Chapter 118 - Mimpi Merah

75 3 0
                                    

"Aku khawatir padamu, kau terlihat tidak sehat," kata Maximin, tak mampu lagi menahan kekhawatirannya.

Alma dan anjing itu bermain riang di taman. Odette akhirnya menoleh padanya, wajahnya diterangi oleh sinar matahari yang menembus pergola, hampir terlihat seperti dia bersinar.

"Aku baik-baik saja, Tuan Xanders, tidak perlu khawatir."

"Sebenarnya, yang paling khawatir padamu adalah Countess Trier. Dia memintaku untuk memeriksamu karena dia sedang sibuk dengan kerabat di kota lain, dan dia menyesal tidak bisa datang menjengukmu secara langsung," Maximin mengakui sambil mengangkat cangkir teh ke bibirnya.

"Dia juga ingin aku menyampaikan bahwa jika ada yang kau butuhkan, apa pun itu, kau hanya perlu meminta."

"Ah, begitu," jawab Odette, kembali memandang Alma yang bermain dengan Margrethe.

"Melihatmu, aku bisa mengerti kenapa Countess khawatir. Apa kau sudah menemui dokter?" Maximin semakin khawatir.

"Tidak, itu tidak perlu."

"Aku bisa mengenalkanmu pada dokter keluargaku, dia sangat baik dan aku bisa merahasiakannya sesuai keinginanmu."

Odette telah berubah sejak suaminya kembali. Awalnya, Maximin mengira itu karena beban kehilangan ayahnya, tetapi sekarang dia yakin itu karena hal lain, dan satu-satunya hal yang bisa dia pikirkan adalah Bastian.

"Terima kasih, tapi aku harus menolak, sungguh tidak perlu. Aku tidak ingin merusak kredibilitas Dr. Kramer dengan diperiksa oleh dokter lain," kata Odette dengan sopan.

"Maafkan aku, Odette. Mungkin aku terlalu khawatir dengan kesehatanmu," ujar Maximin, matanya jatuh pada cincin kawin longgar yang melingkar di jari Odette. Keheningan canggung di antara mereka terpecah oleh tawa riang Alma yang kembali ke arah mereka.

"Aku akan memberikannya kepada Ny. Klauswitz." Alma mendekati Odette, membawa buket bunga segar yang baru dipetik.

"Alma, kau tidak boleh memetik bunga orang lain tanpa izin," tegur Maximin.

"Tidak apa-apa, Tuan Xanders, sungguh," kata Odette. Dia menerima bunga itu dengan senyuman penuh kasih.
"
Mereka sangat cantik, Alma, sama sepertimu."

"Bunga adalah yang tercantik, jadi kau harus bilang bunga itu cantik seperti Ny. Klauswitz," kata Alma, seperti seorang guru kepada anak didik.

Odette tak bisa menahan tawa mendengar kelucuan Alma. Alma juga ikut tertawa, meskipun tidak sepenuhnya memahami percakapan itu, bahkan Margrethe pun menggonggong dengan riang. Odette membungkuk dan mencium pipi Alma.

Suasana ceria itu hanya tergores oleh pikiran yang tiba-tiba menyeruak-bahwa hanya tersisa tiga hari. Membayangkannya saja sudah terasa begitu menyesakkan, tapi dia harus pergi.

Yang membuat keadaan semakin mendesak adalah surat dari Theodora yang diberikan Molly kepadanya, menawarkan bantuan dan berjanji memberinya uang. Namun, ada syarat yang melekat pada bantuan itu-dia harus menghilang sebelum musim dingin tiba.

Itu disajikan seperti tawaran yang murah hati, tetapi Odette bisa melihatnya sebagai ancaman yang sebenarnya. Sebuah langkah putus asa untuk melindungi putranya, yang menunjukkan obsesi tidak sehat terhadap istri saudara tirinya.

Uang dalam situasi ini seperti racun.

Odette bertekad untuk tetap teguh menghadapi manipulasi wanita itu. Dia membakar surat itu dan hampir mengusir Molly, tetapi itu akan terlalu mencolok. Dia tidak berniat bekerja sama dengan Theodora, setidaknya tidak dengan niat untuk menyakiti Bastian.

Sudah saatnya meninggalkan sarang tikus ini untuk selamanya.

"Apa kau akan pergi ke Ratz sekarang?" tanya Odette, dengan sopan mengisyaratkan bahwa dia ingin mengakhiri percakapan mereka.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang