55

1.1K 46 0
                                    

Tekan bintangnya ⭐😉






Happy reading everyone
🤗🤗🤗







Pedang-pedang saling berbenturan menciptakan suara dentingan yang ngilu. Ledakan sihir dan elemen yang beradu menambah kesan mengerikan dari sebuah perang. Ceceran darah dan gelimangan mayat yang tergelatak tak mampu menyadarkan mereka akan pentingnya nyawa. Menyerang dan menyerang berharap usai dan menang. 

Bruk

Akkkhhh

Alina yang terpaku pada pemandangan disekelilingnya tersungkur setelah seseorang menyerangnya dari belakang. Azura, sang pelaku tersenyum miring ke arahnya. Tatapan mata itu penuh dengan penghinaan.

"Kau tidak akan lolos dariku, Zia!"

"ALZE-emmmm"

Bruk

Alina dibungkam, dipaksa berpindah ke tempat lain dengan teleportasi.

"Iva?"

Alina menegang mendengar suara yang sangat tidak asing itu. Auriga, pemilik suara duduk angkuh di atas singgasana. Aula kekaisaran Benua Tengah, Alina berada di tengah aula. Berlutut di tengah aula disaksikan beberapa pejabat penting Benua Tengah.

"Azura sialan!" umpatnya, mengamati tempat yang pernah dikunjunginya bersama Auriga dulu.

"Hahaha, kemarilah, sayang! Kau akan aman bersamaku," ujar Auriga menepuk pahanya mengkode Alina untuk duduk di sana.

Alina diam menunduk. Dia lebih memilih menyetabilkan tenaga dalamnya daripada menanggapi Auriga.

"Akkkhhh!!"

Sosok yang diabaikan murka, melilit leher Alina dengan seutas tali cahaya. Tali itu tak hanya mencekik tapi juga menarik Alina mendekat ke arah si pemilik.

"Berani sekali kau mengabaikanku!"

Iris gold itu menatap tajam Alina. Wajah yang memerah dan mulut yang terbuka mencari udara terlihat menggemaskan dimatanya.

"Seharusnya-"

Plass

Bruk

Serangan seseorang memutus tali itu, membuat Alina terbebas dari lilitannya. Alina menarik nafas rakus mengisi kembali rongga paru-parunya yang terasa kosong.

"Ah, ternyata anjing kecil ini masih hidup."

Alin sontak melihat anjing kecil yang dimaksud Auriga. Willy, dengan penampilannya yang mengenaskan tersenyum saat beradu padang dengan Alina. Kedua mata Alina memburam melihat kondisi Willy yang jauh dari kata baik. Luka-luka ditubuh kecil itu masih mengalirkan cairan merah. Lebam-lebam ungu juga memenuhi wajah mungilnya yang kotor.

"Jangan!"

Alina bangkit mendorong tangan Auriga yang akan mengarahkan sihirnya pada Willy. Dengan tindakan dalam waktu yang tepat itu berhasil membuat serangan Auriga meleset hingga melukai penasihat Kaisar Benua Tengah. Pria tua yang memiliki pandangan kosong itu berubah menjadi abu dalam sekejap.

Akkkhh

"Berani sekali kau menentangku!"

Tangan kanan yang kokoh itu menjambak rambut Alina, sedangkan tangan kirinya mencekik Willy dengan seutas tali cahaya. 

"Tidak, tolong jangan sakiti Willy. Lepaskan Willy, kumohon." mohon Alina dengan lelehan air mata yang berjatuhan.

"Aku akan melakukan apapun tapi tolong biarkan Willy pergi."

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang