11

1.5K 78 1
                                    

Tekan bintangnya dulu ⭐😉





Happy Reading Everyone
🤗🤗🤗








Pagi-pagi sekali, bahkan saat matahari belum menampakkan cahayanya, Alina sudah siap dengan jubah merah panjangnya serta tudung yang menutupi kepala dan topeng yang menutupi separuh wajahnya. Rencananya Alina ingin pergi ke pasar secara diam-diam untuk menghindari Putra Mahkota yang kemungkinan besar akan menemuinya nanti.

"Anda benar-benar akan keluar?" tanya Neo melihat Alina yang sibuk menyelipkan sebuah pisau lipat di balik jubah merahnya.

"Tentu saja, Yuri tengah sakit, Perdana Menteri bilang aku boleh kemana pun karena para pelayan dan prajuritnya akan menyelidiki paviliun anggrek ini. Jadi, dari pada aku bertemu dengan Putra Mahkota sialan itu lebih baik aku pergi ke pasar melihat acara lelang setiap tiga tahun sekali itu."

"Anda memiliki cincin ruang, lalu mengapa Anda menyelipkan pisau lipat itu dipinggang Anda?" tanya Neo heran.

"Hehehe aku baru ingat, tetapi bagaimana kalau ada yang tahu aku memiliki cincin ruang tingkat legendaris?"

"Tingkatan cincin ruang legendaris hanya akan dirasakan oleh pemiliknya dan ciri fisiknya pun hanya bisa dilihat oleh pemiliknya. Jika orang lain hanya bisa merasakan kalau cincin milik Anda hanyalah cincin ruang tingkat tengah biasa."

"Hmm, aku baru tahu ... ayo cepat sebelum Putra Mahkota datang kesini! kemarin malam Putra Mahkota bilang akan menemui ku hari ini. Dan jangan lupakan topengmu," ucap Alina menarik tangan Neo.

"Tunggu, Nona, tunggu dulu. Apa Anda dekat dengan yang namanya Putra Mahkota itu? Lalu kapan Putra Mahkota itu bilang akan menemui Anda? Dan bagaimana juga Anda tahu kalau Anda akan pindah paviliun?" tanya Neo beruntun.

"Ck, cerita sambil berjalan saja, ayo cepet! Pasang dulu topeng mu itu, Neo!"

Dalam sekali lompat, Alina sudah berhasil berdiri pada dahan pohon apel yang dekat dengan jendela kamarnya, kemudian melompat lagi ke atas dinding dan mendarat sempurna di atas tanah di bagian luar paviliun anggrek, sekaligus bagian luar kediaman perdana menteri.

"Mengapa Anda harus melompat-lompat, bukankah Anda bisa menggunakan teleportasi?" tanya Neo yang baru muncul di samping Alina setelah berteleportasi.

"Hanya ingin lompat," jawab Alina acuh berjalan mendahului Neo dan mulai bercerita tentang kejadian kemarin malam.

Flashback

Setelah pamit untuk kembali ke paviliun pada Perdana Menteri, Alina sebenarnya tidak benar-benar kembali, melainkan berhenti sejenak di taman yang cukup sunyi dan sangat damai.

Alina memandangi bulan purnama yang bersinar terang, dalam angan-angannya ia selalu berandai  jika saja ia masih hidup di dunianya dulu maka Alina akan mengembangkan bisnis kakeknya lebih luas lagi. Pola sihir yang membawanya ke sini juga masih menjadi misteri, Alina ingin menanyakannya pada Neo tapi ia belum benar-benar yakin Neo berada di pihaknya. Sisa insting tajamnya berkata, ada sedikit hal janggal pada Neo.

"Kau sedih karena adikmu akan bertunangan dengan Mark?" tanya Putra Mahkota yang tiba-tiba berada di samping Alina.

"Ah, tidak Putra Mahkota, justru saya sangat bahagia karena perjodohan saya yang lalu itu di batalkan," jawab Alina terkejut dan refleks menoleh ke arah Putra Mahkota.

"Emm, benarkah? Aku dengar Nona Alina cinta mati pada putra Jenderal Utara itu," tanya Putra Mahkota sedikit ragu.

"Saya bahagia karena adik saya bisa bertunangan dan mungkin akan segera menikah dengan orang yang dicintainya, jika tentang rumor itu saya kira Putra mahkota tak akan percaya. Saya hanya akan mencintai orang yang benar-benar mencintai saya dan hanya memiliki satu wanita saja yang akan menghormati saya dan mengutamakan saya. Tuan muda Mark adalah putra dari Jenderal Utara pasti dia akan mengangkat banyak sekali selir dan saya tak menyukai itu, maka dari itu saya bahagia saat perjodohan lalu itu batal," terang Alina yang langsung menohok hati Putra Mahkota karena Putra Mahkota menginginkan Alina menjadi miliknya.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang