5

4.1K 204 3
                                    

Tekan bintangnya sebelum lanjut membaca ⭐😉





Happy Reading Everyone
🤗🤗🤗







Pagi hari yang cerah Alina sudah sibuk di kebun depan paviliunnya, menanam bunga-bunga indah nan harum seorang diri.

"Bibi Yuri? Apa bibi akan ke pasar?" tanya Alina, mengalihkan pandangannya ke arah Yuri yang membawa beberapa sayuran untuk di bawa ke pasar.

"Benar Nona, Anda bilang sayuran-sayuran di kebun sangat banyak dan tidak mampu kita konsumsi sendiri," jawab Yuri memasukkan sayuran dalam bakul.

"Tunggu sebentar, Bibi, aku ikut!" ucap Alina langsung berlari ke dalam paviliun.

Tak lama kemudian Alina kembali setelah berganti pakaian dan memakai cadar yang seiras dengan warna pakaiannya yaitu ungu dan memakai sarung tangan bewarna hitam.

"Apa nona yakin ingin ikut? Bagaimana jika semua orang melihat wajah cantik, Anda? Nona bisa dalam bahaya," ucap Yuri khawatir.

"Tak apa bibi selama aku menggunakan cadar tidak akan ada yang bisa melihat wajahku, lagi pula wajahku juga tidak secantik kakak-kakak dan juga putri bangsawan lainnya, lebih baik sekarang kita pergi hari sudah menjelang siang," ucap Alina membantu menata sayur dalam bakul.

"Wah-wah, gadis ini sangat licik menutup wajah buruk rupanya dengan cadar hahahaha," ucap seorang perempuan disertai tawa mengejeknya.

"Kau benar, Kak, percuma sampah, semua orang tau wajah buruk rupa mu itu!" sahut perempuan lain yang berdiri di sampingnya.

Kedua perempuan itu adalah Devina Gerviel dan Delana Gerviel selaku kakak dan adik tiri Alina. Keduanya tampak cantik dengan riasan khas Bangsawan dan pakaian yang tampak mewah, hanya saja aksesoris di kepala keduanya berlimpah dan terkesan sangat berlebihan. Alina bahkan sempat meringis saat melihatnya.

Apa itu tidak berat, pikir Alina

"Apa yang ingin dilakukan kakak dan adik?" tanya Alina lembut.

"Aku tidak akan pernah sudi menjadi kakakmu," ucap Devina jijik.

"Benar, aku juga tidak sudi!" sahut Delana.

"Sialan! siapa juga yang sudi punya saudara seperti kalian," Alina membatin sambil menunduk.

"Hahahaha, tapi aku punya hadiah untuk sampah seperti mu ... " ucap Devina menjeda kata-katanya seraya mengambil sebuah baskom di nampan yang di bawa pelayan pribadinya.

"Ini adalah ramuan agar wajah buruk mu yang hancur itu tambah hancur, hahahaha," lanjut Devina berjalan mendekati Alina.

Saat jarak antara Alina dan Devina sekitar 3 meteran Alina menendang sebuah batu kecil yang cukup lancip ke arah kaki kanan Devina hingga menimbulkan sebuah goresan panjang dan...

Awss

Brukk

Pyarrr

Karena perih dan terkejut Devina melemparkan baskom yang ia bawa ke atas hingga jatuh mengenai seluruh tubuhnya sendiri.

"Akhhh panas pa-panas to-long panas," rintih Devina bergulung-gulung di tanah.

"KAK DEVINA?! AMBIL AIR! CEPAT! CEPAT! CEPAT! BODOH, JANGAN HANYA MELIHAT CEPAT AMBIL AIR!" bentak Delana pada pelayan pribadi Devina dan pelayan pribadinya untuk segera pergi mencari air.

"Kakak tidak apa?" tanya Alian lebih terdengar seperti mengejek

"Sialan! Awas kau," ucap Delana berbalik mengikuti dua pelayan yang membopong tubuh Devina setelah menyiram Devina dengan air.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang