Chapter 40 - Ayo Berusaha Untuk Menang Kali Ini

32 1 0
                                    

Odette mengintip melalui jendela dengan gugup ketika kendaraan itu semakin turun ke lembah gunung. Meski di bawah langit paling terang sekalipun, rerimbunan tumbuhan runjung lebat yang mengelilinginya memancarkan suasana menakutkan. Berbeda sekali dengan panas menyengat yang jatuh di kaki gunung, angin sejuk bertiup melalui pepohonan yang menembus langit, membangkitkan suasana hati yang tidak wajar.

Keheningan hutan lebat menyelimuti mereka, hanya dipecahkan oleh dengungan mesin mobil. Kata-kata Odette menembus keheningan seperti belati, dipenuhi kehati-hatian dan ketidakpastian.

“Apakah kita tidak salah jalan?” dia bertanya, kata-kata pertama yang keluar dari bibirnya sejak kepergian mereka dari Ardene.

Bastian mengarungi jalan berkelok itu dengan mudah, pandangannya tertuju lurus ke depan dan dagunya sedikit condong. Odette mau tidak mau merasa kesal dengan sikapnya yang tidak berperasaan, seolah-olah wanita itu hanyalah serangga yang menyebalkan, meskipun dia tidak menunjukkannya. Odette berkata pada dirinya sendiri, “Jangan pikirkan itu,” dan matanya kembali menatap dunia di balik jendelanya.

“Apa mungkin ada vila di daerah ini?” Odette bertanya-tanya dalam hati. Namun, dia merasa skeptis, dan memutuskan untuk tidak bertanya lagi. Bagaimanapun, sepertinya tidak ada gunanya berbicara dengan Bastian.

Dalam sekejap, akhir pekan yang menakutkan telah tiba, memaksanya untuk menghadapi pria yang ingin dia hindari. Namun, ada secercah kenyamanan saat mereka diundang ke vila keluarga Demel di kota tetangga. Undangan ini membuat mereka tidak perlu bersama terus untuk waktu yang lama. Mengingat hal ini, Odette yakin bahwa  bisa mengatasi situasi ini selama pria itu mau bekerja sama, dan dia bertekad untuk melakukan bagiannya.

Odette menutup buku yang baru saja dibacanya sambil menghela nafas pelan. Dia sangat berharap membawa seorang pelayan bersamanya, bukan suaminya. Sayangnya, Bastian bersikeras untuk menyetir sendiri. Pria itu mengaku keluarga Demel memiliki staf yang cukup dan tidak membutuhkan kendaraan sendiri. Akibatnya, pelayan yang bersiap berangkat bersama mereka pun ditinggalkan.

Pria tersebut menjalani kehidupan yang lebih aristokrat dibandingkan bangsawan lainnya, tetapi secara mengejutkan dia memiliki sikap yang bersahaja dan pragmatis. Beberapa orang mencemooh ini sebagai tanda garis keturunan rendahan,Odette memandangnya sebagai sifat yang sangat terpuji. Namun, perasaannya saat ini terhadapnya tidak sejalan dengan perspektif ini.

“Ohh…”

Odette berseru pelan ketika mobil mereka muncul dari balik bayangan hutan jenis konifera.

Bastian melirik sekilas ke arah istrinya yang buru-buru menurunkan kaca jendela mobil, dan kini menatap vila megah milik keluarga Demel dengan tatapan penuh pesona. Vila ini terkenal karena pemandangannya yang menakjubkan, dan tampaknya Odette, seperti banyak orang sebelumnya, benar-benar terpesona.

Bastian memperlambat laju mobilnya saat mereka melaju di jalan masuk menuju vila.

Permukaan air yang berkilauan terlihat sekilas di balik deretan pohon birch. Harta paling berharga di vila ini adalah sebuah danau yang terbentuk ketika gletser mencair. Pegunungan tinggi di sekitarnya benar-benar putih karena hujan salju tahunan, yang tidak mencair bahkan di pertengahan bulan Juli.

Warna-warna objek di sini tampak sangat kaya dan cerah, mungkin karena udaranya yang bersih. Tanaman hijau segar, langit biru dan tinggi, serta senyuman hangat di wajah wanita dingin itu saling melengkapi.

Protesan Odette sebelumnya benar-benar terlupakan pada saat ini. Bastian tertawa melihat kekonyolan itu. Tampaknya keberatannya telah mencair seperti lilin dengan munculnya satu pemandangan yang menakjubkan.

Odette adalah seorang wanita khayalan yang sering tersenyum dengan aura kepolosan murni, seperti anak kecil yang matanya bersinar karena rasa takjub dan terpukau, bersemangat untuk menjelajahi dan mengagumi dunia di sekitar mereka. Namun, seperti biasa, kerlap-kerlip cahaya ini memudar begitu Bastian menatap matanya.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang