58 end

2.2K 65 4
                                    

Tekan bintangnya ⭐ 😉




Happy reading everyone
🤗🤗🤗










Sang Surya mengeluarkan kekuatannya, burung-burung menyorakkan semangatnya, dan ayam-ayam mendebatkan jagoannya. Kekuatan alam itu tak sedikitpun mengganggu aktivitas dua pasang kekasih di atas ranjangnya. Sang wanita terkurung dalam mimpi indahnya dan Sang pria tak jenuh memandang ciptaan sempurna di depannya.

Tangan berotot itu dengan lembut menyingkirkan anak rambut yang mengganggunya memandang penuh  wajah Sang kekasih. Tangan itu lanjut bergerak mengusap pipi putih kemerahan dan lanjut terus hingga tak tersisa satu titik yang tak dilalui usapan tangannya.

Bruk

Brak

Bruk

"HUAAAA IBUUUUUU??!!! IBUUUU??!! IBUUUU!!!"

Kedua pasang suami istri itu tersentak mendengar kebrutalan seseorang mendobrak pintu kamar mereka.

Helaan nafas panjang terdengar setelah menangkap suara tak asing di balik pintu. Dua pasang manik itu saling pandang, terkunci dengan tatapan yang intens. Keduanya saling mendekat hingga saat nyaris bibir itu bersentuhan dobrakan semakin brutal terdengar. Teriakan membahana dan jerit tangis semakin memekakkan telinga.

Ceklek

"Apa lagi?" tanya sinis Alzero. Kedua manik gelap itu menatap malas makhluk kecil yang mendongak menatapnya.

"HUAAA IBUUUUUU!" Tak mengindahkan sang ayah, balita itu menerobos di sela pintu yang terbuka.

"Kenapa sayang?" tanya Alina lembut, mengusap sayang rambut hitam balitanya.

"Kelincinya huaaaa kelincinya huaaaa IBUUUUUU!"

Mengerenyit sejenak mendengar teriakan membahana di samping telinganya, Alina melonggarkan pelukan pada balita mungilnya itu. Pandangan yang semula menatap penuh pada wajah sang balita bergulir ke arah tangan balitanya yang terulur di depannya. Kelinci putih yang menggemaskan tak sedikitpun mengeluarkan nafasnya, tetesan darah segar mengalir, menetes membasahi ranjang putihnya. Manik biru cerah itu kembali memusatkan perhatiannya pada sang balita. Tangan rampingnya terulur kembali membawa sang balita dalam pelukannya.

"Sayang, sepertinya kita salah gaya saat membuatnya. Atau jangan-jangan dia bukan anak kita? Sial siapa yang menukar anak kita sayang?!" rancau Alzero.

Bugh

Bantal putih melayang dan mendarat tepat di wajah tampan Alzero. Bibir tipisnya mengerucut saat mendapat tatapan tajam dari sang istri.

"Tutup mulutmu! Yang tertukar itu kau! Entah setan mana yang merasukiku hingga mau menerima pria tak punya hati sepertimu. Bukannya menemani istrinya yang melahirkan malah asik reuni bersama teman-temannya!"

"Sayang, saat itu aku berperang bukan reuni."

"Cih, musuh mana yang mau menyerang kerajaan hantu ini?" sinis Alina dengan tangannya yang masih aktif mengusap lembut punggung balitanya.

"Ya kalau manusia memang tidak ada tapi monster-monster gila itu—"

"Alasan!"

"Baiklah, maaf aku memang salah karena berperang di dekat hari-hari kelahiran putraku. Tapi aku juga akhirnya menemanimu melahirkan, kan?"

"Kenapa jadi kalian yang berdebat? Kelinci ini mati huuuuu dia mati karena prajurit ayah, ibu! Dia mati huuuuu."

"Sepertinya memang benar salah gaya," batin Alina menyetujui Alzero.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang