45

426 21 0
                                    

Tekan bintangnya ⭐😉



Happy Reading everyone
🤗🤗🤗












Di sinilah Alina berada, ruangan rahasia di ruang Tara yang berguna untuk melihat kejadian di masa lalu dan masa depan. Neo membawa Alina ke sini saat Alina belum memiliki elemen waktu dan Alina belum mengetahui bagaimana cara mengaktifkan ruangan itu selain dengan elemen waktu. Ya, tak sia-sia Alina membaca buku yang tebalnya nyaris satu setengah kilan orang dewasa karena buku itu berisikan detail informasi yang berada di Ruang Tara.

Alina menggumamkan sebuah mantra dengan mata terpejam hingga muncul simbol kuno di atas lantai ruangan. Simbol berbentuk bulan sabit dengan bintang di sampingnya bersinar semakin terang bersamaan dengan mata Alina yang terbuka hingga iris birunya terlihat mengkilap tajam.

Alina mengkode Willy untuk berdiri di atas simbol bintang sedang ia berdiri di atas simbol bulan. Alina kembali menggumamkan mantra-mantra kuno, tak lama Willy terlihat kesakitan dengan asap-asap hitam yang keluar dari tubuhnya merambat mengubah garis simbol yang awalnya bewarna emas bercahaya menjadi hitam gelap. Asap-asap hitam milik Willy juga menyebar memenuhinya seluruh ruangan.

(Supaya mudah Alina kuno dipanggil Ziva)

Plak

"Jaga bicaramu Zivanka! Mau tidak mau kau harus tetap menjadi permaisuri kaisar"

"Ayah benar-benar egois, kenapa harus aku disaat banyak anak ayah yang lain yang jelas bersedia menjadi budak kekaisaran!"

"Dia menginginkan mu!"

"Tetapi aku tidak!"

"Alina Zivanka! ibunda mohon turuti—"

"Aku selalu menuruti keinginan ibunda dan ayahanda lalu kapan kalian bisa menuruti keinginan ku? Kapan? Aku ingin bebas, aku tidak mau seperti ibunda. Aku tidak sudi menjadi hiasan ranjang Kaisar!"

Alina ikut memejamkan matanya saat tangan pria yang dipanggil Zivanka ayah mengangkat tangan kanannya bersiap untuk memberikan tamparan untuk kesekian kalinya.

Pemandangan pertengkaran keluarga berganti menjadi perayaan yang meriah. Rakyat saling berdesakan untuk sekedar melihat sosok yang menjadi bintang. Zero dengan senyum wibawanya menatap ribuan rakyat dari atas menara istana, tangan kanannya melambai menyambut sorakan selamat dan puji syukur atas peresmiannya sebagai Kaisar. Di sampingnya Zivanka menggandeng lengan kirinya dengan senyum anggunya yang memikat. Namun, jika ditelisik lebih dalam ada pancaran kesedihan di kedua bola matanya.

Saat Zero membisikkan sesuatu Zivanka terlihat menegang, dari bawah Alina bisa melihat kepalan tangan Zivanka yang mengeras. Karena penasaran Alina mencoba terbang mendekat. Namun, sayangnya Alina harus mengurungkan niat karena posisinya sekarang berpindah ke tempat yang lain.

Sebuah taman yang indah. Sekelilingnya didominasi bunga sakura dan bunga mawar. Sungai kecil lengkap dengan ikan warna-warni melingkar mengelilingi taman dengan air mancur sedang di tengah taman sebagai pusatnya. Alina menatap taman dengan penuh kekaguman hingga tatapannya terhenti pada sebuah gazebo yang terdapat di ujung taman. Tepatnya bukan pada gazebonya melainkan pada dua sosok manusia yang tengah bermesraan di dalamnya. Zero dan Zivanka terlihat lebih bahagia dan romantis dari pertama kali Alina lihat. Zero dengan posisi tiduran berbantalkan paha Zivanka, tangan Zivanka yang tak berhenti mengusap lembut surai hitam legam milik Zero, dan jangan lupakan senyum tulus yang terukir di bibir keduanya.

"Aku mencintaimu mu, Permaisuriku."

Baru beberapa saat menikmati suasana romantisme kini Alina dipaksa berpindah ke sebuah ruangan dengan penuh ketegangan. Ruangan rapat yang penuh dengan orang bermuka dua yang siap menusuk kapan saja. Zivanka sebagai Permaisuri sekaligus wakil Kaisar memimpin jalannya rapat yang pembahasannya jauh dari materi awal. Semua pejabat saling bersilat lidah menekan Zivanka untuk mau menerima putri-putri mereka menjadi istri baru ataupun selir Zero. 2 tahun berlalu sejak pernikahannya dengan Zero dan Zivanka belum memberikan penerus hingga akhirnya para pejabat yang tak memiliki kekuasaan setingginya berani berlaku tidak sopan padanya. Tidak ada yang lebih memalukan dari istri yang tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Di era sistem patriarki yang masih kental, bahkan permaisuri sekalipun menjadi sangat hina saat tidak segera memberikan penerus untuk kekaisaran.

Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang