Monster II

224 33 6
                                    

Jeon yang baru saja pulang dari rumah sakit, kini sedikit heran kala melihat mantan istrinya yang tampak terburu-buru hendak pergi.

"Rosie, kamu mau kemana..!?" tanya Jeon.

"A.. Aku, aku mau ke rumah sakit di Bogor."

"Ngapain.?
Siapa yang sakit.?"

"Enzo, dia di temuin orang sekitar sana dalam keadaan pingsan di depan villanya.
Mukanya babak belur kayak abis di pukulin orang." ujar Rose khawatir.

Sejenak Jeon terdiam, ternyata pria itu yang mampu membuat wanitanya panik seperti sekarang ini.

"Yaudah biar aku anterin." ujar Jeon.

"Enggak, aku bisa nyetir sendiri."

"Kamu mau terjadi apa-apa juga kalo kamu pergi dalam keadaan panik begini?!
Udah aku anterin kamu pokoknya..
Aku janji nggak akan ganggu waktu kamu berduaan sama dia disana nanti." ujar Jeon berjalan mendahului Rose.

Rose sebenarnya masih sedikit canggung mengingat kejadian semalam bersama Jeon.
Ia bingung dan salah tingkah sendiri saat berhadapan dengan pria itu seperti saat ini.
Di tambah Jeon terus memaksa untuk mengantarnya bertemu Enzo.
Rose tak ingin Jeon mendengar percakapan apapun antara dirinya dan Enzo nanti.
Namun akhirnya dengan berat hati ia mulai duduk satu mobil dengan Jeon.
Pria itu tampak tenang meski hatinya begitu kacau, tentu ia cemburu namun ia tak boleh egois.
Bagaimanapun saat ini Rose bukan miliknya ataupun Enzo, maka yang bisa ia lakukan adalah berjuang tanpa boleh memaksa keadaan.

****

Semenjak kejadian malam kemarin, Robbin benar-benar marah pada Mitha.
Bagaimana tidak, disaat dirinya mencari kesana kemari gadis itu karena takut terjadi apa-apa, nyatanya Mitha justru tampak tertawa gembira bersama Yohan dengan posisi cukup intim.

Siang itu adalah kegiatan terakhir yang mereka lakukan sebelum besok pulang.
Seperti pagi ini semua berkumpul di tepian sungai dengan bebatuan curam dan air cukup deras.
Mereka akan melakukan olahraga rafting/arung jeram tiap-tiap kelompok.
Tiap kelompok berisi 6 orang dan dipilih secara acak dari berbagai fakultas.
Awalnya undian memilih Robbin untuk ikut menjadi satu kelompok dengan Mitha, namun karena pria itu nyatanya masih marah, akhirnya ia menolak dan meminta agar posisinya di ganti dengan peserta lain.
Namun ternyata peserta lain tersebut adalah Yohan yang akan menggantikan posisinya berada dalam satu kelompok dengan Mitha.
Maka kemarahan Robbin pun semakin menjadi-jadi akhirnya.

Panitia akhirnya memberi aba-aba kepada para peserta untuk mulai meluncurkan perahu karet mereka di bibir sungai.
Mitha tentu sedikit khawatir dengan hal ini, bagaimanapun ini adalah hal pertama kali untuknya.
Yohan yang melihat kekhawatiran Mitha pun paham dan menukar posisinya menjadi di depan agar gadis itu mundur dan berada di belakangnya.

"Mundur, gue mau di depan.." ujar Yohan.

"Eh.. Posisi awal kan gue yang di depan.."

"Gue tau loe takut, lagian nggak sayang ma jidat loe kalo ntar bakal kejedot batu-batu gede disana, hah..!!??" pekik Yohan.

Mitha pun berfikir ada benarnya juga ucapan dari mulut bedebah pria itu.
Maka meski dengan sedikit mendumal, akhirnya gadis itu pun mundur dan membiarkan Yohan duduk didepannya.
Dan beberapa menit kemudian aba-aba tanda dimulai telah berbunyi.
Semua memekik seru kala meluncur dan berusaha menyeimbangkan laju perahu karet yang menghantam beberapa bebatuan besar di sana.
Namun tidak dengan Mitha, gadis itu memang takut dengan sesuatu yang berhubungan dengan berenang.
Sekuat tenaga ia justru mencengkeram kencang tali pegangan pada sisi perahu agar tak terlempar ke arus sungai.

"Bantuin dayung woy, berat nih.." pekik Yohan.

"Diem loe..!!
Loe aja sendiri yang dayung sana..!!" balas Mitha.

Papa Rock N RollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang