30

841 43 0
                                    

Tekan bintangnya ⭐ ⭐






Happy reading everyone
🤗🤗🤗















Setelah memindahkan Willy ke ruang Tara, Alina kembali melanjutkan perjalanannya mencari hutan misteri untuk mendapatkan permata merah delima agar elemen waktunya bisa dibangkitkan.

Alina benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi di masa lalunya. Neo dan Dreko selalu mengungkit masa lalunya tentang harta dan tahta.  Ah, ya, dan selalu mengingatkan Alina untuk tidak pernah mengenal apalagi merasakan apa itu mencinta dan mengharapkan seseorang.

"Huh, dimana sebenarnya hutan misteri itu? Sudah berkilo-kilo meter aku berjalan tapi tidak juga menemukannya."

"Tau gini seharusnya aku tadi terus membawa Willy saja, meskipun Willy berisik dan tidak bisa diam tapi masih memiliki manfaat untuk menunjukkan jalan. Sekarang aku tidak tau dimana keberadaan ku, harus jalan ke kanan, kiri, lurus, atau kembali."

"ARRGGGHHH WILLY BUNDA MEMERLUKAN MU," teriak Alina frustasi.

"Sabar Alina sabar. Putra mu itu tengah istirahat jadi jangan mengganggunya, lebih baik kau berjalan saja daripada terus mengeluh seperti ini," gumam Alina menasihati dirinya sendiri.

Srek

Sreekkk

Srekk

Srekk

Bersamaan dengan bunyi gesekan ranting Alina merasakan aura yang mengancam tengah mengintainya, dengan waspada Alina menatap sekitarnya namun Alina tidak mendapati hal yang janggal, akan tetapi aura asing yang mengancam itu terasa semakin jelas dan dekat.

"HAHAHAHA ZIA AKHIRNYA AKU BISA BERHADAPAN DENGAN MU LAGI SETELAH RIBUAN TAHUN AKU MENANTIMU," suara seorang wanita menggema di udara. 

Dari arah belakang sebuah bayangan merah menuju ke arah Alina dan dengan mudahnya Alina dapat menghindari bayangan itu. Bayangan merah itu terus melayang mengelilingi Alina kemudian berhenti tepat lima langkah di depan Alina, berubah menjadi sesosok gadis berbaju merah darah dengan smriknya menatap Alina remeh. 

"Zia, aku menemukan mu," ucapnya dengan nada lembutnya yang mengerikan.

Alina menoleh ke samping kanan, kiri, dan belakang mencari orang yang dimaksud gadis aneh itu.

"Apa kau berbicara dengan ku, Nona? Tapi maaf namaku bukan Zia," ucap Alina berusaha sesopan mungkin.

"Berhentilah membual untuk bisa selamat dari ku, Zia, aku akan tetap membunuh mu, tidak perduli siapa namamu di kehidupan mu kali ini!"

"Hei tunggu-tunggu, kita bicarakan baik-baik dulu," ucap Alina saat gadis itu langsung menyerangnya dengan bola-bola api. 

"Sudah kubilang aku bukan Zia, namaku Alina, ALINA!" ucap Alina masih berusaha menyakinkan gadis itu kalau dia bukanlah orang yang di carinya.

Menghiraukan ucapan Alina, gadis itu terus menyerang Alina menggunakan elemen tanah yang berupa serpihan tipis dengan ujung sangat runcing. Dengan mudahnya Alina dapat menghindari serangan dari gadis bergaun merah itu, namun karena sedikit kurang fokus satu serpihan berhasil menggores lengan kiri Alina, lukanya memang tidak terlalu dalam tapi mengeluarkan darah cukup banyak sampai menetes di atas tanah.

Dejavu

Itu yang Alina rasakan. Alina yakin dia pernah mengalami kejadian seperti ini tapi kapan dan dimana Alina tidak bisa mengingatnya.

Tak lama, tiba-tiba sebuah bayangan masa lalu melintas dan berputar secara berulang-ulang serta abstrak di pikiran Alina membuat Alina merasakan sakit yang sangat teramat pada kepalanya. 

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang