37

1.6K 68 0
                                    

Tekan bintangnya ⭐ 😉


Happy reading everyone
🤗🤗🤗










Sebuah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli berbagai produk atau jasa, menjadi tujuan Alina.

Alina berteleportasi tidak sendiri, melainkan bersama seseorang yang memeluknya sebelum teleportasi berhasil dilakukan dan akhirnya orang itu ikut terbawa olehnya.

"Zero, lepaskan tanganmu!" titah Alina. 

"Kenapa sayang? Bukankah begini sangat nyaman?" tanya Zero semakin erat memeluk Alina.

"Sepertinya kau harus belajar dari Aldirk cara bersikap seorang pemimpin, orang gila dan liar seperti mu tidak tau bukan tentang kesopanan? Dan ini termasuk ketidak sopanan memeluk gadis di tengah-tengah puluhan orang yang menatapnya!" geram Alina.

Saat Zero menatap sekelilingnya, memang benar puluhan pasang mata menatapnya dan ratunya dengan pandangan terkejut serta kekagum-kagum disertai pujian yang dilontarkan untuk ratunya, Alinanya. 

Sial! Zero tidak tau kalau tujuan mereka adalah pasar dan tentu saja dia tidak menduga Alina pergi ke tempat seperti ini tanpa cadarnya. 

Tatapan setajam laser itu beradu dengan puluhan mata yang langsung pura-pura tak melihatnya dan kembali melanjutkan aktivitas mereka semula karena merasa takut dan tidak berani membuat masalah dengan pria ber-aura hitam tingkat tinggi itu.

"Menyingkirlah aku ingin bersenang-senang di sini!" ucap Alina mendorong tubuh Zero yang diam tak sedikitpun berpindah dari posisinya yang berdiri didepan Alina.

"Hei, apa yang kau lakukan dengan kalungku? Kembalikan, kem-ba-li-kan!" ucap Alina berusaha menggapai kalung Ruang Taranya dari tangan Zero. 

"Akan aku kembalikan setelah menyegelnya" jawab Zero.

Asap-asap bewarna hitam pekat mulai keluar dan menyelimuti kalung yang berada di tangannya, sebelum asap itu membuat simbol-simbol rumit secara sempurna sebuah cahaya biru melesat keluar dari dalam kalung.

"Sialan, kau ingin menyegelku bersama hewan-hewan menyebalkan itu?" pekik Aldirk tak terima.

Ya, cahaya itu adalah sosok Aldirk yang baru keluar dari ruang Tara menyusul Zero.

"Sudah selesai," ucap Zero mengembalikan kalung milik Alina dan mengabaikan Aldirk yang sudah mulai dikuasai amarah.

"Tidak perlu memikirkan untuk membukanya, sayang. Karena percuma saja hanya sihir hitam yang bisa membukanya," lanjut Zero memperingati Alina. 

"Terserah!"

Wajah Alina berubah dalam sekejap menjadi berseri-seri saat pandangannya menatap puluhan kedai yang menjual beraneka jenis makanan.

"Ingin membeli sesuatu, sayang?" tanya Zero menatap Alina yang pandangan terus mengarah pada kedai-kedai yang menjual berbagai jenis makanan.

"Tidak-tidak makanan mereka tidak bersih, lihatlah debu-debu dan serangga yang berterbangan itu, menjijikkan!" sela Aldirk sebelum Alina sempat menjawab.

"Tidak usah bersikap seakan-akan kau paling suci dan paling bersih di dunia ini, sekali mencoba makanan itu pasti kau akan langsung ketagihan," ucap Alina memutar bola matanya malas kemudian berjalan acuh menuju ke arah salah satu stand yang menjual bola-bola daging kecil yang di tusuk dan dibakar, hampir mirip dengan sate hanya saja ukurannya lebih besar diatasnya juga ditaburi bubuk cabe dan beberapa bumbu unik yang belum pernah Alina lihat.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang