Chapter 79 - Jika Kau Tidak Tulus

74 2 0
                                    

Mata Maria Gross melebar penuh kekaguman, karena dalam momen yang singkat itu, seolah-olah langit dan bumi telah mengungkapkan rahasia mereka di hadapannya. Melirik ke arah Bastian yang muda, kekagumannya tercermin di wajah Dr. Kramer yang duduk di sampingnya.

Dengan pekerjaan yang menunda kedatangannya, Bastian akhirnya memasuki rumah, disambut oleh ruangan yang penuh tamu. Dalam genggamannya terdapat buket bunga yang menakjubkan. Namun, pesona itu segera memudar saat rahang Maria ternganga melihat buket lain yang diam-diam dibuat untuk istrinya.

Dalam sekilas pandang, buket Odette tampak jauh lebih kecil dan sederhana dibandingkan dengan milik Maria, sebuah pilihan yang disengaja dari seorang keponakan yang berpikir untuk menjadikan bibinya sebagai protagonis hari itu.

Namun, Maria segera merasakan ketulusan yang tulus dalam kumpulan iris sederhana yang diberikan Bastian kepada istrinya.

Seperti yang biasanya dilakukan pria, keponakannya memilih buket dari berbagai pilihan—sebuah kreasi yang indah, dihiasi dengan perpaduan harmonis dari jenis bunga yang sangat disukai, mirip dengan yang baru saja dia berikan kepadanya.

Namun, jelas bahwa iris yang dia berikan kepada istrinya telah dipilih dengan tangannya sendiri. Meskipun bukan bunga yang sangat langka, dia tampak berbeda dari yang biasa. Maria yakin bahwa tidak ada florist yang waras akan memasukkan iris dalam pesanan bunga seorang pria kecuali diminta secara khusus.

Maria tidak bisa menahan tawa, merasa situasinya sulit dipercaya. Sejak Bastian menyerahkan buket iris kepada istrinya, tatapannya tidak pernah berpaling, tetap terfokus pada setiap gerakan istrinya.

Bahkan gerakan sekecil apa pun atau tatapan singkat dari Odette menerima perhatian penuh Bastian. Dia tampak seperti remaja yang sedang jatuh cinta, merasakan gairah cinta pertama. Di sisi lain, Maria juga terpesona oleh kemampuan Odette untuk menjaga sopan santun meski sedang diperhatikan dengan intens.

“Aku tidak menyangka Bastian akan menjadi suami yang menyedihkan seperti ini,” bisik Dr. Kramer, dan Maria hanya menjawab dengan senyum tipis.

“Makan malam sudah disiapkan. Silakan menuju ke ruang makan.” Begitu pelayan tiba, Bastian akhirnya mengalihkan tatapannya dari istrinya dan mendekati Maria dengan sikap tenang, siap menemaninya.

“Perkenankan saya memimpin jalan, Nyonya Gross,” katanya dengan senyum santai. Itu adalah ekspresi familiar Bastian Klauswitz yang dikenali Maria, menampilkan perpaduan antara tekad halus dan nakal, membuatnya semakin menarik.

“Mungkin ini hanya ilusi dari mataku yang menua,” pikir Maria, sambil menggenggam tangan keponakannya.

Jika Bastian masih belum menyadari, lebih baik mempertahankannya seperti itu—dia memiliki wajah seorang pria yang sangat jatuh cinta.

*.·:·.✧.·:·.*

Makan malam itu benar-benar menyenangkan, dengan hidangan yang lezat dan minuman yang disiapkan dengan teliti. Suasana diisi dengan percakapan hangat dan tawa, menciptakan atmosfer yang menyambut.

Saat hidangan utama terakhir diangkat dari meja, Odette tak bisa menahan napas lega. Pesta luar biasa ini disiapkan di tengah kekacauan, dan tanpa bantuan pelayan terampil, dia tidak akan mencapai kesempurnaan kuliner seperti itu.

Dia meminum air dingin untuk menyegarkan kesadarannya yang semakin memudar. Setelah bertemu ayahnya, Odette merasa sulit untuk berpikir dengan baik—hingga bahkan tidak bisa mengingat bagaimana dia kembali ke Ardenne. Kejadian beberapa jam lalu terasa jauh, hampir seperti kenangan yang samar.

'Bangkitlah.'

Odette mengulangi mantra ini berkali-kali selama makan malam untuk meneguhkan diri. Dia terus berjuang dengan makanan yang tidak berasa, berharap bisa bertahan sedikit lebih lama dengan senyum ramah. Namun, saat makanan penutup disajikan, percakapan yang mengikutinya menjebaknya dalam posisi sulit.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang