Kenyataan

297 27 18
                                    

Rose yang di keahui mengalami pendarahan setelah pertengkarannya dengan Jeon tersebut, akhirnya segera di larikan ke rumah sakit.
Semua tampak begitu panik dan sedih menunggu Rose yang sudah satu jam berada di ruang IGD tersebut.
Mitha yang mendapat kabar bahwa sang kakak mengalami insiden menyedihkan tersebut, secepat kilat meminta ijin untuk tak mengikuti mata kuliah selanjutnya karena harus segera datang ke rumah sakit.
Dan akhirnya kini sampaiah ia berjalan dengan tergopoh-gopoh di ikuti Robbin di belakangnya.
Ya pria itu sudah berjanji bahwa akan mengantar Mitha kemanapun pergi mulai saat ini.

Bianca yang masih tampak menghapus air matanya setelah sekian lama menangis, kini berdiri lalu memeluk tantenya yang baru saja datang.
Dan tentu Mitha pun segera mendekap erat tubuh kecil keponakannya yang tampak begitu sedih tersebut.

"Ada apa sebenarnya Bi'..??" lirih Mitha kepada sang ART yang masih menunggu di sana.

"Emm.. Ibu' pendarahan, karena..--"

"Karena Papa sama Mama tadi berantem, Tante..
Bian ketakutan dengernya, karena suara Mama sama Papa sampe kedengeran dari luar kamar." sahut Bianca menahan tangisnya.

Mitha tertegun, untuk pertama kali ini ia mengetahui bahwa kedua suami istri tersebut bertengkar hingga membuat anak mereka hingga ketakutan.
Padahal ia tau betul bahwa Rose maupun Jeon tak akan pernah mau menunjukkan perdebatan di depan putri mereka.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Apa jangan-jangan..!?"

Pintu ruang IGD terbuka bersamaan seorang dokter kandungan yang baru saja keluar dari sana.
Sontak kini semua pun mendekat guna menanyakan bagaimana keadaan Rose di dalam sana.

"Dengan keluarga Ibu Rosellyn..?!" tanya Dokter.

"Iya Dok, saya adiknya..
Bagaimana keadaan kakak saya.!?" tanya Mitha khawatir.

Dokter menghela nafas berat sebelum berbicara, dan itu sukses membuat semua orang sedikit ketakutan dengan berita yang akan dokter itu sampaikan.

"Kami minta maaf, karena kami tidak bisa menyelamtkan janin di dalam kandungan Ibu Rosellyn.
Karena beliau memiliki riwayat kandungan lemah dan sepertinya faktor stress dan kegiatan yang berlebihan yang mempengaruhi keguguran tersebut."

Semua tentu merasa terpukul setelah mendengar penjelasan dokter, terlebih Mitha yang seketika limbung tersebut.
Untungnya dengan sigap Robbin menahan bahunya dari belakang agar ia tak terjatuh.

"Lalu tindakan apa lagi yang harus di lakukan Dok..!?" tanya Mitha dengan suara parau.

"Kami harus mendapat tanda tangan persetujuan dari pihak keluarga untuk operasi kuretase, yaitu pengangkatan janin dari dalam rahim."

"Baik Dok, saya yang akan menandatangani.
Asalkan segera di lakukan tindakan secepatnya untuk kakak saya." jawab Mitha.

Nyatanya saat ini Jeon sedang menyendiri di ruang kerjanya, JR.Record.
Pikirannya kacau saat mengingat bagaimana ia bisa semarah itu kepada istrinya tadi.
Namun ketika ia ingat penghianatan yang Rose lakukan, kemarahannya kembali memuncak.
Hingga kini ia berfikir siapa kiranya yang dengan beraninya mengirim bunga misterius itu kepada Rose?
Entah mengapa pikirannya selalu tertuju pada Enzo, karena yang ia tau pria itu masih saja menyimpan perasaan pada Rose hingga detik ini.

Jeon mendesah frustasi dengan punggung bersandar pada kursi kerjanya.
Dan dengan iseng kini ia menyalakan televisi yang berada di ruangannya untuk sekedar menghibur diri.
Mungkin hari ini ia akan memilih tidur di ruang kerjanya tersebut daripada pulang kerumah, karena ia tak ingin bertemu dengan Rose setelah pertengkarannya tadi.

Berkali-kali ia menggani chanel televisi dengan malas, karena memang tak ada siaran yang bermanfaat.
Hingga akhirnya ia berhenti pada satu berita infotainment dimana sebuah media memperlihatkan Rose dan Jimmy yang sedang duduk berdua di sebuah caffe.
Tak lupa caption berita tersebut yang membuat Jeon kembali meradang.

Papa Rock N RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang