54

1K 49 0
                                    

Tekan bintangnya ⭐😉




Happy reading everyone
🤗🤗🤗








Kedua kelopak mata yang tertutup tampak bergerak samar. Sepasang manik biru menatap silau cahaya Sang Surya yang langsung menyorotinya.

"Dimana ini?" gumamnya menatap sekelilingnya bingung. Kedua manik itu menilai sekelilingnya.

Alina terbaring dengan selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ranjang raksasa yang ditempatinya itu berada di luar ruangan. Tempat yang sama dengan pertama kali ia bangun dan bertemu Alzero(chap33).

"Bajingan itu, memang binatang!" umpat Alina.

Ingatannya kembali ke kejadian semalam. Alzero menyetubuhinya habis-habisan dan gilanya ternyata mereka berada di luar ruangan. Kelambu tipis yang terpasang tak mampu menutupi apapun di dalamnya. Meski Alina juga yakin tidak ada siapapun selain ia dan Alzero tetap saja ia merasa sangat malu.

"Hah, aku seperti pelacur," gumam Alina kesal. Alzero meninggalkannya setelah memakainya.

Bukankah itu sangat bajingan?

Beberapa menit berlalu dengan Alina yang hanya melamun. Tenaganya habis, tubuhnya terasa remuk, dan bagian bawahnya, Alina yakin kondisi bagian bawah tubuhnya itu sangat tidak baik-baik saja. Ingatan Alina kembali ke kejadian dimana rencananya untuk menjauhi Alzero berubah.

Saat itu setelah Willy mengatakan ada hal yang janggal dengan ingatannya di masa lalu. Alina sudah menyadarinya, ada seseorang yang menghapus paksa beberapa ingatan Alina. Ruang rahasia di Ruang Tara sangat membantu Alina. Tak hanya mengembalikan ingatan Alina yang tak dihapus, ruang rahasia itu juga membawa Alina menjelajahi masa lalu. Alina melihat langsung sebagai roh tentang kebenaran-kebenaran yang tak sempat dirinya dulu ketahui. Alina juga melihat dalang dibalik hancurnya hubungannya dengan Alzero. Dan satu rahasia yang hanya Alzero ketahui.

Flashback

Sebelum Zivanka benar-benar menghilang, Zero melemparkan belati hingga belati itu berhasil menggores tangan Alina. Ia menampung tetesan darah itu dalam sebuah kendi kecil. Mulutnya nampak bergumam.

"Anda berhasil Yang Mulia."

Refleks Alina menoleh ke arah suara. Azura berjalan anggun mendekat Zero. Kondisi Azura sangat baik-baik saja ditambah dengan senyum lebarnya yang nampak sangat puas.

"Alzero, Anj—

"Menjijikkan!" 

"Heh!" Alina menatap Alzero marah. Pria itu tetap menunduk menatap intens kendi berisikan darah Alina.

Dia mengatakan menjijikkan tapi tetap menatap kendi itu, apa darahnya itu menjijikkan?

Ya, darah memang menjijikkan sih.

Tanpa belas kasih Alzero mencekik Azura dengan tangan bayangannya.

"Loh?"

Alina menatap bingung Alzero. Pria itu mencekik Azura dengan tangan bayangannya tanpa melihat Azura sedikitpun. Tatapan pria itu tetap pada kendi dalam dekapannya.

"To-tolong le-paskan," mohon Azura terbata-bata, wajahnya terlihat pucat pasi.

Cling

Azura menghilang dengan teleportasinya. Sama seperti Alzero, Azura juga bertapa di beberapa kehidupan Alina. Obsesinya pada Alzero benar-benar mencapai puncaknya. Dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan Alzero.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang