Chapter 139 - Salah Perhitungan

71 6 0
                                    

Mobil Bastian melaju melewati mereka tanpa sedikit pun keraguan atau perlambatan. Odette membiarkan tangannya jatuh dari memukul jendela, merasa kehilangan harapan.

Odette tidak bisa mempercayai keberuntungannya ketika melihat mobil Bastian mendekat tepat saat dia berusaha mati-matian membebaskan tangan dari ikatan. Bastian adalah harapan terakhirnya, tetapi, seperti biasa, Odette tidak bisa menjangkaunya.

“Kita harus pergi ke luar negeri, ke suatu tempat di mana tidak ada yang mengenal kita,” kata Franz, nyaris tidak berhenti berbicara dan bertindak seolah-olah mereka bisa memiliki masa depan yang indah bersama.

Rasa takut menjalar di tubuh Odette saat dia memperhatikan Franz. Bicaranya kacau dan matanya memancarkan kegilaan. Kemudian sesuatu menarik perhatiannya, kilatan logam di kursi belakang, tergeletak di antara barang-barang yang terburu-buru dikemas—itu adalah sebuah pistol.

Odette memperhatikan Franz dengan saksama, dia tampaknya tidak menyadari bahwa Odette melihat senjata itu, terlalu sibuk berbicara dengan panik tentang masa depan yang mustahil dijangkau.

Odette dengan hati-hati bergerak mendekati pistol itu. Jika ingin keluar dari kekacauan ini, dia harus melakukannya sendiri, seperti biasa. Dia selalu sendirian, jadi percuma berharap ada orang yang akan datang menyelamatkannya.

“Aku akan mengakui anak di dalam perutmu sebagai anakku sendiri. Bukan salahmu jika kau begitu kejam dilempar ke serigala, tapi sekarang akan baik-baik saja, aku mengerti,” kata Franz.

Delusi Franz kini meluap ke dalam khayalan tentang menciptakan keluarga bahagia, seolah-olah itu mungkin terjadi, padahal dia baru saja menculik istri saudara tirinya.

Odette terus berusaha meraih pistol, takut pada kegilaan Franz. Kondisinya yang sedang mabuk tidak membantu, dia nyaris tidak bisa mengendalikan mobil. Odette harus menghentikannya sebelum terjadi kecelakaan mengerikan.

"Kau akan belajar mencintaiku, Odette," kata Franz sambil tertawa.

Saat Franz tertawa, Odette mendorong tas yang menghalangi jalannya menuju pistol dan segera meraihnya. Bastian pernah mengajarinya cara menembak, dan kenangan yang dia pikir sudah lama terlupakan kembali dalam gelombang sensasi yang jelas.

'Perhatikan baik-baik.'

Odette bisa merasakan kehadiran Bastian di belakangnya, memposisikannya, menunjukkan cara yang benar untuk memegang senjata. Dia ingat hangatnya napas Bastian di tengkuknya, hangatnya matahari keemasan, dan angin yang berhembus di antara langit dan laut.

Odette mengikuti instruksi Bastian, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya, tetapi sulit baginya untuk menstabilkan tangannya. Memastikan bahwa bidikannya sejajar dengan benar saat dia membidik kursi pengemudi. Pernapasannya, sesuatu yang sering dikoreksi oleh Bastian, menjadi fokusnya.

"Hentikan mobil sekarang juga," teriak Odette.

Hanya saat itu Franz tersadar dari lamunannya.

"Kau tidak marah dengan apa yang terjadi sebelumnya, kan?"

Franz terkekeh saat melihat Odette melalui kaca spion.

“Kau tahu aku hanya melakukan itu untuk menyelamatkanmu, kan?”

“Berhenti mencari alasan dan hentikan mobilnya,” kata Odette sambil mengarahkan pistol ke kepala Franz agar dia bisa melihat dengan jelas.

“Kau hanyalah pria menjijikkan dengan keinginan kotor seperti kriminal. Kau telah menghinaku dengan pikiran kotormu dan bahkan sekarang menculikku.” Odette memindahkan jarinya ke pelatuk.

Bastian pasti akan datang, Odette yakin akan hal itu. Sekarang, dia seharusnya sudah tiba di mansion dan menyadari bahwa Odette hilang. Jika Bastian melihat Margrethe terluka, dia pasti akan memahami situasinya. Bastian akan melakukan apa pun demi anaknya dan datang untuk menyelamatkan mereka. Odette hanya perlu menghentikan mobil untuk mengulur waktu.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang