"Nona oleh-olehnya ,Nona. "
"Ayo nona tuan mari dibeli kerajinan kayunya."
"Nona aksesorisnya nona murah nona"Pandangan hampir semua orang mengarah pada seorang gadis yang mengenakan sebuah topeng yang menutupi separuh wajahnya meski begitu aura kecantikannya masih menguar, jubah yang dikenakannya bermodel sederhana tapi hanya dengan melihatnya orang tau terlebih nona atau nyonya bangsawan kalau kainnya memiliki kualitas tinggi bahkan tertinggi.
Gadis itu tak lain adalah Alina, setelah bangun dari mimpi anehnya. Alina memilih berjalan-jalan di pasar malam sembari menunggu fajar tiba. Dia tidak sebodoh itu untuk memberikan ramuan khusus itu ketika banyak pasang mata yang masih terjaga.
Karena tak berkonsentrasi dalam berjalan Alina menabrak seorang pria, lebih tepatnya mereka berdua saling menabrak karena pria itu juga tak memperhatikan jalan depannya terlalu sibuk melihat penjual-penjual yang menawarkan dagangannya.
Dengan segera Alina mundur dua langkah tak ada adegan terjatuh atau berpelukan karena memang keduanya sama-sama berjalan dengan pelan bukan berlari.
"Beraninya gadis itu menabrak pangeran kedua."
"Kalau pangeran kedua marah dalam sekali tatap gadis itu bisa hancur."
"Kau benar pangeran kedua sangat kuat dan hebat."
"Bahkan tingkatan ilmu bela diri pangeran kedua tidak terdeteksi."Bisik-bisik orang yang menyaksikan kejadian itu menatap Alina dengan tatapan yang berbeda-beda tapi lebih banyak adalah tatapan takut serta prihatin.
"Maaf," ucap Alina sedikit menundukkan tubuhnya.
"Kau sangat tidak sopan nona! Dimana matamu itu hingga kau beraninya menabrak pangeran kedua dan sekarang kau bahkan tidak bersujud di kaki pangeran kedua," sahut prajurit yang berada disisi kanan pangeran kedua itu.
Kau harus dihukum cambuk!" sahut prajurit yang berada di samping kiri pangeran kedua berjalan ke arah Alina sambil mengeluarkan cambuknya.
Alina memegang dan menahan cambuk prajurit itu yang akan mengenai tubuhnya.
"Dimana letak ketidak sopanan ku? Bukanya aku sudah minta maaf, seharusnya dia juga meminta maaf karena bukan aku yang menabraknya, tapi kami saling menabrak," ucap Alina menarik cambuk yang dipegangnya itu dengan kuat.
Hingga membuat prajurit yang juga memegang ujung cambuk itu jatuh tengkurap di depan kaki pangeran kedua.
Menyadari dirinya terlalu kelewatan, Alina segera melakukan teleportasi. Meski otaknya menghilang, Alina masih bisa berpikir untuk tidak mencari masalah dengan orang lain. Apalagi prajurit tadi memanggil orang yang ditabraknya Pangeran Kedua.
Alina pernah mendengarnya, rumor tentang kehebatan pangeran kedua yang jauh lebih hebat dari putra mahkota. Pedang Kaisar adalah julukannya setelah ia memberikan banyak kemenangan telak untuk kekaisaran Benua Selatan.
"Biarkan," ucap pangeran kedua saat ajudannya akan mengejar Alina.
Semua yang mendengar ucapan pangeran kedua sangat terkejut karena pangeran kedua adalah tipikal orang yang pemarah dan kejam pada orang yang berani mencari masalah dengannya apalagi dengan orang yang tidak menghormatinya dan menghormati keluarganya tapi...
mengapa pangeran kedua membiarkan gadis itu pergi begitu saja? Itulah yang dipikirkan semua orang yang melihat kejadian langka tadi.
"Tidak sulit menemukanmu sang terpilih," gumam pangeran kedua yang hanya bisa didengar olehnya.
⚔️🗡️⚔️🗡️⚔️
"Huh, tidak kakaknya tidak adiknya sama-sama menyebalkan sok keren!" gerutu Alina kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Ratu [END]
FantasyFollow sebelum membaca... Bukan terjemahan Alina Dfeger, pemimpin organisasi gelap yang terlempar ke zaman kuno di sebuah kekaisaran yang bahkan tidak tercatat oleh buku sejarah dunia atau negara manapun. Menempati tubuh... Alina Zivanka Geraldine...