Chapter 50 - Real Honeymoon

83 2 0
                                    

Bulan madu Kapten Klauswitz dan istrinya yang panas dengan cepat menjadi perbincangan di mansion. Teori perselisihan yang menyebar tidak lagi diterima. Semuanya tampak palsu dan bohong.

“Kudengar tadi malam mereka tidur di ranjang yang sama?”

Perhatian semua orang tertuju pada ruang rekreasi ketika kepala pelayan, asisten nyonya rumah, muncul. Dora duduk dan menuang secangkir teh untuk dirinya sendiri alih-alih menjawab dengan mendesah.

Kata-kata pelayan yang belum dewasa itu menambah bahan bakar ke dalam api yang sudah berkobar.

“Benarkah mereka berciuman di depan semua orang? Hanya tuan muda kita yang akan melakukan hal seperti itu di depan para pelayan.”

“Sepertinya hubungan mereka tidak seperti yang diduga semua orang. Rumor mereka menikah karena hamil dan tinggal di kamar terpisah, semuanya salah. Mungkin tuan muda sangat mencintai nyonya?”

Dora menjawab dengan tenang sambil menyesap tehnya. “Kalau bukan, memangnya ada alasan apalagi?”

Dora tetap diam, tetapi obrolan di ruang rekreasi terus meningkat. Dia memijat keningnya yang berdenyut-denyut dan menyesap teh yang sekarang sudah dingin.

Saat Bastian mulai menetap di Ardene, dia dan Odette memulai setiap pagi bersama. Pertama kali kepala pelayan melihat mereka sekilas di ranjang yang sama, dia hampir menjerit kaget. Dia tidak pernah menyangka akan melihat Bastian di sana.

Namun, seiring berjalannya waktu, pemandangan itu menjadi lebih rutin dan biasa saja.

Keintiman antara pria dan wanita yang telah menghabiskan malam bersama memang tidak salah lagi, tetapi mereka tetap menjaga ketenangan dan keanggunan. Keduanya tampak seperti pengantin baru pada umumnya, dan sungguh mengejutkan melihat pernikahan mereka yang tadinya sangat tidak konvensional kini menjadi semakin wajar dan biasa-biasa saja, meskipun sebelumnya menjadi perbincangan di seluruh kekaisaran.

Pelayan itu dengan gugup mondar-mandir di ruang rekreasi dan dengan hati-hati bertanya, “Bagaimana jika Master benar-benar peduli pada nyonya?”

Dia adalah gadis yang sama yang dimarahi karena menertawakan nyonya rumah di hari pernikahannya.

Dora menghela nafas dalam-dalam dan menyentuh dahinya sambil menjawab, “Jika kau ingin terus bekerja di sini, tolong jangan terlibat dalam spekulasi yang tidak berdasar.”

Kejadian pagi ini sungguh jauh dari biasa, mengubah firasat Dora yang tadinya samar-samar menjadi sebuah kepastian yang nyata. Meskipun bel panggilan nyonya rumah berbunyi, Dora menguatkan dirinya dan menaiki tangga dengan dua cangkir teh panas dan koran di belakangnya.

Dora fokus pada tugasnya, menahan keinginan untuk mencampuri urusan pribadi majikannya. Sementara itu, Bastian bangkit dari tidurnya dan membuka jendela untuk menghirup udara segar.

Dengan jubah acak-acakan yang disampirkan sembarangan di tubuhnya, dia berjalan ke meja dekat jendela tempat kendi berisi air berada. Saat menatap istrinya, waktu seolah berhenti, dan dia tetap terpaku lama setelah gelasnya habis. Seolah-olah dia tersesat di kedalaman kontemplasinya sendiri.

Dora berdiri ragu-ragu beberapa langkah jauhnya, menunggu waktu yang tepat. Meskipun dia bisa dengan mudah memberikan salam dan keluar, ada sesuatu yang menahannya untuk berbicara terlalu tergesa-gesa. Tak lama kemudian, Bastian melangkah pergi, meninggalkan Dora yang merasa lega sekaligus bingung dengan pertemuan itu.

Perasaan disorientasinya semakin dalam saat dia memikirkan percakapan samar itu. Bastian melangkah dengan percaya diri menuju sisi tempat tidur istrinya, tak tergoyahkan dalam pendekatannya. Saat Odette meletakkan cangkirnya yang kosong dan mengangkat pandangannya, dia mendekat dan menundukkan kepalanya dengan sikap lembut. Sebelum dia bisa sepenuhnya memahami pentingnya momen itu, Bastian sudah menempelkan bibirnya ke kening Odette dalam ciuman yang lembut dan singkat. Meskipun pertemuan itu singkat, dampaknya bertahan lama.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang