Chapter 152 - Luka yang Membusuk

77 4 0
                                    

Odette berdiri di dekat jendela rumah sakit dan memandang ke halaman belakang. Dia akan segera diperbolehkan pulang, dan sementara menunggu proses akhir, matanya menangkap sepasang kekasih muda yang duduk di sebuah bangku di luar. Itu adalah bangku yang sama tempat xia pernah duduk pada hari musim semi yang penuh keputusasaan, ketika dunia seakan runtuh di hadapannya.

Setelah beberapa saat, pasangan itu bangkit. Wanita itu tampak terluka di kakinya, dan pria di sampingnya membantunya berjalan terpincang-pincang kembali ke rumah sakit. Menyenangkan melihat sepasang kekasih yang begitu saling mencintai.

Bahkan setelah pasangan itu menghilang ke dalam rumah sakit, Odette masih terus memandangi bangku yang kini kosong, kilauan cahaya di atas salju yang tersisa menyengat matanya. Dia masih memandang ketika Dora tiba setelah bertemu dengan utusan dari admiralti.

“Master mengatakan bahwa dia sangat menyesal tidak bisa menemani Anda pulang secara pribadi, tetapi dia sedang terlibat dalam pekerjaan yang sangat penting. Dia memberi instruksi agar saya mengawal Anda ke rumah Ratz, kapan pun Anda siap, Nyonya.”

Bastian telah kembali bekerja beberapa hari yang lalu. Dia selalu pergi sebelum fajar, tetapi akan kembali pada malam hari. Odette selalu tertidur, tetapi Dora telah memberitahunya bahwa Bastian selalu memperhatikan saat dia tidur. Mungkin itu yang terbaik, Odette hanya bisa menebak betapa canggungnya jika mereka harus berhadapan dalam situasi sulit ini.

Apa dia ingin kembali padanya?

Dia tidak tahu.

Apakah dia ingin meninggalkannya?

Dia juga tidak yakin akan hal itu.

Sekarang tampaknya itu mungkin hal yang baik. Apa pun yang dia pilih, sepertinya tak ada yang akan berubah.

Odette perlahan mengenakan mantelnya. Odette belum sepenuhnya pulih, tetapi para dokter mengatakan dia bisa pulang selama dia berhati-hati dan tidak terlalu banyak beraktivitas. Rasanya, keadaan tidak mungkin lebih buruk dari ini.

“Ada sesuatu yang ingin kuminta darimu,” kata Odette.

Dora yang sedang mengambil tas Odette tiba-tiba berhenti. Dia berbalik dan menatap Odette dengan pandangan yang membuat jantung Odette seakan jatuh ke perutnya.

“Bisakah kau membawakan Meg ke Ratz untukku?” Sebuah senyum tipis terlintas di bibirnya, senyum pertama yang menunjukkan perasaan manusiawi sejak insiden itu. Tapi pemandangan ini hanya semakin memperdalam jurang kesedihan di hati Dora.

“Saya minta maaf, Nyonya, tapi...” Dora berusaha mencari kata-kata untuk menjelaskan kepada Odette bahwa Margrethe telah hilang sejak hari dia diracun.

Sudah sepuluh hari berlalu dan anjing itu tak juga ditemukan. Bastian telah memerintahkan semua pelayan untuk menyisir seluruh area mencari Margrethe, tetapi tak ada jejaknya. Bastian juga memberi perintah tegas agar Odette tidak diberi tahu, tetapi sekarang tampaknya tak mungkin lagi menyembunyikan hal ini darinya.

“Ada apa?” tanya Odette, dengan suara yang sudah mulai diwarnai kesedihan.

“Saya minta maaf, Nyonya, tapi Margrethe telah hilang sejak insiden itu. Jangan khawatir, orang-orang terus mencarinya dan ini hanya masalah waktu.” Dora tahu itu adalah kebohongan yang bahkan anak kecil pun tidak akan percaya, tetapi dia tidak punya pilihan lain.

Dora sudah bersiap untuk menghibur Odette saat dia menangis dalam kesedihan, memeluknya saat dia jatuh berlutut, dan menanggung apa pun kata-kata marah yang mungkin terlontar dari mulutnya. Tetapi, semua itu tak terjadi.

Odette hanya berdiri di tengah ruangan rumah sakit, menatap Dora hingga keheningan yang tebal menggerogoti napasnya.

“Baiklah, kita kembali ke Ardenne,” kata Odette, suaranya sedingin dan sejelas langit biru hari ini.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang