20

2.9K 149 1
                                    

Bintang-bintang-bintang⭐⭐⭐


Happy Reading Everyone
🤗🤗🤗






Siang hari Alina sudah duduk bersantai di atas batu pinggir kolam air terjun kemurnian setelah berendam beberapa saat tadi, Alina melihat langit biru dengan suasana yang sangat cerah. 

"Apa yang kau pikirkan," tanya kloning Alina yang tiba-tiba muncul di atas batu sebelah Alina.

"Hah, setan sialan! Apa yang kau lakukan disini? Bukanya sudah kubilang kau diam saja di paviliun anggrek dan temani hantu gila yang menyebalkan sama seperti mu itu," ucap Alina duduk sambil menatap tajam ke arah kloningnya.

"Kau pikir hanya kau yang bosan dengan tingkah memuakkan bajinga gila itu? Aku juga sama bosannya seperti mu" jawab kloning Alina menatap sinis ke arah Alina

"Bajingan gila? Hahahaha nama yang bagus sangat bagus dia itu memang bajingan yang selalu mendekati ku dan dia sangat gila hahahaha," ucap Alina dengan tawa lepasnya  mendengar nama panggilan istimewa yang diberikan kloningnya untuk putra mahkota.

"Berhentilah tertawa!" ucap kloning Alina dingin.

"Sial! Aku melupakan janji dengan pangeran kedua." umpat Alina merutuki ingatannya yang benar-benar lemah.

Jika saja ia memiliki tingkatan ilmu bela diri lebih tinggi dari pangeran kedua ia tidak perlu memikirkan janji itu. Tinggal bunuh saja pangeran itu, maka masalah beres.

Dalam sekejap Alina sudah berada di depan rumah makan milik ibunya. Dengan jubah hitam dan topeng putihnya, Alina berusaha menyamar agar tidak ada rumor menyebalkan yang tersebar esok harinya.

"Katakan apa mau mu!" ujar Alina setelah menemukan sosok pria menyebalkan yang sayangnya tampan itu.

Pangeran kedua datang tanpa penyamarannya hingga beberapa orang mencuri pandang ke arahnya, lebih tepatnya ke arah mereka. Dan dengan gilanya Pangeran kedua memilih tempat umum untuk pertemuan mereka.

"Duduklah dan pesan beberapa makanan, aku tau kau sangat kelaparan."

Mau tak mau Alina memesan beberapa makanan dan minuman. Melihat pangeran kedua yang tidak juga memulai perbincangannya membuat Alina semakin kesal. Tanpa basa-basi makanan yang tersaji di depannya ia habiskan tidak peduli makanan itu merupakan pesanan Alina sendiri atau yang dipesan pangeran kedua.

Pangeran kedua hanya memainkan makanannya, kedua matanya fokus pada tingkah laku gadis cantik di depannya itu. Menggigit bibirnya menahan gemas hingga beberapa wanita muda yang melihatnya memekik tertahan. Tak hanya terkenal dengan kehebatan ilmu bela dirinya, pangeran kedua juga terkenal akan ketampanannya.

"Ada banyak prajurit yang berada di bawah tanggung jawabku. Tak hanya upah, kesehatan mereka pun menjadi tanggung jawab ku. Jadi aku ingin menawarkan sebuah penawaran menguntungkan. Bagaimana jika rumah makan ini yang akan menjadi pemasok gizi untuk para bawahanku. Jika semua berjalan lancar bisa saja ruang lingkupnya berubah menjadi satu kekaisaran."

"Bukankah sudah ada rumah makan yang menjadi pemasok gizi untuk mereka? Di istana juga sudah disiapkan puluhan koki luar biasa agar gizi para prajurit itu terpenuhi."

"Bisnis adalah bisnis, Nona Ziva."

"Benar juga, bisnis melalui orang dalam lebih memuaskan." Alina membatin.

"Aku terima, tapi tentu saja aku perlu waktu untuk mengatur semuanya. Menjadi pemasok gizi bawahan pangeran kedua tidak boleh asal-asalan, bukan?"

"Keputusan yang tepat, sayang, maksudku, Nona," ucap Pangeran kedua tersenyum puas.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang