Chapter 89 - Eve

44 2 0
                                    

Kereta ekspres menuju Lausanne menjadi dunia mini penuh hiruk-pikuk dari kalangan masyarakat elit; gerbong makannya dipenuhi oleh persona-persona terhormat, termasuk bangsawan, vokalis opera ternama, dan tokoh militer berpengaruh, semuanya berkumpul untuk makan malam besar. Dalam perjalanan menuju perayaan, para perwira angkatan laut, terutama Kapten Armada Laut Utara, Bastian Klauswitz, menjadi pusat perhatian. Di tengah kemeriahan, pria itu menonjol sebagai pujaan hati malam itu.

"Karakter yang luar biasa, Ny. Klauswitz," ujar Countess Klein, memanfaatkan jeda dalam percakapan. Theodora, yang sebelumnya memperhatikan meja perwira angkatan laut, mengalihkan pandangannya. Countess itu bisa melihat dari tatapan tajam Theodora balasan yang akan segera datang.

"Maaf?"

"Saya merujuk pada fakta bahwa Anda bertepuk tangan atas kemenangan putra tiri Anda, meskipun dia merebut proyek kereta api dari Anda. Anda benar-benar ibu yang luar biasa, 'kan, Ella?"

"Benar sekali, Ibu," jawab Ella pelan, dengan tatapan penuh ketidakpuasan saat menyadari perhatian Franz yang terus-menerus tertuju pada Odette.

Dengan seteguk anggur, Theodora diam-diam menyenggol kaki Franz, membuatnya menatapnya dengan gugup. Hampir setiap pria di sekeliling mereka sempat melirik istri Bastian.

"Countess, pujian Anda tampaknya sedikit berlebihan. Kami, memang, sangat kecewa, tetapi kita harus memisahkan urusan publik dari yang pribadi. Meskipun hubungan kami dengan Bastian tidak harmonis, dia tetap bagian dari keluarga kami. Bagaimanapun juga, Bastian adalah putra suami saya, dan saudara tiri Franz," balas Theodora tegas, membuat Countess Klein terdiam.

Setiap hari, reputasi Bastian terus meningkat — sebuah fenomena yang akan dimanfaatkan Theodora. Baginya, citra ‘adik pahlawan’ bisa memberikan cahaya yang cemerlang, yang dapat menyinari Franz juga.

"Para hadirin, mari kita angkat gelas untuk bintang Angkatan Laut, Kapten Klauswitz!" seru Laksamana Demel, bangkit berdiri dengan suara yang lantang. Semua mata di restoran tertuju pada meja para perwira angkatan laut.

Di tengah tawa keras dan tepuk tangan yang meriah dari Laksamana, gelombang sorakan gembira menyapu ruangan. Para pelayan menyajikan anggur bersulang dan sampanye ke setiap meja, dan meskipun Countess Klein serta bangsawan lainnya yang kurang menyukai Bastian terpaksa mengangkat gelas mereka, sama seperti Theodora dan Franz.

Laksamana Demel, yang dikenal karena sifat ramahnya dan kecenderungannya untuk minum minuman keras, bukanlah sosok yang mudah didekati. Sebagai Kepala Angkatan Laut dan orang dekat kepercayaan Kaisar, kehadirannya di festival Angkatan Laut dianggap sebagai representasi dari Kaisar sendiri. Dia ada di sini untuk mendukung perayaan besar atas keberhasilan Bastian.

Wajah Demel dihiasi senyuman puas saat dia memperhatikan Bastian dan Odette, yang tampak mempesona seperti dalam foto majalah yang memikat perhatian Kekaisaran.

"Untuk kejayaan dan kemenangan Kekaisaran," Bastian bersulang dengan gelas Odette.

Melihat Bastian sebagai pusat perhatian, satu-satunya yang bisa dilakukan Theodora adalah tersenyum kecut. Ketenangan penuh martabat yang dia pancarkan bukanlah sesuatu yang dipelajari, melainkan bawaan lahir.

Sungguh, hal ini di luar pemahamannya — bagaimana mungkin putri dari seorang pedagang barang rongsokan dan pencuci uang bisa melahirkan seorang anak seperti Bastian?

Setelah mencoreng nama Bastian dengan berbagai label yang memalukan, Theodora kini dihadapkan pada kenyataan pahit yang harus dia telan. Bastian berkembang dalam kesulitan, menjadi semakin kuat alih-alih menyerah pada kegagalan. Baginya, racun bukanlah sesuatu yang mematikan, melainkan menumbuhkan kekuatannya. Theodora menyadari bahwa upaya konvensionalnya untuk menyingkirkan Bastian sia-sia, dan mulai takut bahwa Bastian mungkin mengancam posisi Franz. Rencananya yang baru adalah menghancurkan hidup Bastian dari dalam.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang