlalu berdebat ngalor ngidul tanpa henti.

"Pokoknya loe harus urus SIM dulu kalo mau beli mobil." ujar Jeon pada pendiriannya.

"Ya gampang itu mah, yang penting beli dulu ya..!!" mohon Mitha kepada Jeon dan Rose.

Jeon yang mendapat telfon tiba-tiba dari Reymond untuk segera datang ke kantor JR.Record pun, tak menggubris rengekan gadis tersebut.
Di tambah lagi dirinya harus menjemput sang putri di sekolahnya sebentar lagi karena pihak sekolah tak mengijinkan para orangtua menjemput langsung di bandara.
Maka dengan buru-buru ia kembali menyesap kopi panasnya lalu bersiap untuk segera pergi bekerja.

"Pokoknya gitu..
Belajar nyetir yang bener terus urus SIM dulu.
Baru ntar gue ijinin loe beli mobil.." ujar Jeon menunjuk pada Mitha yang hanya mentapnya dengan cemberut.

Setelah memberikan kecupan singkat di kening sang istri akhirnya kini ia pergi meninggalkan kedua wanita yang masih berada di meja makan tersebut.

"Kak.. Cem mana nih...!!?!" keluh Mitha dengan bibir cemberut pada kakaknya.

"Gue setuju ma Jeon, mending loe ikut kursus mengemudi dulu, atau minta ajarin Pak Rusdy sana."

Di usianya yang sudah 22 tahun ini nyatanya Mitha memang belum bisa membawa mobil sendiri.
Karena memang dari dulu ayahnya tak pernah mengijinkannya untuk menyetir mobil sendiri kemanapun.
Pak Wilman lebih memilih menyewakan ojek langganan ataupun mengantarkan sendiri sang putri kemanapun akan pergi.
Karena beliau tau anak bungsunya ini sedikit bar-bar, jadi membiarkan gadis itu berkeliaran dengan mobil sendiri adalah keputusan yang kurang tepat.

Sudah satu jam Jeon menunggu kedatangan bus sekolah yang membawa rombongan para siswa student exchange, salah satunya adalah Bianca.
Tak lama bus yang di nantikan tiba, lalu ia bersiap keluar dari mobil guna menyambut sang putri tercinta.
Benar saja gadis kecil itu nyatanya turun pertama kali dan langsung berlari memeluk sang ayah.
Sementara sang guru membantu menurunkan barang-barang para siswa.

"Papa, Bian kangeen.." pekik Bianca di pelukan sang ayah.

"Papa juga kangen banget sama kamu, sayang..
Ayo kita langsung pulang, Papa harus buru-buru kerja juga abis ini." ajak Jeon bersiap menggandeng sang putri sembari mengangkat kopir kecil miliknya.
Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, maka Jeon pun langsung menancap gas meninggalkan sekolah tersebut.

"Gimana sekolahnya di sana?
Asik.??" tanya Jeon.

"Asik Pa, Bian jadi punya banyak temen dari berbagai negara juga.
Terus anaknya juga pinter-pinter lagi, pokoknya Bianca seneng banget bisa ikut serta acara ini."

Jeon terkekeh mendengar antusiasme sang anak dalam bercerita tersebut, tak di pungkiri ia begitu merindukan tingkah gadis kecilnya.

"Oya, Papa pulang tour kapan.?!" tanya Bianca.

"Kemarin Papa pulang."

"Emm.. Tapi Mama baik-baik aja kan di rumah.?!"

"Baik dong..
Emang kenapa..?!"

"Nggak, Bianca cuma kangen Mama aja.
Selama dua minggu ini kan gak bisa denger suara Mama juga."

"Mama kamu juga galau mikirin kamu, karena kangen."

Keduanya terus mengorbrol panjang lebar selama perjalanan, sebenarnya hanya Bianca yang asik berceloteh, dan Jeon hanya menanggapi saja.
Karena dari tadi dirinya pun sudah telat untuk datang ke studio dimana semua akan mengevaluasi mengenai acara konser kemarin.

Papa Rock N RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang