he know

86 9 2
                                    

Aku langsung menjauh dari pelukan Sam, wajahku memerah. "Niko! ngapain kamu di sini?"

Dia mengangkat tangan, seperti menyerah. "Relax, You ignored my calls and messages again, so I came here to check. Tapi ini..." dia menunjuk ke arah kami, masih dengan senyumnya yang lebar. "...ini cukup menghibur. Aku nggak akan ganggu kalian. Enjoy your time."

Sebelum aku bisa mengatakan apapun, dia melambai dan pergi, meninggalkan kami dalam keheningan yang canggung. Aku menatap Sam, yang tampak berusaha menahan tawa.

"Well," katanya akhirnya. "At least now he knows."

Aku menghela napas panjang, menutup pintu, dan memandangnya dengan tatapan tajam. "Kamu senang?"

Dia tersenyum nakal, lalu menarikku kembali ke pelukannya. "Senang karena aku nggak perlu lagi khawatir soal Niko."

"Memang harusnya begitu," balasku sambil memukul lengannya dengan main-main.

Dia terkekeh kecil sambil mengusap lengannya, pura-pura kesakitan. "Did you forget how old I am? You could break me."

Aku memutar mata sambil tersenyum. "Siapa suruh nggak berpenampilan seperti pria seumuranmu?"

Sam tertawa, lalu berkata dengan nada jahil, "Kalau begitu, numpang sudah begini, dan kita juga masak lumayan banyak, how about we invite Niko for dinner? Biar dia nggak cuma gossiping tentang kita."

Aku terdiam sejenak, lalu mengangguk setuju. "Good idea. Let's do it."

Sam berdiri dan berjalan ke pintu, aku mengikutinya. Kami menuju lorong, dan seperti yang Sam duga, Niko masih berdiri menunggu lift.

"Nicholas," panggil Sam santai.

Niko menoleh, ekspresi jahilnya langsung muncul. "Yes, lovebirds?"

Sam melirikku sejenak sebelum kembali menatap Niko. "How about joining us for dinner? You've already intruded, so you might as well enjoy a proper meal."

Aku menambahkan sambil tersenyum. "Iya, kami masak banyak, Niko. Jangan sampai mubazir. Lagipula, kan kamu suka makan gratis."

Niko tertawa keras. "Ouch, Anna! That's harsh. Tapi fine, aku nggak akan nolak undangan makan gratis."

Di apartemen Sam, meja makan sudah siap dengan hidangan yang menggugah selera. Kami bertiga duduk mengelilingi meja, suasana terasa santai.

"So," kata Niko sambil mengambil sepotong makanan. "Mind explaining how this all happened? You know, you and Mr. Hennessy here."

Aku melirik Sam yang tampak santai, sementara aku merasa wajahku mulai memanas. "It's... well, it just happened," jawabku, berusaha terlihat tenang.

Sam menatapku sambil tersenyum. "Anna's underselling it. She practically charmed her way into my life. I didn't stand a chance."

Aku memutar mata sambil tersenyum malu. "Don't listen to him. It's not that dramatic."

Niko tertawa kecil. "Oh, I'm not surprised at all. Honestly, I kinda saw this coming."

Aku menatapnya kaget. "What do you mean?"

Niko mengangkat bahu santai. "Come on, Anna. It's obvious. You were always talking about Mr. Hennessy. Kalau nggak salah, waktu itu kamu bahkan pernah bilang kalau dia punya 'vibe James Bond' atau semacamnya."

Sam langsung menoleh padaku, tampak tertarik. "Really? You said that?"

Wajahku langsung memerah. "No, I didn't! Niko, stop making things up!"

Niko hanya tertawa sambil meminum segelas air. "Sure, sure. Whatever you say, Anna."

Sam tertawa kecil, terlihat sangat menikmati situasi ini. "Well, I'll take that as a compliment. Thank you, Niko."

Aku menunduk sambil menggumam pelan, merasa malu setengah mati. "You two are impossible."

Tawa Niko dan Sam memenuhi ruangan, mencairkan suasana dan membuat makan malam itu menjadi salah satu momen paling berkesan yang pernah aku alami.

Setelah makan malam, suasana di apartemen Sam terasa hangat. Niko bersandar di kursinya, terlihat sangat puas dengan makanan yang disajikan. Sam dan aku mulai membereskan meja, sementara Niko duduk santai sambil menatap kami.

"You guys make a good team," ujar Niko tiba-tiba.

Aku melirik Sam yang hanya mengangkat bahu sambil tersenyum. "Thanks, Niko. But I think Anna's the one who deserves all the credit. She insisted on helping even though I tried to kick her out of the kitchen."

Aku memutar mata sambil membawa piring ke wastafel. "Kalau aku nggak bantu, mungkin makanannya nggak bakal selesai tepat waktu."

Sam tertawa kecil, "Oh, really? Is that what you think?"

Niko terkekeh melihat kami. "It's funny to see you two like this. Honestly, it's refreshing. Sam, I've never seen you this... relaxed."

Sam memandang Niko sambil mengangkat alis. "Am I usually that uptight?"

"Well..." Niko pura-pura berpikir, membuatku tertawa kecil.

"You can be," jawabku sebelum Niko sempat bicara. "Tapi aku tahu itu hanya di luarnya aja. Di dalam, Sam sebenarnya penuh humor kok."

Sam menatapku dengan senyum kecil. "You're giving away all my secrets, Anna."

"Only the good ones," balasku sambil tersenyum lebar.

Niko berdiri dari kursinya, mengambil jaketnya dari sandaran kursi. "Well, as much as I'd love to stay and watch you two flirt all night, I think I should go."

Sam menatapnya sambil tertawa pelan. "You don't have to leave, Nic. You're welcome to stay."

"Thanks, but I don't want to be the third wheel," jawabnya sambil berjalan ke pintu. "Plus, I need to hit the gym tomorrow. Gotta burn off all that delicious food."

Sam mengantar Niko ke pintu, sementara aku menyelesaikan piring terakhir di wastafel.

"Thanks for coming, Nic," kata Sam dengan nada tulus.

Niko menepuk bahu Sam sambil tersenyum. "No, thank you. For the food and the... entertainment." Dia melirik ke arahku sebelum melangkah keluar. "See you guys around."

Setelah Niko pergi, aku dan Sam duduk di sofa. Ruangan terasa lebih tenang, hanya suara samar dari televisi yang mengisi keheningan.

Sam memiringkan kepalanya menatapku. "Well, that went better than I expected."

Aku tertawa kecil sambil memeluk bantal. "You thought it was going to be a disaster?"

"Not exactly," jawabnya pelan. "Tapi aku nggak menyangka kalau Niko akan menerima hubungan kita dengan cukup... baik."

Aku mengangguk, merasa lega. "Actually i think so too. Tapi aku rasa, Niko itu sahabatku dia pasti mendukung semua pilihanku selama itu baik dan selama kita bahagia, itu yang paling penting."

Sam tersenyum kecil, menarikku ke pelukannya. "You're right. That's all that matters."

Kami duduk dalam keheningan, menikmati momen kebersamaan tanpa perlu kata-kata. Rasanya seperti segala hal di dunia ini ada di tempat yang tepat.

Dear SamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang