Tekan bintangnya sebelum lanjut membaca😉
Happy Reading Everyone
🤗🤗🤗Sang surya mulai menampakkan dirinya di langit, menunjukkan betapa berkuasanya ia dengan cahayanya yang memencar ke seluruh penjuru dunia. Sebagian kecil cahaya itu menelusup dari celah-celah lubang rumah reot yang berdiri di tanah luas bertumbuhkan rerumputan liar nan tinggi. Penampakan paviliun yang tampak terbengkalai bertolak belakang dengan keadaan paviliun-paviliun megah yang berada tak terlalu jauh dari kediaman utama, kediaman khusus istri-istri perdana menteri serta anak-anaknya.
"Nona, saya mohon, berhentilah menangis! Saya berjanji akan melakukan apapun untuk Nona. Saya tidak akan pernah meninggalkan Nona." Bukanya reda, ucapan itu seolah adalah minyak yang disiram ke dalam kobaran api, isak tangis menjadi raungan keputusasaan.
Yuri, nama pelayan pribadi Alina, adik kandung dari pelayan pribadi mendiang sang ibunda yang sekarang usianya genap 45 tahun. Sejak kecil ia telah mengabdikan dirinya bersama Sang kakak untuk setia melayani segala keperluan Selir Melani dan Alina.
"Pergi, tinggalkan aku sendiri!" ucapan diselingi isak tangis terdengar dari bilah bibir Alina.
"Maafkan saya, Nona. Saya tidak mungkin meninggalkan Anda dikondisi seperti ini," jawab Yuri, mengusap punggung tangan Alina menenangkannya.
"Aku butuh waktu sendiri." Lagi-lagi ucapan itu terlontar dibarengi dengan isak tangis hingga pengucapannya terdengar tak begitu jelas, tapi Yuri yang merupakan pelayan pribadinya tentu tau apa yang dimaksudkan Sang Nona.
"Baiklah, saya akan meninggalkan Anda selama beberapa waktu. Jika Nona butuh saya, silahkan untuk membunyikan lonceng di atas nakas, saya akan berusaha secepatnya untuk tiba." Dengan berat hati Yuri meninggalkan Alina, menurutnya Sang Nona mungkin perlu waktu untuk sendiri.
Berulang kali Alina menatap wajah barunya dalam cermin sebelum kembali menutup cermin kecilnya dengan kasar. Kegiatan itu telah berlangsung sejak kemarin, tepatnya setelah adegan pembullyan oleh Devina. Terhitung kegiatan membolak-balikkan cermin itu telah lebih dari 100 kali, kegiatan itu terhenti hanya ketika Alina kelelahan dan terlelap.
"Aku tidak tau jika ekpektasi benar-benar jauh dari realita," gumamnya frustasi.
Alina menyadari bahwa tubuh yang ia tempati memiliki wajah berjerawat, terbukti ketika baru bangun dan menyentuh wajahnya ia merasakan sakit dan tekstur jerawat. Ekspektasi Alina mengenai jerawat di wajah barunya mungkin cukup banyak dan ternyata realita yang dia dapatkan berhasil menjatuhkan mentalnya. Jerawat di wajahnya bukan hanya cukup banyak, tapi memenuhi seluruh wajahnya hingga tidak ditemukan titik mulus sedikitpun. Wajahnya penuh jerawat, jerawat batu dengan nanahnya yang mengerikan. Pantas saja ketika ia menekan sedikit wajahnya kala itu ia malah merasakan sakit yang bertambah.
"Tenang Alina, tidak apa-apa, ini dunia kuno. Kenapa pula kamu harus menangis, kan ada dukun, pakai susuk saja," gumamnya berusaha menyemangati dirinya sendiri.
"Apa Nona sudah lebih baik?" tanya Yuri datang, mendekati Nonanya yang sudah berhenti menangis.
"Ya, lebih baik."
"Sepertinya tidak perlu susuk, aku tau resep ramuan kecantikan tradisional yang terbukti khasiatnya. Hahaha, tidak sia-sia aku pernah menguntit dokter gila itu."
"Bibi Yuri, tolong ambilkan aku pena dan kertas."
"Laksanakan, Nona."
Setelah keluar beberapa saat, Yuri kembali dengan pena dan kertas di tangannya. Dengan senyum cerah Alina menerima kertas dan penanya. Ujung pena yang mendekati kertas terhenti bersamaan dengan raut wajah Alina yang menyusutkan senyumannya. Tatapannya kosong saat menatap lembaran putih di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu [END]
FantasyFollow sebelum membaca... Bukan terjemahan Alina Dfeger, pemimpin organisasi gelap yang terlempar ke zaman kuno di sebuah kekaisaran yang bahkan tidak tercatat oleh buku sejarah dunia atau negara manapun. Menempati tubuh... Alina Zivanka Geraldine...