Chapter 192 - Ketika Aku Berdiri di Ujung Jalan Ini

60 6 0
                                    

Upacara itu digelar dengan sederhana karena perang. Odette naik ke dalam kereta bersama seorang pelayan yang telah menunggu, tanpa adanya barisan kehormatan. Lambang mewah yang terukir di kereta itu adalah satu-satunya tanda bahwa acara ini bersifat kekaisaran. Ditarik oleh dua kuda putih, kereta tersebut membawa Odette dari twonhouse-nya menuju istana kerajaan. Orang-orang yang mereka lewati berhenti dan menatap. Ketika Odette tiba di istana, kerumunan besar telah berkumpul.

Odette memandang keluar jendela seolah-olah sedang terperangkap dalam mimpi liar. Gerbang dan taman yang sudah tak asing kini terasa begitu asing, terutama saat dia memikirkan mahkota ibunya yang menunggunya di ujung jalan.

Utusan itu telah mengumumkan dekrit Kaisar untuk mengembalikan Putri Helene ke posisinya yang seharusnya. Odette tak pernah benar-benar menganggapnya nyata, seolah itu hanyalah kebohongan yang berbisik di sudut-sudut tergelap pikirannya. Bahkan saat pelayan itu mengucapkan selamat dengan mata berkaca-kaca, dan Count Xanders menjabat tangannya dengan tulus.

“Selamat, Odette, sungguh. Kau telah menerima hadiah ulang tahun terbaik dalam hidupmu,” kata Countess Trier.

“Terima kasih, Countess, tapi mengapa Kaisar melakukan ini?” tanya Odette. Dia memandang Countess Trier dengan mata cerah, seperti anak kecil.

'Suatu hari kita akan kembali ke tempat kita.'

Odette tak pernah berani bermimpi bahwa keinginan ibunya akan menjadi kenyataan. Dia selalu berusaha mengusir pikiran itu, mencoba melupakan tentang impian mencapai istana-istana di langit.

“Melihat dunia hancur adalah sebuah tragedi. Mungkin Kaisar mengalami perubahan hati dan ingin mengampuni saudarinya,” kata Countess Trier, berusaha sekuat tenaga untuk memberikan sedikit penghiburan kepada Odette. Namun, Odette tahu betul bahwa Kaisar bukanlah orang yang sentimental. Odette akan mengetahui alasannya begitu dia bertemu dengan pamannya.

Saat kereta melaju cepat di sepanjang Preve Avenue, tanda-tanda musim liburan mulai bermunculan meskipun perang masih berkecamuk. Odette menutup tirai, enggan memikirkan perasaan yang kosong. Hari ini adalah hari ketika keinginan ibunya akan menjadi kenyataan, dan itulah satu-satunya hal yang ingin dia fokuskan.

*.·:·.✧.·:·.*

“Selamat, Laksamana Klauswitz,” kata Laksamana Ryan sambil memasangkan pin pangkat yang baru ke kerah Bastian. Bastian merespons dengan jabat tangan sederhana dan penghormatan. Suara tepuk tangan dari para prajurit dan pelaut di sekitar mereka menjadi raungan, menandai akhir dari upacara promosi.

Kaisar menganugerahi medali Jasa Perang dan promosi khusus kepada pahlawan Laut Utara. Meskipun ada kekhawatiran mengenai sifat promosi tersebut—sebab jarang sekali seorang Mayor dipromosikan langsung menjadi Laksamana—sebagian besar setuju bahwa Bastian memang layak menerima penghargaan itu. Lagi pula, ini adalah masa perang, kemenangan lebih penting daripada mengikuti aturan konvensional.

“Berikan yang terbaik untuk menjadi laksamana yang menjaga lautan kekaisaran,” kata Laksamana Ryan, sambil menepuk bahu Bastian.

Ketidakpedulian Bastian terhadap statusnya sebagai laksamana termuda dalam sejarah angkatan laut terkesan absurd, tetapi sebagian besar memilih untuk mengabaikannya dan merayakan keberhasilan Bastian. Pertempuran terakhir yang sudah dibentuk semakin mendekat. Ini adalah waktu yang krusial untuk meningkatkan moral.

Ada sebagian yang memandang sinis terhadap jalur cepat Bastian, bahkan sampai merendahkan dengan menyebutnya sebagai Laksamana Kutu Mayfly. Bagi sebagian besar, terutama di kalangan peringkat junior, Bastian telah menjadi sosok dewa perang; promosi ini menjadi katalis yang meningkatkan moral hingga tingkat yang luar biasa.

Bastian - OdetteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang