50

1.2K 59 0
                                    

Tekan bintangnya ⭐😉

Happy reading everyone
🤗🤗🤗









Seorang balita bertubuh gempal menatap kastil megah di depannya. Senyum manis terbit di bibir merah mudanya. Willy, balita itu berlari ringan dengan kaki mungilnya menuju kamar utama. Teriakan yang tak asing membuat langkanya semakin cepat.

Ceklek

Figura dan patung yang terpajang di beberapa sisi kamar teronggok di atas lantai. Kaca yang membingkai lukisan bunga mawar hancur berceceran. Kondisi kamar utama seperti telah dilanda badai, berantakan. Sosok yang menjadi penyebab meringkuk di sudut ranjang, menutup telinganya dengan kedua tangan. Sesekali tangan itu berpindah menjambak rambut hitamnya sebelum kembali menutup telinga. Kepalanya menggeleng beberapa kali mengusir bayangan mengerikan yang terus berputar di ingatannya. Raungan keputusasaan terdengar memilukan.

"Ibu?"

Sosok yang ia panggil mengangkat wajahnya. Wajah itu tampak menyedihkan, tatapan matanya kosong, ada lingkaran hitam di bawah matanya, bibirnya pecah-pecah dan pucat. Willy segera berlari merengkuh tubuh yang bergetar itu. Lelehan air mata tak dapat ia bendung, sosok yang ia puja dan agungkan terlihat menyedihkan.

"Pembunuh, dia pembunuh, Willy."

"DIA MEMBUNUH .... Di—DIA MEMBUNUH ANAKKU!"

"An—Anakku dia bunuh," ucap Alina terbata-bata. Isak tangis terdengar semakin keras.

Willy semakin erat mendekap Sang ibu. Ingatan-ingatan Alina merasuk dalam kepalanya. Dia, Sang legendaris mampu melihat kejadian yang di alami seseorang. Ingatan itu terlihat sangat mengerikan, tapi di satu sisi Willy merasakan kejanggalan.

"Anak?" Suara dari balik pintu terdengar. Pintu yang tak terlalu rapat menampakkan bayangan seseorang.

Bruak

Bugh

Bugh

Alina menyerang orang itu dengan membabi buta. Alzero menatap kosong Alina, ia pasrah menerima pukulan-pukulan yang dilayangkan untuknya.

"Apa maksudmu dengan anak?" tanya Alzero mencengkram pundak Alina tak terlalu kuat.

Alzero butuh penjelasan!

"KAU MEMBUNUH ANAKKU! KAU MEMBUNUHNYA!"

"Aku membunuhnya?"

"KAU MEMBUNUHNYA! Kau—kau mendorongku hingga perutku membentur meja. Kau tau? Darah mengalir anakku ... Anakku dia .... Aku kehilangan anakku dan kau merayakan pengangkatan Azura."

"KAU BAJINGAN! KAU AYAH YANG BURUK! KAU PEMBUNUH! KAU MEMBUNUH ANAKKU! Kau membunuhnya."

Alina luruh di atas lantai. Batinnya benar-benar terguncang. Ia ingin sekali menghancurkan Alzero, tapi naasnya kekuatannya jauh di bawah Alzero. Dia tidak mampu sekedar menyakiti Alzero dengan pukulan lemahnya itu.

Zero tertegun, dia berbalik meninggalkan Alina. Ingatannya kembali pada masa lalu. Seseorang mengatakan Permaisurinya sakit setelah ia usir kala itu. Zero tidak mengira jika sakit yang mereka katakan karena istrinya keguguran.

Zero berpikir di kehidupan-kehidupan lalu, Alina murka dan bunuh diri setelah mendapatkan ingatannya karena sakit hati atas penghianatannya. Ternyata dosanya pada Alina lebih daripada itu, dia telah membunuh anaknya. Dia membunuh anak yang mereka berdua nantikan. Dia membunuh anak yang ia perjuangkan kehadirannya.

Dia ternyata lebih biadap dari yang dipikirkan.

"Ibu, tolong dengarkan dulu penjelasan ayah. Willy merasa ada yang sedikit janggal dari—"

"Dia membunuh anakku, Willy, dia membunuhnya! Kau membela pembunuh?" Alina menatap Willy tak percaya.

"Bukan begitu maksud Willy, Bu. Willy hanya—"

"Tinggalkan aku sendiri!"

"Bu!"

"Aku mohon, tinggalkan aku sendiri!"

Mendapati ibunya yang mengusirnya, Willy berjalan perlahan keluar. Otak kecilnya terus menerka, menyatukan kejadian masa lalu Alina yang dilihatnya. Dia tetap merasa ada yang janggal, dia merasa ada beberapa dari ingatan Alina yang tidak nyambung. Seolah ada yang menghapus beberapa bagian ingatan itu.

"Aku akan menemui ayah!"

"Ayah jauh lebih baik dari cahaya itu!"

⚔️🗡️⚔️🗡️⚔️

"AKKHH, aku membunuh anakku! Aku membunuhnya?"

"Kau—kau terlalu buruk untuk Alina. Kau tidak pantas bahkan sekedar mendapatkan maafnya," ucap Alzero pada bayangan dalam kaca.

Kedua mata itu nampak merah dan berkaca-kaca, air mata jatuh membasahi pipinya. Tangan berurat itu terkepal erat hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangan. Alzero murka kepada dirinya sendiri.

"Rencana bodoh itu merenggut anakku. Hahahaha, karena rencana itu aku kehilangan semuanya!"

"Anakku, istriku, kebahagiaan kami, aku menghancurkan semuanya! AKU MENGHANCURKAN SEMUANYA!"

"Aku kehilangan semuanya," lirihnya sendu.

"Yang Mulia?" Zeo menoleh.

Leo, penasihat setianya berdiri kaku di depan pintu. Penampakan Sang Raja yang frustasi adalah hal yang telah ia lihat di 7 kehidupannya. Dia saksi perjuangan Sang Raja untuk mendapatkan cintanya.

"Aku membunuhnya, Leo. Aku membunuh anakku," ungkap Zero mencengkram pundak Leo hingga kukunya menancap pada pundaknya. Walau pundaknya berdarah, Leo tak meringis sedikitpun. Dia tau penderitaan junjungan lebih besar dari luka kecil ini.

"Apa yang sudah ku perbuat? Aku membunuh anakku sendiri," gumam Alzero frustasi.

"Alina tidak menerimaku karena aku membunuh anak kami, aku melenyapkan kebahagiaannya, Leo. Aku selalu membuatnya menderita!"

"Tenanglah, Yang Mulia. Kita bisa—"

"Tenang? Kau bilang tenang? Aku membunuh anak kami, aku membuat cintaku menderita. Aku—Aku..."

"Lalu apa yang akan Yang Mulia lakukan? Tenanglah, perjanjian itu akan berakhir di kehidupan ini. Apa yang Mulia akan membuat Ratu kembali menderita?"

"Tidak. Aku akan berakhir. Alina membenciku. Dia membenciku dia akan bahagia jika aku mati."









Tbc...

_____________________________________

Sekian di chapter ini

Terimakasih sudah menyempatkan membaca, menekan vote dan juga mengisi kolom komentar

See you next chapter 😘👋

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang