24

1K 52 0
                                    

"Maukah kau menjadi milikku, Alina?" tanya putra mahkota meraih tangan Alina dan menciumnya.

Alina mendongak, menatap putra mahkota dengan kedua iris matanya yang berwarna hitam gelap. Tatapan matanya yang kosong dan perubahan warna iris itu membuat putra mahkota semakin melebarkan senyumnya.

"Aku mau."

_______________________________________

"Mau membunuhmu! Hahahaha."

Aura ilmu bela diri tingkat 5 Alina menguar ke seluruh ruangan. Iris mata sebelah kirinya berubah menjadi mata seorang demon, dimana seluruh isi matanya berwarna hitam gelap. Iris sebelah kirinya kembali ke warnanya semula, biru laut.

"Demon..angel.....dia sang keturunan terpilih, Yang Mulia," ucap seorang peramal menatap Alina dengan sangat terkejut karena tidak tertulis dalam bukunya ataupun dalam sejarah kalau sang keturunan terpilih yang memiliki dua kekuatan berbeda akan menyatu dalam tubuh yang sama.

"Cepat tangkap dia sebelum dia bisa mengendalikan kekuatannya!" titah peramal itu.

Semua orang menatap Kaisar meminta persetujuan

"Lakukan saja, cepat!"

Ke-empat Jenderal Kaisar mengeluarkan elemen yang sama yaitu elemen tumbuhan berupa sulur dan mengarahkannya untuk mengikat Alina.

Alina mengeluarkan elemen tanahnya membentuk serpihan-serpihan tanah yang bagian ujungnya lancip dan mengarahkannya pada ke-empat Jenderal dan lima prajurit yang berusaha menangkapnya. 

Akkkkhhh

Teriakan kesakitan para prajurit yang tidak berhasil menghindari serpihan tanah Alina. Ke-4 jenderal yang berhasil menghindar kembali menyerang Alina dengan kekuatan elemen mereka. 

Brukkk

Alina jatuh setelah dihantam oleh sebuah bola angin dari putra mahkota saat ia lengah. Putra mahkota dan para Jenderal menyatukan kekuatan dengan mengeluarkan sulur dan mengurung Alina di tengah-tengah bulatan raksasa dari sulur itu. 

Bruakk

Bulatan sulur itu pecah setelah dihantam tenaga dalam oleh Luca. Luca yang berhasil lolos dari serangan singa putra mahkota segera membantu Alina. Dua Jenderal beralih melawan Luca dan dua yang lain melawan menteri kehakiman.

"Hmmmm, aura negatif ini benar-benar lezat."

Alina kembali menyerang putra mahkota setelah menyerap aura negatif yang menguar di seluruh aula. Aura kemarahan dan rasa takut menjadi energi untuk Alina, lebih tepatnya untuk sisi lain dirinya.

AAAKKKHHH

Teriakan kesakitan berasal dari Alina. Rasanya jiwanya seperti dipaksa keluar dari dalam raganya. Melihat Alina yang terduduk kesakitan, putra mahkota segera menyerang Alina dengan elemen apinya. Ditengah kesadarannya, Alina membuat dinding pelindung sebanyak enam lapis di sekitar tubuhnya untuk menghalau serangan putra mahkota. Lapisan pertama atau yang terluar terbuat dari elemen api dilanjutkan dengan elemen tanah, tumbuhan, elemen angin, elemen air dan elemen es.

Sebuah tombak panjang yang terbuat dari elemen gabungan tanah dan api disertai kekuatan tenaga dalam dari ilmu bela diri tingkat 6 meluncur ke arah dinding pelindung Alina dan ...

BUMM

DUARR

Tombak itu berhasil menghancurkan dinding elemen buatan Alina dan menancap tepat di depan Alina, dengan perlahan Alina mendongakkan kepalanya melihat darimana tombak itu berasal dan ternyata tombak itu berasal dari Kaisar.

Kaisar, putra mahkota, putri mahkota dan beberapa pangeran mengepung Alina. Ke-2 Jenderal yang berhasil bertahan dan mengalahkan Luca serta menteri kehakiman segera bergabung dengan keluarga kaisar untuk menyerang Alina. Melihat banyaknya musuh yang sudah fokus untuk mengincarnya, Alina melakukan pecah raga.

20 kloning yang masing-masing 5 kloning menyerang putra mahkota dan kaisar sedangkan sisanya menyerang putri mahkota, pangeran, dan Jenderal.

Wush

"Akhh, mengapa menyerang ku?" tanya Alina pada salah satu kloningnya.

Kloning itu hanya bersemirk dan terus mengayunkan pedangnya menyerang Alina. Pertengkaran keduanya terhenti saat Kaisar berhasil membunuh salah satu dari 5 kloning milik Alina yang menyerangnya. Kloning dengan isi mata hitam gelap yang tadinya menyerang Alina berteleportasi membantu ke-4 sisa kloning Alina untuk mengalahkan Kaisar.

"Apa ini? Apakah aku tidak berada di raga asliku? Sial ini raga kloning bukan raga asliku!"

Luka sayatan dari kloningnya tadi tidak meneteskan darah sedikitpun. Raga yang ditempatinya juga tidak memiliki pantulan banyangan, bahkan perlahan-lahan raga itu berubah menjadi sedikit transparan.

"Ziva, kita harus segera pergi dari sini, ikuti aku!" Pangeran Altair datang, menarik Alina untuk mengikutinya.

"Aku tidak mau!" Alina menepis tangan Altair.

"Mengapa? Di sini akan sangat berbahaya, iblis itu berhasil mengambil ragamu. Ikutlah dengan ku, aku akan membawa mu ke tempat yang aman."

Wuish

Bruakk

Bola energi kegelapan mengarah pada Pangeran Altair, dengan teleportasinya Pangeran Altair berhasil menghindari. Namun posisinya yang terlanjur jauh dari Alina memudahkan Demon Alina untuk menyerang Alina. Ya, tujuan Demon Alina sebenarnya adalah menjauhkan Pangeran Altair dari Alina untuk memudahkannya menghabisi Alina.

AKKHH

Bayangan tangan hitam mencekik Alina, membawanya melayang tepat ke depan Sang Demon.

"Tidak hanya Angel, kau sekarang juga menjadi perusuh?! Memang hanya akulah yang seharusnya hidup, tidak ada yang boleh hidup selainku!"

Bruak

Tubuh Alina yang dilempar menabrak pilar istana dan merobohkannya. Uhuk, seteguk darah keluar dari dalam mulutnya. Tanpa membantunya, sisi Demonnya pergi melanjutkan pertarunganya dengan Kaisar. Rasa sakit di seluruh tubuhnya mampu membuat Alina tak berdaya.

"Ziva? Bertahanlah! ak-aku aku akan mengobatimu." dengan terbata-bata Pangeran Altair bergumam.

Dia menggendong Alina seperti gendongan putri dan membawanya berlari keluar aula, Tubuh Alina semakin terlihat transparan, kesadarannya yang hilang membuatnya pasrah saat pangeran Altair membawanya teleportasi entah kemana.

"Sedikit lagi!"

Penampakan rumah tua yang berdiri kokoh di tengah hutan terlihat dalam pandangan Pangeran Altair. Kelopak bunga mawar berceceran di atas lantai salah satu ruangan dalam rumah tua itu. Pangeran Altair menurunkan Alina di atas lantai. Kelopak mawar yang tak sengaja tersibak oleh lengan pangeran memperlihatkan garis dari tanah liat.

Pangeran Altair menggumamkan mantra dari sebuah buku usang di atas tangannya. Angin kencang tiba-tiba datang dan menyapu seluruh kelopak mawar ke arah pojok ruangan. Pola-pola yang terbuat dari tanah liat terlihat membentuk bintang, di dalamnya tertulis aksara kuno dari tanah liat. Alina tergeletak tepat di tengah-tengah pola yang mulai bercahaya itu.

"TIDAAAAAKKKK!!"

Tubuh Alina semakin transparan hingga akhirnya menjadi tak terlihat, bahkan sebelum mantra Sang pangeran selesai dirapalkan. 

Ritual Pangeran Altair gagal!






TAMAT








Horeeeeeee!!

Meninggoy dia!!














__________________________________

Sekian di chapter ini...

Terimakasih sudah menyempatkan membaca, menekan vote dan juga mengisi kolom komentar.

See you next chapter ...😘👋

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang