29

2K 93 2
                                    

Tekan bintangnya dulu 😉 ⭐







Happy reading everyone
🤗🤗🤗









Setelah acara perpisahan yang diiringi perdebatan panjang nan melelahkan. Alina akhirnya bisa memulai perjalanannya mencari permata merah delima bersama dengan putra imutnya yang tak lain adalah Willy.

Sebelumnya Alina berencana untuk mengembara sendirian tapi Willy menangis dengan sangat kencang memohon untuk bisa ikut dengan Alina dan dengan sangat terpaksa akhirnya Alina memutuskan untuk hanya mengajak Willy sedangkan kedua kakaknya tetap berada di Ruang Tara.

"Kenapa kita berada disini? Apa ini hutan misteri itu, Willy? " tanya Alina melihat pemandangan sekelilingnya yang berupa permukiman kumuh yang di kelilingi lebatnya pepohonan.

"Bukan ibu, ini merupakan salah satu permukiman warga yang berada di pinggiran hutan Tanpa Nama, sebelum hutan Pelangi. Sepertinya hutan Misteri itu memiliki dinding pelindung yang tidak bisa di terobos ilmu teleportasi ibu, artinya untuk bisa sampai di hutan misteri ibu harus melewati hutan tanpa nama ini dan juga hutan pelangi," jelas Willy setelah memperhatikan sekelilingnya.

"Bagaimana kau bisa tau banyak tentang hutan-hutan itu, Willy? Ibu rasa ibu tidak pernah melihat mu membaca buku," tanya Alina heran.

"Tentu saja ibu tidak melihatku, ibu saja tidak pernah pergi ke perpustakaan di ruang Tara. Dan lagi aku ini hewan kontrak legendaris, Bu, semua informasi tentang dunia ini bisa dengan mudah aku dapatkan," jawab Willy dengan bangganya. 

"Ini yang tidak kusukai saat mengajaknya, kebodohan ku terlihat sangat jelas! Hah, andai IQ ku masih ada," batin Alina kesal.

Alina adalah gadis jenius dengan kemalasan tingkat dewa. Sekali melihat, tulisan-tulisan di manapun itu akan langsung tersalin di otaknya, jadi untuk apa berdiam diri di perpustakaan. Itu dulu, sebelum kejadian aneh membuatnya memasuki raga si putri terbuang dan harus berpisah dengan IQ kesayangannya.

"Ya, kau memang jenius. Sekarang kita akan berkeliling di desa ini, ibu penasaran apa yang terjadi dengan warga di sini, memiliki ladang dan hutan yang asri tapi kehidupannya sangat miskin. Entah warganya yang bodoh atau pemerintahnya yang masa bodoh."

"Baik, Bu, Willy juga penasaran apa manusia itu sangat bodoh atau hanya pemalas saja seperti ibu, sehingga hasil hutan dan ladang tidak mereka manfaatkan sampai mereka kelaparan," ucap Willy dengan santainya tidak menyadari Alina menatapnya tajam.

"Ibu kenapa? Apa Willy salah bicara, ibu memang pemalas, kan?" tanya Willy dengan polosnya setelah menyadari tatapan tidak mengenakan dari Sang Ibu.

"Ibu tidak pemalas, ibu hanya kurang rajin."

"Sama saja kan, Ibu?"

"Aishhhh, diamlah! kau sangat cerewet membuat telinga Ibu berdenging."

Alina dan Willy mulai berjalan untuk melihat perkampungan kumuh yang tidak terlalu luas itu, hanya terdiri dari sekitar 15 rumah, lebih tepatnya seperti gubuk dengan kondisi yang cukup buruk, beberapa bahkan sudah hampir roboh. Warga-warga yang melihat kedatangan Alina langsung tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumahnya dengan raut wajah ketakutan yang ketara sangat jelas.

"Willy, apa ibu terlihat sangat menakutkan?" tanya Alina menyadari orang-orang ketakutan karena melihatnya

"Tidak, bunda terlihat cantik seperti biasa," jawab Willy setelah mengamati wajah Alina.

"Permisi, boleh aku bertanya sedikit?" ucap Alina kepada salah satu orang yang tengah membelah kayu.

Orang itu terlihat sangat ketakutan saat menatap Alina, bahkan orang itu langsung berlari kecang masuk ke dalam rumahnya dan menutup pintu rumahnya yang sudah berlubang-lubang.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang