Chapter 161 - Di antara Siang dan Malam

71 5 1
                                    

Ciuman yang impulsif dan penuh gairah itu tidak berlangsung lama. Gairah menyapu Odette dalam gelombang panas, dan ketika akhirnya berakhir, dia merasa kerinduan yang mendalam. Odette ingin kehangatan yang menenangkan itu bertahan selamanya.

Tangan Bastian yang kuat terasa hangat di pipinya, dan dia mengangkat tangannya, meletakkannya di atas tangan Bastian, sementara napasnya yang terengah-engah tercampur dengan ciuman mereka. Dia berusaha mendorongnya menjauh, tetapi Bastian dengan mudah menahan, seperti dinding raksasa yang menghalanginya. Dia selalu membuatnya merasa tak berdaya, suatu fakta yang sangat jelas saat itu.

Bibir Bastian terpisah dari bibirnya, tangannya tetap di pipinya. “Aku akan kembali secepatnya,” katanya, pelukan yang menyesakkan itu menghilang.

Dia menatap dalam mata Odette, matanya sejuk dan cerah seperti biasanya, tetapi Odette tidak bisa membaca apa pun di dalamnya. Yang dia lihat hanyalah ekspresi samar miliknya yang terpantul kembali. Sebuah rasa malu membanjiri dirinya dan dia menundukkan pandangan ke kaki mereka.

Tangan Bastian semakin menguat saat dia menarik wajahnya untuk melihatnya kembali.

“Aku akan segera kembali, Odette,” Bastian mengulangi, menelan kekhawatirannya, dan mengucapkan selamat tinggal dengan tenang. Itu adalah perpisahan yang biasa antara seorang suami yang pergi bekerja dan seorang istri yang mengantarkannya, seolah-olah itu adalah bagian rutin dari kehidupan sehari-hari mereka.

Odette tidak bisa memikirkan apa pun untuk diucapkan sebagai balasan, seperti seorang aktris yang lupa dialognya, dia berdiri dan menyaksikan Bastian melangkah ke mobilnya. Odette merasakan air mata menggenang dan pipinya memerah.

Bastian dengan lembut mengelus wajahnya, lalu melepaskannya dan berpaling. Berpura-pura seolah tidak ada yang terjadi, dia memberi penghormatan kepada para pegawai yang terkejut dan meminta pengertian mereka.

Semua itu hanyalah sandiwara, pikirnya, saat dia membuka pintu mobil dan melangkah masuk ke dalam kursi. Bastian hanya berpura-pura, untuk menyembunyikan kebenaran. Mereka hanyalah para aktor di atas panggung.

Mobil gading itu menggerung di sepanjang jalan, perlahan mulai melaju ke bawah sinar matahari yang menyilaukan. Meningkatkan kecepatan, meninggalkan pintu masuk mansion dan bergerak menuju jalan pesisir, di mana laut turquoise berkilau di depan mereka.

Bastian tidak sekali pun menoleh ke belakang untuk melihatnya hingga dia mencapai jalan raya.

*.·:·.✧.·:·.*

"Nyonya akan keluar?" sang sopir, yang sedang mengelap mobil, menghentikan kegiatannya sejenak untuk mempertimbangkan apa yang baru saja dikatakan oleh Dora.

"Ya, Master sudah memberikan izin," jawab Dora dengan tenang.

"Tapi bukankah Master melarang Nyonya untuk meninggalkan pekarangan mansion?" tanya sopir, bingung.

"Yah, perintah itu sudah tidak berarti lagi berminggu-minggu yang lalu. Berapa kali dia sudah keluar?" balas Dora dengan santai.

"Yah, benar juga," gumam sopir itu, mencoba mencari celah dalam logika tersebut tetapi tak menemukan solusinya. Akhirnya, dengan enggan, ia setuju dengan Dora.

"Dia akan ikut denganku ke Ardenne, untuk mendapatkan udara segar dan suasana baru," tambah Dora, menekankan bahwa sebagai kepala pelayan, dia memiliki sedikit otoritas atas staf lainnya, kecuali Lovis yang bisa membatalkan keputusan itu.

"Baiklah," jawab sopir itu. "Beri aku waktu tiga puluh menit untuk menyiapkan mobil."

Waktunya akan sempit, tapi mereka masih bisa bertemu secara 'kebetulan' dengan Countess Trier di kota. Akan ada sedikit pertunjukan publik, di mana Countess Trier akan mendesak Odette untuk pergi bersamanya, ke tempat aman jauh dari Bastian, setelah Odette diberi tahu bahwa Kaisar telah memerintahkan Bastian untuk bercerai setelah serangkaian insiden memalukan yang terkait dengan keluarga Klauswitz.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang