Cerai

315 39 26
                                    

Mitha dan Robbin tak henti terus memindai jalanan ibukota yang begitu ramai demi mencari keberadaan Bianca.
Hingga secara tak sengaja ia melihat Bianca bersama dengan seorang pria dengan motor besarnya.
Dengan panik ia segera mengkode Robbin untuk menepi, takut jika orang itu sedang berusaha menculik keponakannya.

"Bin, itu Bian..!!
Cepet-cepet minggir..!!" pekik Mitha.

"Iya.."

Dengan cekatan pria itu segera memarkirkan mobilnya tak jauh dari posisi Yohan dan Bianca berada.
Dan dengan tergesa Mitha pun segera keluar dari mobil dan memanggil sang keponakan.

"Bianca....!!" panggil Mitha.

"Tante...!??" pekik Bianca seraya melepas helm begitu saja saat melihat tantenya berlari kecil ke arahnya, di ikuti oleh Robbin.

"Loe kenal cil..!?" tanya Yohan, begitu melihat atensi seseorang yang juga ia kenal.

"Iya, itu tanteku..
Adeknya Mama.." jawab Bianca.

Yohan sejenak mengangguk, namun setelah melihat pria yang kini bersama Mitha, seketika ia menyeringai.

"Pantesan nie anak ngerasa kesepian banget, di saat lagi kayak gini bahkan tantenya sendiri aja malah sibuk pacaran.." ejek Yohan.

Mitha tak menjawab dan hanya membawa Bianca ke dalam pelukannya.
Sementara Robbin kini telah berhadapan langsung dengan Yohan yang masih berada di motor besarnya.

"Mau jadi penculik ya loe..!?" desis Robbin.

"Gue bisa tuntut loe kalo yang loe tuduhin itu gak bener." gumam Robbin.

Sementara Bianca kini berbisik pada Mitha.

"Kakak itu yang nolongin aku tadi, tante.
Dia mau nganterin aku pulang kok.."

"Lain kali kamu jangan gampang percaya sama orang asing gitu aja.
Gimana kalo kamu ketemu orang jahat, hah...??!!"

"Iya, maaf.."

Sementara itu dua pria tersebut masih terlihat bersitegang, membuat Mitha sedikit takut jika mereka akan melakukan keributan di tempat umum.

"Han, makasih loe udah nolongin keponakan gue." ujar Mitha.

Yohan hanya tersenyum miring tak menjawab dan segera berlalu dengan motornya begitu saja meninggalkan mereka di sana.

Sampai dirumah, Jeon segera berlari menerobos kedalam mencari keberadaan sang anak.
Hingga ia dapat melihat gadis kecil itu ternyata sedang mengerjakan PR di kamarnya setelah makan siang.
Jeon segera masuk begitu saja dan memeluk tubuh kecil itu dalam dekapannya.
Dan bocah itupun hanya diam menerima perlakuan sang ayah yang dengan tiba-tiba itu.

"Kamu darimana, hmm..??!!" tanya Jeon khawatir.

"B.. Bian, lagi duduk aja di pinggir jalan." jawab Bianca murung.

"Gimana kalo ada orang jahat yang ganggu kamu di sana tadi.?!
Jangan kayak gitu lagi ya.."

"Iya Pa, maaf..
Aku cuma kesepian aja, karena di rumah nggak ada siapa-siapa."

Hati Jeon perih mendengar curahan hati sang anak.
Kenapa Rose begitu tega pergi dengan keadaan seperti ini.?!
Jika memang ia tak mampu tetap tinggal untuknya, setidaknya ia akan berusaha tetap tinggal untuk Bianca.

"Papa akan cari Mama kamu secepatnya, sabar ya..
Dan Papa mohon kamu jangan ngelakuin hal yang bisa membahayakan kamu lagi."

Mata sipit itu memandang sendu dan perlahan mengangguk, membuat Jeon makin tak tega dengan keadaan putrinya.
Ponselnya berbunyi, tanda telfon masuk dari pengacara yang mengurus sidang perceraiannya dengan Rose.

Papa Rock N RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang