Chapter 111 - [R19] Malam Telah Datang

155 4 0
                                    

Odette menunduk ke meja dengan hati yang berat. Di depannya hanya ada setumpuk kecil uang kertas, koin, dan barang-barang berharga lainnya. Tumpukan itu tampak menyedihkan, dan Odette memandang sekeliling ruangan, putus asa mencari apa pun yang bisa dianggap berharga.

Sebagian besar tabungannya selama dua tahun terakhir telah diberikan kepada Tira, demi mengeluarkannya dari kota dan menjamin keselamatannya, yang membuat hanya sedikit tersisa untuk rencana pelarian dirinya sendiri. Dia menggeledah ruang belajar, mencari di setiap sudut kecil, dan hanya menemukan pena dengan inisialnya serta kotak tinta perak.

Setelah Tira pergi dan akhirnya aman, Odette berencana melarikan diri juga. Dengan tekad bulat, Odette mengemas kembali tabungannya. Meski sedikit, uang itu cukup untuk bersembunyi di suatu tempat tepat di luar perbatasan.

Tidak mungkin Odette bisa bertahan di sini, mengetahui niat Bastian yang ingin menjadikannya ibu dari anaknya. Pria itu sama sekali tidak memedulikan perasaannya, dalam usahanya yang tak kenal henti untuk memiliki seorang anak. Setiap kali, Odette menangis sebelum kehilangan kesadaran, hanya untuk kembali sadar dengan berat tubuhnya yang menindih. Hal itu berlangsung berhari-hari, seperti binatang yang hanya peduli pada pemuasan diri.

Odette menghapus pikiran itu dari benaknya sambil meletakkan kotak tabungan di tempat persembunyiannya, di kompartemen rahasia di bagian bawah laci yang terkunci. Kuncinya dia simpan di dalam buku puisi di rak.

Dengan hati yang sedikit tenang, Odette berjalan ke jendela, di mana cahaya bulan malam menyinari jalan setapak. Dorongan untuk melarikan diri pada saat itu terasa begitu kuat, tetapi dia harus menahan diri. Bastian terlalu waspada terhadap gerak-geriknya, dan Odette tidak ingin merusak rencana pelariannya dengan tindakan gegabah.

Untuk saat ini, tinggal di rumah besar ini adalah pilihan paling aman. Odette membuka jendela, membiarkan aroma harum bunga heather yang direkomendasikan oleh Count Xanders masuk ke dalam ruangan.

"Jika kau butuh bantuan, jangan ragu untuk memintanya," kata Count Xanders padanya, tetapi harapan itu terasa cepat menghilang, lenyap dalam kegelapan malam.

Bagaimana mungkin dia meminta bantuan untuk melarikan diri dari suami yang menuntut anak darinya sebagai balasan atas pengkhianatan, demi melindungi adiknya yang telah melumpuhkan ayah mereka?

Tidak ada orang lain yang bisa dia mintai bantuan, Odette benar-benar sendirian. Kebenaran itu menyakitkan seperti duri yang menusuk dadanya.

Suara gonggongan anjing memecah lamunan Odette. Margrethe, yang sedang tidur di dekat perapian, bangkit dan mendekatinya sambil mengibas-ngibaskan ekor. Odette memeluk Margrethe dengan erat.

“Tidak apa-apa, Meg,” katanya sambil memberikan ciuman di kepala anjing itu.

Merasakan sedikit kenyamanan dari Margrethe, Odette kembali menatap lanskap malam yang diselimuti senja yang semakin redup. Penglihatannya hanya bisa menjangkau sejauh jendela, dan di kejauhan, dia melihat cahaya mobil yang berkelap-kelip di jalan masuk.

Malam telah datang...

Odette segera menyadari, saat mobil itu mendekati jalan setapak, berhenti di depan pintu masuk yang tidak bisa dia lihat. Odette tidak perlu melihat untuk tahu siapa yang datang.

Dengan tubuh bergetar, Odette melepaskan pelukan Margrethe dan menutup jendela.

Malam ini akan menjadi malam yang panjang.

*.·:·.✧.·:·.*

“Surat Muller sudah sampai, Sir, datang melalui pos malam.”

Suara kepala pelayan, terdengar memberi laporan di antara napas kasar dan erangan mereka yang semakin lama semakin cepat.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang