47

1K 57 3
                                    

Tekan bintangnya ⭐😉

Happy reading everyone
🤗🤗🤗









"Zivanka, tenangkan dirimu." Kata pertama yang terucap dari Zero setelah Alina mendaratkan kakinya. Hanya sebagian orang yang mampu bertahan dari auranya, selebihnya ... mati.

"Setelah membunuhmu!"

Tanpa berbasa-basi lagi Alina mengeluarkan elemen kegelapannya membentuk sebuah pedang.

"Kalian semua ... akan mati!"

"Zivanka, ku mohon. Aku akan menjelaskan semuanya. Semua yang telah terjadi sebenarnya-"

"Sebenarnya menjadi awal kehancuran mu, awal kehancuran dunia ini. Dan akulah yang akan menghancurkannya, hahaha, KALIAN AKAN HANCUR!"

"Iblis itu sudah muncul, cepat lindungi Kaisar!"

"Tidak, Hentikan! Harusnya tidak seperti ini."

Lain halnya dengan Zero yang terlihat kelimpungan menangani kekacauan yang terjadi, Alina justru tertawa bahagia sembari menebas apapun yang menghalanginya dengan pedang gandanya. Tawa puas menggema menggetarkan jiwa dan raga. Tidak ada yang tersisa dari kebrutalan Alina, selain kekacauan dan darah dimana-mana.

"Tebasan terakhir untukmu, sayang."

Hahahaha

"Putriku, tunggu!"

"Tugas ibu ialah merawat dan membimbing putra putrinya. Wanita adalah seorang ibu jangan biarkan kemarahan mengambil kewajiban seorang ibu. Tenangkan dirimu, kendalikan Demonmu, putriku."

Seorang wanita cantik berusaha menenangkan Alina. Wajah yang mirip dengan Alina membuktikan bahwa wanita itu adalah ibunya. Sosok yang melahirkannya ke dunia. Di sampingnya seorang pria yang tak lain ayahnya ikut berusaha menenangkan Zivanka.

"Hahahaha, ibu? Pikiran kolotmu itu akan membunuhmu! Kenapa harus wanita yang selalu mengalah? Kenapa harus wanita yang harus bersabar?"

"Wanita bodoh sepertimu hanya akan diperdaya!"

"Zivanka, dia ibumu!" Sang ayah menegur putrinya yang kelewatan.

"Pembunuh! Aku selalu menunggu waktu dimana aku bisa melenyapkanmu!"

Alina mencekik leher ayahnya dengan tangan bayangannya. Sang ibu berusaha menghentikan Alina
dengan menyerangnya. Serangan tingkat 7 ilmu bela diri tentu bukan apa-apa untuk tingkat tak terdeteksi sepertinya.

Terlalu fokus pada kedua orang tuanya Alina tidak menyadari sosok Alzero yang perlahan pergi meninggalkan segala kekacauan yang terjadi.

"Zivanka lepaskan ayahmu!"

"Ayah? Hahahaha dia adalah pembunuh! Dia orang yang bekerja sama dengan menantumu itu untuk membunuh ayahku!"

"Ap-apa?"

"Dia membunuh suamimu, ibu. Dia membunuh ayahku!"

"15 tahun yang lalu aku melihatnya dan bajingan sialan itu membunuh ayahku. Orang ini adalah adik kembar ayah yang haus tahta. Dia melenyapkan ayah dan mengambil alih tahta Ayah. Dia mengambil semua milik ayah!"

"Aku membenci Zero bukan tanpa alasan, aku menolak perjodohan itu juga bukan tanpa alasan. Kau memaksaku, ibu. Kau memaksaku menikah dengan pembunuh ayahku! Kau diam saja saat suami palsu mu ini menyegel kekuatan ku, kau justru mendukungnya."

"Kau mendukung anakmu menjadi lemah dan diinjak-injak di kekaisaran. Kau harusnya tau betapa kejamnya kehidupan harem! Kau adalah ibu yang gagal, kau menjijikkan!"

Ibu Zivanka termenung, dia dididik dengan sistem patriarki. Keputusan suami adalah benar dan mutlak. Dia terlalu mendalami kesetiaannya hingga membuat putri satu-satunya menderita. Zivanka benar, dia adalah ibu yang gagal.

"Uhuk, ka-kau harus mendengar penjelasan suamimu dulu Ziva. Sebenarnya-"

Uhuk

Klek

Ucapan terbata-bata itu terhenti karena Zivanka semakin menguatkan cekikannya dan terakhir memutar kepala ayah palsunya hingga tewas.

"Putriku-"

Bugh

"Tidak ada ibu yang diam saja melihat anaknya menderita!"

"Kau bukan seorang ibu, kau hanyalah wanita yang sebenarnya haus akan kekuasaan. Kau mendalami peran istri penurut hanya karena kau takut ditinggalkan. Kau takut dikecam! Kau juga harus mati!"

Splass

Kepala itu menggelinding setelah salah satu pedang Alina menebasnya.

"Hahahaha, dia lari? Kau tidak akan bisa lari Zero. Aku akan membunuhmu! MEMBUNUHMU, HAHAHAHA."

Jiwa Alina ditarik paksa dari tubuh Zivanka. Hamparan tanah lapang nan luas menjadi pemandangan pertama yang dilihat Alina. Puing-puing bangunan dan pepohonan yang rata dengan tanah membentang sejauh mata memandang. Genangan darah dan tumpukan mayat tergeletak menutupi sebagian permukaan tanah.

Jeritan kesakitan dan tawa kepuasan menggelegar diiringi guntur dan kilat yang menyambar. Nafas Alina tercekat saat melihat sosok demon-nya terbang di udara dengan tawa puasnya melihat sesosok pria bertekuk lutut di atas tumpukan mayat.

Kejadian ini sama persis dengan kejadian dalam mimpinya setiap malam. Kali ini Alina bisa melihat sosok pria yang berlutut itu, dia adalah Zero. Zero dengan tampilan yang menyedihkan. Pakaiannya berlubang dan bekas terbakar di beberapa bagian.

Sebuah pedang api muncul di tangan Zivanka, saat pedang itu terangkat untuk memenggal sosok pria itu tiba-tiba tubuh demon-nya tersedot oleh portal dengan ukiran abstrak dari cahaya ungu yang menghiasi pinggirannya yang muncul tiba-tiba tepat di belakangnya.

Sebelum Zivanka benar-benar menghilang, Zero melemparkan belati hingga belati itu berhasil menggores tangan Alina. Ia menampung tetesan darah itu dalam sebuah kendi kecil.

"Anda berhasil Yang Mulia."

Refleks Alina menoleh ke arah suara. Azura berjalan anggun mendekat Zero. Kondisi Azura sangat baik-baik saja ditambah dengan senyum lebarnya yang nampak sangat puas.











Tbc...

______________________________________

Silahkan dihujat Zeronya😌
Jangan malu-malu 😌

Masih mau Alina dengan Zero?

_____________________________________

Sekian di chapter ini

Terimakasih sudah menyempatkan membaca, menekan vote dan juga mengisi kolom komentar

See you next chapter 😘👋


Sang Ratu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang