Chapter 110 - Akhir Dari Hari yang Panjang

103 3 0
                                    

Saat Odette kembali sadar, malam sudah hampir tiba. Langit dan laut di luar jendela berwarna jingga oleh cahaya matahari yang mulai tenggelam. Kapan saja, pelayan pribadinya akan masuk untuk menanyakan rencana makan malam.

Odette tahu harus membersihkan diri, tapi dia tidak memiliki tenaga untuk melakukannya. Yang bisa dilakukan hanyalah meringkuk di atas tempat tidur, dan saat dia melakukannya, dia merasakan keringat dingin yang telah mengering di tubuhnya. Dia melihat pakaian-pakaiannya yang berantakan di lantai. Kancing yang robek, pakaian dalam yang sobek, sepatu yang terlempar ke sudut yang berbeda.

Apakah ini hanya mimpi buruk?

Tentu saja tidak, dia harus sadar dan menerima kenyataan sebagaimana adanya.

Kesedihan melanda dirinya seperti ombak kesengsaraan yang menenggelamkan. Dia lelah. Dia mendambakan istirahat, ingin tertidur tetapi terlalu takut akan mimpi yang mungkin datang.

Dia terbaring dalam keheningan, seakan-akan berada di bawah air, dan menyaksikan matahari terbenam. Dalam keheningan itu, dia samar-samar menyadari suara detak yang lembut dan, dalam remang-remang cahaya, dia melihat bahwa pria itu telah meninggalkan jam tangannya.

Dengan susah payah, Odette bangkit dan mengambil jam tangan itu lalu melihatnya. Ada sesuatu yang berbeda. Dia tiba-tiba menyadari saat tatapannya bertemu dengan Bastian ketika dia melepaskan jam tangannya. Dia lebih rasional daripada sebelumnya di hari-hari penuh hasrat tak terkendali, yang membuatnya semakin mengancam.

Pria yang dulu menjadi harapan terakhirnya kini telah pergi selamanya. Saat menghadapi kenyataan yang menyedihkan itu, dunia terasa terbalik sekali lagi. Itu adalah kenangan terakhir yang bisa diingat Odette sepenuhnya.

"Nyonya, ini Dora," suara pelayan terdengar dari balik pintu kamar tidur.

Tersentak, Odette segera bangkit dari tempat tidur, mengabaikan kaku di otot-ototnya. Berniat mengambil gaun, tetapi tubuhnya masih terasa sulit dikendalikan, dan sebagai gantinya, dia tersandung jatuh ke lantai. Dia bahkan tidak mampu berjalan dengan langkah yang baik.

"Nyonya, apa Anda baik-baik saja? Apa Anda perlu saya panggilkan dokter? Master mengatakan bahwa Anda sedang beristirahat karena merasa tidak enak badan."

Tidak enak badan, Odette menebak itulah alasan yang diberikan Bastian kepada para pelayan.

"Tidak, tidak perlu," jawab Odette dengan suara lemah.

Saat bangkit kembali dari lantai, dia merasakan sesuatu yang basah dan hangat mengalir di kakinya. Odette langsung tahu apa itu, dan dalam sekejap, dia teringat kembali akan beban berat dan panas yang tak familiar, rasa sakit yang mengoyak di antara kakinya, suara daging yang berbenturan, dan sensasi yang tak bisa diabaikan, meskipun matanya terpejam rapat.

"Nyonya, apa Anda benar-benar baik-baik saja?"

"Ya, tentu saja, jangan khawatir."

Menahan air matanya, Odette dengan cepat meraih rok yang ada di dekatnya untuk menyembunyikan jejak-jejak memalukan itu. Jika ini adalah pernikahan yang normal, mungkin hal seperti ini sudah terjadi sejak lama, mungkin bahkan di gang belakang tempat perjudian tempat mereka pertama kali bertemu, jadi tidak perlu terlalu mempermasalahkannya.

"Terima kasih, Dora. Jika aku butuh bantuan, aku akan memanggilmu." Odette mengumpulkan pakaiannya yang ternoda, bersyukur bahwa Dora memutuskan untuk tidak memeriksa keadaannya lebih jauh.

Odette menarik napas dalam, berusaha mengendalikan dirinya. Dia terus-menerus mencela dirinya sendiri saat berjalan menuju kamar mandi. Sulit baginya untuk berpikir dengan jelas, tetapi di atas segalanya, satu hal tetap jelas: Bastian gila.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang