Chapter 69 - Induk Burung

46 2 0
                                    

Setelah melewati tikungan, kereta milik keluarga Herhardt berhenti di jalan masuk menuju mansion. Jalan yang berkesan dengan pepohonan menjulang tinggi mengapit di kedua sisinya.

Odette tampak heran sekaligus ketakutan saat mengamati pemandangan di luar jendela. Rute tersebut tampak selayaknya sulaman yang dibuat dengan cabang-cabang pohon yang melengkung dan saling bertumpu satu sama lain, sementara bias-bias mentari menyusup di antara sela-selanya.

Pintu masuk, yang terletak di ujung sana, terlihat sama indah dan megahnya dengan keagungan Herhardt.

Tidak apa-apa.

Odette menarik napas dalam-dalam, memperkuat tekadnya sekali lagi.

Ibu Duke Herhardt, yang dia ajak bicara sehari sebelumnya, sangat ramah. Berdasarkan referensi sekilas ke keluarga kekaisaran, Bastian tampaknya benar dalam berasumsi bahwa mereka sudah mengetahuinya. Meskipun demikian, bahkan jika mereka memilih untuk mengundang putri Putri Helen, tujuannya tidak akan jauh berbeda dari dugaannya.

Dengan tantangan terbesar yang kini telah diatasi, satu-satunya tugas yang tersisa hanyalah menikmati makan siang yang menyenangkan.

Meski Odette merenungkan arahan Bastian, tidak sedikit pun keraguan yang ada di relung pikirannya lenyap begitu saja. Dia terkekeh pelan, teringat betapa mudahnya mengingat nama ibunya. Saat mengalihkan perhatian dari pemandangan yang terlihat di luar gerbong, mau tak mau dia menyadari betapa semuanya tampak lebih cerah.

'Bastian', sambil menyembunyikan nama yang hampir keluar dari bibirnya karena kebiasaan, Odette mengalihkan pandangannya ke arah pria yang duduk di sampingnya. Bastian duduk membungkuk di kursinya dengan mata terpejam.

Merasa tenang, Odette mengamati Bastian yang tertidur dengan perasaan nyaman. Matanya yang tajam diperhalus oleh bulu mata yang sangat panjang, dan kontras antara hidungnya yang mancung dan tajam serta bibirnya yang halus sangat mencolok. Bastian Klauswitz bukan hanya seorang pria tampan tetapi juga seorang prajurit terkemuka dan pengusaha ulung.

Terlepas dari opini publik, Odette tak menganggap keputusannya menikah dengan pria tersebut sebagai sebuah aib. Sulit baginya untuk berempati dengan label menghina yang diberikan kepadanya oleh kaum bangsawan, yang mengejek garis keturunan kakek dari pihak ibu.

Saat Odette merenungkan pemikiran ini, Bastian tiba-tiba membuka matanya, membuatnya sadar bahwa sang suami telah mengawasinya sejak awal. Kesadaran itu muncul begitu tiba-tiba sehingga dia tidak punya waktu untuk mengalihkan pandangannya.

Meskipun situasinya agak canggung, Odette berusaha untuk tetap tenang, dan Bastian juga tampak tenang. Memecah keheningan yang tidak nyaman, Odette angkat bicara terlebih dahulu.

“Aku yakin dasimu kelihatan sedikit miring,” komentarnya, menggunakannya sebagai alasan untuk mengalihkan perhatian dari suasana yang tidak nyaman.

"Di mana?" Bastian bertanya, mengerutkan alisnya saat memeriksa penampilannya. Dengan sedikit rasa khawatir kebohongannya akan terbongkar, Odette buru-buru mengambil dasi Bastian dan meluruskan simpul yang tadinya agak miring. Saat dia melakukannya, kereta mendekati pintu masuk kediaman Duke.

"Selesai,” seru Odette sembari tersenyum natural selagi menarik tangannya dari dasi Bastian. Namun Bastian tetap diam dan tidak memberikan tanggapan.

“Bagaimana perasaanmu? Apa kau baik-baik saja?” tanya Odette, menutupi kekhawatirannya dengan nada prihatin yang tulus.

“Aku baik-baik saja,” jawab Bastian dengan suara pelan, mempertahankan tatapannya yang lama dan tajam ke arahnya sampai kereta berhenti.

Saat pintu kereta terbuka, Odette tersenyum gelisah dan mengarahkan pandangannya ke bawah, bersyukur dia tidak lagi harus bersusah payah menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang