Coffee

82 26 9
                                    

Pagi itu, aku bangun lebih awal dan merasa segar. Aku keluar dari apartemenku dan menuju lift. Saat lift hampir tertutup, seseorang menahan pintunya agar tetap terbuka. Ternyata, di dalam lift itu ada Sam.

"Hai, Anna," sapa Sam dengan senyum ramah. "Morning."

"Morning, Sam. Thanks ya udah nnahan pintu lift," balasku sambil tersenyum.

Kami mengobrol sedikit saat lift turun. Sam bertanya, "Kamu kerja di daerah mana, Anna?"

"Di pusat kota, di sekitar Sudirman," jawabku.

"Oh, aku bakal lewatin area itu  ke tempat yang kutuju. Mau ikut?" tawarnya.

Aku tersenyum, merasa tersanjung oleh tawarannya. "Thank you, Sam, tapi aku gak mau ngerepotin. Aku biasa naik Busway."

"Benarkah?" Sam mengangguk, tampak sedikit kecewa tapi mengerti. "Alright."

Saat kami keluar dari lift dan berjalan menuju pintu keluar gedung apartemen, aku berbelok berjalan menuju halte Busway. Alih-alih menuju parkiran, Sam mengikuti arahku dan bergabung di antrean busway yang sama.

Aku menatapnya dengan bingung. "Sam? Kenapa kamu disini? ini antrian naik Busway"

Sam tertawa kecil. "Aku mau coba transportasi umum Jakarta. Lagipula, ini bisa jadi pengalaman menarik, bukan?"

Aku terkejut tapi senang dengan sikapnya yang ramah dan fleksibel. "Wah, jarang-jarang ada yang mau mencoba hal kayak ini."

Sam tersenyum, "You make it sound fun, so why not give it a try?"

Aku tertawa mendengar ucapan Sam lalu kami pun menaiki Busway bersama, duduk bersebelahan, dan melanjutkan obrolan ringan kami. Perjalanan yang biasanya terasa rutin dan membosankan menjadi lebih menyenangkan dengan kehadiran Sam di sebelahku. Kami berbicara tentang berbagai hal, dari rute busway hingga pemandangan kota Jakarta yang padat dan sibuk.

Saat dalam perjalanan, aku teringat bahwa aku bangun cukup awal pagi ini dan sempat membuat sandwich dari bahan-bahan yang ada di kulkasku. Aku mengeluarkannya dan membaginya dengan Sam.

"Tidak usah, harusnya kamu makan di jam istirahat," ujar Sam menolak.

"Enggak, aku memang biasa makan sesuatu di Busway. Ini cegah biar aku gak ketiduran karena aku gampang ketiduran," ujarku.

Sam tertawa dan akhirnya mengambil sandwich yang kubuat dari kotak bekalku. Setelah mencicipi gigitan pertama, dia memuji sandwich buatanku.

"Ini enak banget. Kamu benar-benar pandai masak ya," pujinya dengan senyum lebar.

Aku tertawa mendengar pujian Sam dan menyangkal ucapannya. "Ah, ini cuma sandwich biasa semua orang bisa buat gak ada yang spesial."

Kemudian aku tersadar aku sudah hampir tiba di halte dekat kantorku. Aku bangkit dan bersiap-siap untuk turun. "Aku sampai," ucapku pada Sam.

Sam menghentikanku yang hendak turun dari busway dan membuka tasnya. Dia memberikan kopi kaleng dan beberapa permen kopi padaku.

Aku yang menerima kopi dan permen dari Sam memasang wajah bingung.
"Biar gak ngantuk," ujar Sam sambil tersenyum seperti menggodaku.

Aku tertawa kecil. "Thank you  Sam, you so nice."

"You're welcome, Anna. Have a great day at work," jawab Sam dengan senyum yang hangat.

Aku turun dari busway, membawa kopi dan permen dari Sam. Lalu aku melihat ke arah busway dan melambai pada Sam sebelum berjalan menuju kantor.

Sesampainya di ruanganku, aku meminum kopi pemberian Sam sambil membuka file-file pekerjaanku.

Dear SamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang