Interrogation

67 27 15
                                    

Pagi ini aku bangun seperti biasa dan menyiapkan sarapan. Pagi ini aku memutuskan untuk membuat beberapa sandwich sebagai tanda terima kasih kepada Sam atas coklat dan permen yang dia berikan padaku semalam. 

Setelah selesai membuat sandwich, aku berencana keluar dari apartemenku dan menunggu Sam di lobby apartemen untuk berangkat ke kantor bersama. Namun, ketika aku membuka pintu, aku terkejut melihat Niko berdiri di depan pintu apartemenku.

"Nik? pagi-pagi ngapain udah disini?" tanyaku bingung.

Niko tersenyum canggung. "Aku cuma agak khawatir sih, Na. After Sam kemarin di kantor, aku pikir kamu mungkin bakal canggung kalau berangkat sama dia."

Aku ingin menjelaskan kepada Niko bahwa Sam sebenarnya berlaku sangat baik kemarin saat pulang kerja, tetapi sebelum aku sempat membuka mulut, Sam keluar dari pintu apartemennya.

"Morning," sapa Sam, menatap kami dengan alis terangkat. "Ada masalah? Kenapa Niko ada di sini?"

Niko cepat-cepat menjawab, "Aku cuma datang untuk jemput Anna."

Sam terlihat terheran-heran. "Bukannya antara aku dan Anna gak ada masalah? Aku sudah bilang Anna bisa  ikut aku ke kantor. Anna, Are you trying to avoid me ?"

Aku melihat rasa tersinggung di wajah Sam dan merasa bersalah. "Bukan begitu, Sam. Niko cuma mau jemput aku karna... well, kami harus pergi ke suatu tempat sebelum ke kantor."

Sam mengangguk, meski terlihat masih ragu. "Alright then, hati-hati di jalan." ujar Sam.

Kemudian aku berjalan menuju lift bersama Niko. Aku merasa canggung dan sedikit kecewa karena tidak bisa memberikan sandwich yang sudah kubuat untuk Sam.

Saat sampai di kantor, aku menghidupkan komputerku dan mencoba menyelesaikan pekerjaan-pekerjaanku secepat mungkin. Konsentrasiku sepenuhnya pada layar komputer ketika aku melihat dari sudut mataku bahwa Sam masuk ke ruangannya. Dia melangkah melewatiku, dan ketika mata kami bertemu, dia memberikan senyuman simpul.

Aku merasa jantungku berdebar sedikit lebih cepat. Apakah dia tersinggung soal tadi pagi? Pikiran itu terus menggangguku saat aku mencoba fokus kembali pada pekerjaanku. Setiap kali aku melihat pintu ruangannya, aku merasa cemas.

Senyum Sam yang tidak biasa itu benar-benar membuatku gelisah. Aku takut Sam akan membuat rapat dadakan dan membalasku habis-habisan di saat rapat. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku tanpa sadar tiba-tiba Sam berdiri di depanku, memberikan beberapa dokumen yang dia minta aku periksa. Aku mematung melihat Sam, dan kemudian dia pergi mengarah pintu keluar tanpa berbasa-basi, membuatku semakin gelisah.

Perlakuan Sam benar-benar membuatku gelisah, aku memutuskan untuk mengejar Sam. Saat Sam hendak membuka pintu keluar, aku hampir terjatuh saat berlari, tetapi Sam dengan sigap menangkap tubuhku. Melihat tangan Sam yang kokoh memegangiku, aku berpikir, apa benar Sam berumur 52 tahun? Apa pria berumur 52 tahun memang sekuat ini?

"Are you okay?" tanya Sam, suaranya Khawatir. "Kenapa buru-buru?"

Aku bingung harus menjawab apa. Alasan sebenarnya karna aku merasa cemas atas perlakuan Sam yang tidak biasa yang kurasakan sejak tadi pagi, Tetapi aku tidak bisa mengatakannya. Dengan cepat, aku mengarang alasan. "Aku...aku cuma mau tanya, apa kamu sudah nemuin film Cassablanca-nya?" ujarku beralasan.

Sam tersenyum, kali ini lebih hangat dan santai. "Kenapa harus lari-lari? You have my phone number, why don't you just send me a message to ask something like this, Anna?"

Aku merasa pipiku memerah, sedikit malu dengan kebodohanku. "Ya, you're right. Maaf, aku cuma..."

Sam mengangkat tangannya, memotong ucapanku. "It's okay, Anna. I just want to make sure you're fine." Dia melepaskan genggamannya secara perlahan, memberikan sedikit jarak di antara kami. "And about that film, ya, I've found it. We can watch together whenever you want."

Dear SamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang