Tekan bintangnya ⭐😉
Happy reading everyone
🤗🤗🤗Di pinggir kolam ikan, Alina duduk termenung menatap puluhan ikan yang berenang bebas. Pikirannya berkelana meresapi semua kejadian-kejadian yang dialaminya.
"Sayang." Suara yang tak asing terdengar, tak membuat Alina terganggu sedikitpun, ia masih fokus menatap ikan-ikan dalam kolam.
"Maafkan aku," ucapan lirih penuh penyesalan itu tampaknya berhasil mengusik Alina.
Alzero menunduk, tak kuasa melihat tatapan Alina yang dipenuhi amarah dan kebencian. Dia tak suka dengan tatapan itu, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengembalikan tatapan penuh cinta yang pernah Alina berikan untuknya.
"Maaf? Kau pikir semua perbuatanmu itu bisa dimaafkan?" Suara datar menusuk relung hati Alzero.
"Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan maafmu, Ratu."
"Selamanya kau tak pantas untuk dimaafkan!Pergi dan jangan pernah mengusikku lagi!"
"Ratu—"
"Tidak ada yang bisa kau lakukan selain menunggu di perbatasan. Tunggu saja aku disana sampai kau mati!"
Jika boleh memilih, Alzero akan memilih mendapatkan pukulan dan cacian dari Alina. Suara datar Alina dan tatapan kebencian itu sangatlah menyakitinya.
"Maaf."
"Maafmu tidak berguna! Bayiku yang malang meninggalkanku bahkan sebelum ia bisa melihat dunia. Semua karena mu! karena keegoisan mu!
"Andai kau tidak egois bayiku pasti masih hidup, dia akan memanggilku ibu, berlari dengan kaki kecilnya, dan mengadukan semuanya padaku!" Alina menatap langit biru, membayangkan jika bayinya masih hidup. Lelehan bening jatuh menjadi bukti kesedihannya.
"Aku—"
"Pergi dan jangan pernah menemuiku lagi. Pergi!"
"PERGI!" bentaknya lagi.
Tangisan Alina tumpah setelah Alzero pergi dengan teleportasinya. Alina luruh di atas tanah, kedua tangannya mencengkram rerumputan sebagai pelampiasan. Salah satu tangannya kemudian memukul-mukul dada, berharap rasa sesak segera lenyap dari dadanya. Suara tapak kaki kuda menyadarkan Alina. Dengan segera ia mengusap air mata dan memperbaiki penampilannya. Alina tidak ingin mendapatkan tatapan kasihan.
"Iva?"
Alina segera berbalik, menyambut pemilik suara itu dengan senyum manisnya. Penampilan Alina yang tidak sepenuhnya baik-baik saja diketahui Auriga, dia juga merasakan aura Alzero terasa samar disekitarnya. Dengan pintarnya Auriga memilih berpura-pura tidak tau, dia tau jika ia ikut campur hanya akan memperburuk keadaan.
"Boleh aku memelukmu?" Sontak wajah Alina memerah mendengar itu. Menggigit bibirnya adalah ciri saat ia gugup.
"Kenapa kamu harus meminta izin dulu?" tanya Alina memukul pelan dada Auriga. Wajahnya yang memerah ia tenggelamkan dalam dada bidang pria di pelukannya itu. Kedua tangan rampingnya kemudian meremat belakang jubah Auriga.
"Tubuhmu adalah milikmu, aku tidak akan lancang memelukmu tanpa izin darimu, pemiliknya."
Tangan Alina kembali memukul dada Auriga pelan. Rona merah semakin menyebar dan terlihat jelas di wajahnya. Auriga terkekeh kecil melihat tingkah sahabatnya yang tersipu.
"AYAAAAAAAAHHHHHHHHH?!"
Brug
"Willy merindukan ayah," gumam Willy setelah meloncat ke punggung Auriga. Kedua tangan mungilnya memeluk erat leher Auriga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu [END]
FantasyFollow sebelum membaca... Bukan terjemahan Alina Dfeger, pemimpin organisasi gelap yang terlempar ke zaman kuno di sebuah kekaisaran yang bahkan tidak tercatat oleh buku sejarah dunia atau negara manapun. Menempati tubuh... Alina Zivanka Geraldine...