52

1.2K 64 1
                                    

Tekan bintangnya ⭐😉







Happy reading everyone
🤗🤗🤗














"Kau benar-benar bajingan, ayah," ujar Willy menatap tajam Alzero.

Tanpa basa-basi lagi, Willy berteleportasi pergi dari Benua Utara. Willy sudah mendapatkan akses masuk dan keluar Benua Utara hingga dalam sekejap ia sudah berada di kastil tempat Alina tinggal. Setelah menemui Alina, Willy kembali berteleportasi menuju kastil yang berada di bagian Utara dari Benua Tengah.

"Auriga?" panggil Willy, sosok yang merasa terpanggil menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.

Auriga jelas tau kalau Willy merupakan hewan kontrak milik Alina, tapi pertanyaannya kenapa hewan kontrak ini mendatanginya.

"Apa Alina baik-baik saja?" tanyanya mendekati Willy.

"Tolong selamatkan ibuku, jauhkan dia dari Alzero," mohon Willy disertai lelehan bening yang membasahi pipi chubby-nya.

"Tentu saja, aku berjanji akan menyelamatkan Alina dari pria itu," ujar Auriga memberikan pelukan hangat untuk Willy.

Tangan putih beruratnya mengusap lembut kepala Willy, menenangkan tangis dari hewan kontrak pujaan hatinya itu.

"Jemput ibu, Willy tidak mau ibu tetap tinggal di kastil itu."

"Tentu, ayo!"

Keduanya berteleportasi dan dalam sekejap berada di taman kastil Alzero. Auriga berhasil membawa Alina tanpa usaha ekstra karena Alina sendiri dengan senang hati mengikuti ajakkan Auriga.

Auriga membawa Alina ke kastilnya. Kastil di bagian Utara Benua Tengah. Di sekeliling kastil sudah Auriga beri mantra agar Alzero tidak bisa masuk ke dalamnya. Dan Alina akan aman di dalam kastilnya.

"Bagaimana kamu bisa memiliki kastil sebesar dan semewah ini?" tanya Alina terkagum-kagum pada interior bangunan kastil.

"Yang Mulia Kaisar Benua Tengah memberikanku sedikit wilayahnya, Yang Mulia juga dengan berbaik hati membangunkanku sebuah kastil. Anggap saja kastil ini seperti milikmu sendiri. Untuk kenyamanan, aku hanya memperkejakan sedikit pelayan untuk merawat kastil," jelas Auriga dengan senyum lembutnya.

"Kau masih ingat aku tidak suka keramaian?"

"Aku masih mengingat semuanya, Iva." Keduanya saling pandang dengan senyum tulus yang manis.

"Ehem-ehem, Willy sudah mengantuk bisakah tunjukkan di mana kamar Willy," celetukan itu membuat Alina membuang muka ke samping, kedua pipinya tampak memerah.

"Ayo aku akan mengantarmu. Iva mungkin ingin ikut?"

"Ti-tidak, aku ingin melihat-lihat di bagian luar," jawab Alina terbata.

"Baiklah, aku akan segera menyusul."

Setelah mengantarkan Willy, Auriga segera menyusul Alina. Keduanya mengobrol ringan dan tertawa lepas.

"Kamu cantik," celetuk Auriga menatap Alina dalam.

"A-apa? Ah, terimakasih," Respon Alina gugup. Rona merah menghiasi pipinya.

Auriga tersenyum simpul melihat teman masa kecilnya tak berubah. Wajahnya akan merah padam setelah ia memujinya.

"Mau pergi ke tempat lain?"

"Kemana?"

"Perjamuan istana, Kaisar mengundakku," jawab Auriga dengan senyum lembutnya.

"Ti-tidak, aku belum siap bertemu banyak orang," jawab Alina lirih. Sebenarnya Alina sedikit tidak enak menolak, tapi ia benar-benar belum siap untuk bertemu orang lain di saat penampilannya mirip orang gila. Kantung mata hitam masih terlihat jelas di bawah matanya.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang