Chapter 182 - Kekasih Semalam

88 4 0
                                    

[Anak di bawah umur jauh-jauh dari bagian pertama!! Langsung baca  bagian ke dua yaa. Jangan ngeyel!!!]

Matahari sudah lama tenggelam ketika mereka meringkuk dalam pelukan satu sama lain, cahaya bulan pucat menjadi lagu pengantar tidur, membuai keduanya dalam sinarnya, membuat pikiran lelah terlelap. Namun, tidur tak pernah menghampiri mereka untuk waktu yang lama.

Odette perlahan membuka kelopak matanya yang berat, dan langsung terpesona oleh mata biru Bastian, yang berkilau seperti lautan dalam kegelapan—penuh emosi yang berbicara lebih dari kata-kata. Dia mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur, tubuhnya menggoyangkan tubuh Odette seperti gelombang pasang yang menyapu pantai; dan Odette bergerak bersamanya, merasakan otot-ototnya nyeri untuk bergerak.

Cahaya rembulan yang memancar lembut melalui jendela, sementara malam semakin kelam. Mereka akan bergeser sedikit saat lengan mulai lelah, mereka akan berhenti sejenak hanya untuk menatap penuh cinta ke mata satu sama lain atau berbagi ciuman singkat. Waktu seakan berhenti dalam momen ini, karena semua rasa dan pemahaman tentang realitas menghilang—meninggalkan hanya mereka berdua dalam keabadian yang penuh kebahagiaan di atas ranjang.

Kebencian pada diri sendiri yang biasanya membanjiri pikirannya setelah malam penuh keintiman kali ini tidak hadir. Dia merasakan hatinya membuncah dengan gairah yang membuat seluruh tubuhnya bergetar. Dia direngkuh dalam pelukan kerinduan yang tulus, menikmati hangatnya sentuhan Bastian.

Bahu Bastian yang kokoh memeluknya seolah-olah mereka ditakdirkan untuk bersama selamanya. Hasrat membara mengalir dalam nadinya seperti sungai yang mengamuk. Nafasnya tersengal, dan matanya mulai kabur saat dia merasakan tubuh mereka menyatu menjadi satu.

"Ah!" Nafasnya terhenti di tenggorokan, dan pandangannya beralih antara bahu Bastian dan kakinya yang gemetar sebelum kembali bertemu dengan mata Bastian yang dipenuhi nafsu menyala. Setiap gerakan yang Bastian lakukan di dalam dirinya menggetarkan inti tubuhnya, seakan-akan menciptakan crescendo dari simfoni emosional dan fisik; kenikmatan semakin intens hingga berujung pada rasa sakit.

"Please," Odette memohon, suaranya penuh keputusasaan.

Bastian mendekat, merengkuhnya dalam pelukan sambil dengan lembut mencium pipinya yang asin, menyentuhnya di tempat-tempat yang membuatnya gemetar. Lengan ramping Odette melingkari leher Bastian dengan erat, jarinya menyusup ke rambutnya yang basah oleh keringat, menariknya lebih dekat hingga bibir mereka menyatu dalam ciuman penuh gairah yang terasa tak berujung.

Odette terbakar oleh hasrat saat ciuman mereka semakin dalam. Seprai di tempat tidur berputar dan terjerat di sekitar tubuh mereka ketika kaki saling melilit. Odette merasa terdesak untuk menyelesaikan percintaan mereka. Namun, ketika dia bergerak, Bastian menariknya ke bawah, ke lantai.

Menyerah pada momen itu, Odette berusaha menahan dirinya dari kenikmatan yang semakin membuncah dalam dirinya. Bastian duduk di hadapannya, tubuhnya yang terpahat diterangi cahaya bulan perak yang jatuh dari jendela. Tatapannya yang menusuk tak pernah lepas dari dirinya, mata yang dingin, tetapi menyala oleh nafsu yang tak terlihat, mata yang sekaligus akrab, tetapi asing baginya. Dia pernah terpesona oleh mata itu, dulu dia sangat mendambakannya, tetapi sekarang, semua yang dia rasakan adalah teror yang membara di dalam dirinya.

Dengan putus asa, dia telah melemparkan segalanya, berharap akan akhir yang sempurna untuk kisah mereka. Tetapi sekarang kebingungannya tumbuh seiring setiap detik yang berlalu. Dia mulai bertanya-tanya, apakah waktu mereka bersama hanyalah ilusi?

Dia menyadari tindakan Bastian saat ini, digerakkan oleh satu tujuan tunggal, seperti saat-saat ketika pria itu memberinya rasa sakit terbesar, tetapi dia juga tahu bahwa Bastian bukan lagi pria yang sama dari malam-malam tergelap mereka.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang