Chapter 64 - Jangan Tutup Matamu

56 3 0
                                    

Gema nada terakhir disambut dengan tepuk tangan meriah.


Odette dikejutkan oleh suara tersebut dan segera menoleh ke arah lain dari tempatnya baru saja datang. Bastian bertepuk tangan sambil bersandar di pintu masuk ruangan.


“Bastian?”


Secepat yang dia bisa, Odette melompat berdiri di depan piano. Bastian mengakhiri tepuk tangan dan mulai berjalan perlahan melintasi solarium.


“Itu pertunjukan yang luar biasa, dan aku maksudku benar-benar semuanya, Nyonya.”

Bastian yang berdiri dengan tangan terlipat di belakang punggung, menundukkan kepalanya dengan hormat. Berbeda dengan gerakan elegan itu, sorot matanya menunjukkan  k

ejahilan


"… Terima kasih."


Odette yang sadar sedang diejek, mengawalinya dengan sapaan yang sopan. Senyumannya yang ramah tampak selayaknya seorang istri saat menyapa suaminya.


“Pasti ada kesalahpahaman terhadap berita tersebut. Kudengar kau tidak akan bisa pulang tepat waktu ke rumah.“


"Pekerjaan selesai jauh lebih cepat dari yang diperkirakan.” kata Bastian.


Respon yang diberikannya disampaikan dengan nada monoton. Segera setelah itu, pandangannya kembali ke Odette setelah melewati piano.


“ah… …begitu. Oke, itu sudah beres.”


Odette melakukan apa yang wajar dan berbalik, menyembunyikan partitur musik yang diletakkan di tempat musik.


Sebuah buku latihan yang dirancang untuk membantu seseorang meningkatkan teknik pertunjukannya.


Saat Odette dipukul ibunya, dia mampu menghafal buku itu sepenuhnya; tetapi, karena sudah lama tidak bermain, tangannya menjadi kaku.


Kini dia kesulitan untuk menguasai materi di tingkat menengah, terutama pada latihan terakhir yang dipuji Bastian, dimana Odette banyak melakukan kesalahan.


Terlepas dari betapa buruknya selera musik Bastian, dia bukanlah seseorang yang dengan tulus bisa mengapresiasi penampilan seperti itu. Seorang pria terhormat dan siapa pun bisa menyetujui hal itu, yang selalu sopan, bahkan meskipun dia adala orang yang paling tidak pengertian.


“Mohon maafkan kekasaranku karena tidak menyapamu lebih awal, karena aku tidak menyadari kehadiranmu. Kedepannya tolong beritahu aku terlebih dahulu,” kata Odette meminta maaf kepada Bastian yang tersenyum ramah dan menerima permintaan maafnya dengan ramah.


Bastian menatap wajah Odette, dan seringai tipis terbentuk di sudut bibirnya, “Memberitahumu?” Tanggapannya menunjukkan keengganannya untuk memenuhinya. Namun, senyuman Odette tetap dingin dan tanpa ekspresi, seperti tembok yang kokoh.


Bastian menyadari bahwa Odette tidak benar-benar terbuka padanya, tapi hanya mengubah caranya mengungkapkan kewaspadaan dan keengganan terhadapnya.


Meskipun mendedikasikan diri untuk pekerjaan sebagai istrinya, Odette tetap menjadi orang asing yang sopan, tetapi jauh darinya. Bastian menerima fakta ini tanpa ragu-ragu dan menarik kesimpulan yang lebih pasti darinya.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang