The Incident

95 32 7
                                    

Pagi ini aku bergegas untuk berangkat kerja. Aku menuju lift, dan saat pintu lift hampir tertutup, terdengar suara teriakan memintaku untuk menahannya.

"Hold the lift, please!"

Aku cepat-cepat menekan tombol untuk menahan pintu lift. Ternyata itu suara Sam. Dia masuk dengan napas sedikit terengah-engah.

"Thank you, Anna," katanya sambil tersenyum.

"No problem, Sam. Pagi-pagi begini kok buru-buru?" tanyaku sambil tersenyum balik.

Sam menggunakan kemeja putih dengan kancing di bagian leher yang dia biarkan terbuka dengan celana abu-abu ditambah sepatu loafers hitamnya yang membuat tampilannya menawan.

"Saya ada beberapa urusan yang harus diselesaikan," jawabnya. "Kamu sendiri, berangkat kerja?"

Aku mengangguk "Ya, saya bekerja sebagai Junior Architect," jawabku dengan bangga.

"Wah, kedengarannya menarik. Pasti sibuk sekali, ya," ujar Sam.

"Begitulah. How about you, Sam?" tanyaku penasaran.

Sam tersenyum kecil. "Saya menghabiskan banyak waktu saya menulis."

"Menulis? Kamu penulis?" tebakku.

Sam hanya tersenyum tanpa menjawab. Sebelum aku sempat bertanya lebih jauh, tiba-tiba lift berhenti dengan keras dan lampu berkedip-kedip. Aku tersentak.

"What's wrong?" tanyaku dengan panik.

Sam menekan tombol darurat beberapa kali, tetapi tidak ada respons. "Kayaknya kita kejebak, Anna."

Aku meraih ponselku dan segera menghubungi Niko. "Niko, aku kejebak di lift! di gedung apartemenku," kataku dengan suara panik.

"Anna, tenang! Sebutin alamatnya," jawab Niko dengan nada cemas.

Aku menyebutkan alamat apartemenku, tetapi tiba-tiba sinyal ponselku hilang. "Oh shit!, sinyalnya hilang," kataku dengan putus asa.

Aku menggoyang-goyangkan ponselku untuk mendapatkan signal selama beberapa menit namun hasilnya nihil.

"Gimana kalau liftnya ga kebuka?" ujarku panik.

Sam menenangkanku. "Tenang, Anna. Everything gonna be okay." Dia duduk di lantai dan mengajakku duduk di sampingnya. "Tell something about you. Mungkin itu bisa membantu kamu mengalihkan pikiran."

Aku menarik napas dalam-dalam dan mulai bercerita. "Aku pindah ke sini karena pekerjaan baru karna aku gak mau ketemu mantan pacarku lagi."

"Why?" tanyanya penasaran, aku hanya merespon dengan senyum simpul.

"Ah, okay kamu ga perlu jawab, sometimes kita harus buat keputusan sulit untuk kebahagiaan kita sendiri." ujar Sam.

"How about you, Sam? Apa yang buat kamu stay di Indonesia?" 

Sam menghela napas panjang. " Actually, i was born and grown up in America and when i was 23 Aku kerja untuk salah satu perusahaan di Amerika dan dipercaya untuk mengawasi salah satu cabang perusahaan yang ada di Jakarta. first, aku ngerasa asing, tapi lama-kelamaan, aku jatuh cinta dengan tempat ini. Budaya, orang-orang, dan suasananya— then i met my wife here, semua membuatku ingin tinggal lebih lama." ujarnya dengan senyumnya yang menawan itu

Aku duduk di lantai lift bersama Sam. Meskipun aku masih panik, kehadirannya memberiku sedikit ketenangan. "Sam kok kamu bisa begitu tenang?" tanyaku dengan suara gemetar.

Sam tersenyum lembut. "Aku pernah ngalamin situasi seperti ini sebelumnya. so, freaking out gak akan ada gunanya." sambil menaikkan kedua alis matanya.

Tiba-tiba, lift terguncang keras, membuatku semakin panik. "Oh shit, Sam! What happened? Apa kita bakalan jatuh?"

Sam menenangkan dengan memegang tanganku. "Anna, rileks. Semuanya akan baik-baik saja. I'm here with you."

Aku merasakan ketenangan dari genggamannya dan mencoba bernapas lebih dalam. Waktu berlalu, dan kami masih terjebak di lift. Aku mulai merasa lelah dan tanpa sadar bersandar di bahu Sam.

Setelah sekitar tiga jam, pintu lift akhirnya terbuka. Aku terbangun mendengar suara dari luar. Niko berdiri di luar lift dengan wajah khawatir. "Anna! Are you okay?"

Aku mengangguk lemah dan berdiri perlahan, masih merasa lelah. "Ya, Niko. i'm fine. Thanks for coming."

Sam membantuku keluar dari lift, dan aku memberikan senyum terima kasih padanya. "Thank you, Sam." dan Sam hanya membalas dengan senyum.

Niko memelukku erat. "I'm really worried, Anna. Ayo, kita istirahat dulu," ujar Niko sambil menopangku berjalan. 

"Dimana kamar apartemenmu? Biar aku antar. Hari ini kamu gak perlu ke kantor," tambah Niko.

Sam yang mendengar pembicaraan kami segera menghampiri. Wajahnya menunjukkan kekhawatiran, tetapi juga ketegasan yang aneh.

"Wait, sorry interrupt" kata Sam dengan nada serius. "Aku tetangganya, dan aku tahu Anna tinggal sendirian di sini. Biar aku yang antar Anna ke kamarnya."

Niko yang terlihat bingung dan sedikit kesal menatap Sam dengan curiga. "Who are you?" tanyanya dengan nada menantang.

Sam menatap Niko dengan tenang namun tegas. "Saya Sam, tetangganya Anna. Saya yang seharusnya mengantarnya ke kamarnya. Saya tahu bagaimana kondisinya di sini."

Aku, yang merasa agak terjepit di antara dua pria ini, mencoba meredakan ketegangan.

"Niko, it's okay. Sam beneran tetanggaku, Dia bisa ngantar aku ke kamarku. Kamu gak perlu khawatir."

Niko masih terlihat tidak yakin, tetapi akhirnya mengalah. "Alright, Anna. Tapi kalau ada apa-apa, kamu langsung hubungi aku, ya?"

Aku mengangguk dan tersenyum lemah. "Thanks, ya Nic. I really appreciate you."

Sam kemudian membantuku berjalan menuju apartemenku. "Kamu pasti capek banget," katanya dengan suara lembut.

Aku mengangguk dan mencoba tetap tenang. Ketika kami sampai di depan pintu apartemenku, Sam membuka pintu dan membantuku masuk.

"Take rest, Anna. Kamu butuh banyak istirahat after kejadian tadi."

Aku mengangguk dan tersenyum padanya. "Thanks, Sam. You really nice"

Sam tersenyum dan menutup pintu dengan lembut setelah memastikan aku sudah duduk dengan nyaman di sofa.

"Anyway, can i borrow your phone?" Pintanya dengan sopan.

Tanpa pikir panjang aku mengambil ponselku yang ada di dalam tasku dan memberikannya pada Sam.

"Okay i put my number on your phone, kalau kamu butuh apa-apa, jangan ragu hubungi aku. Aku ada di apartemenku." ujar Sam sambil mengembalikan ponselku.

"Terima kasih, Sam," kataku lagi dengan tulus.

Setelah Sam pergi, aku merasa lega bisa beristirahat di rumah sendiri. Peristiwa di lift tadi benar-benar membuatku merasa lelah dan cemas namun, sekarang sudah berakhir.

Saat aku berbaring ponselku bergetar dan aku melihat pesan dari Martha dan Niko yang belum ku baca dan satu pesan dari kontak baruku.

Sam

Don't Forget to lock your door young lady.

Aku tersenyum mendapati pesan dari Sam dan mengunci pintuku dan kembali ke tempat tidurku dan membalas pesan Sam.

Sam

Don't Forget to lock your door young lady.

Done 👌🏻

👍🏻


Aku berbaring di tempat tidurku, memejamkan mata, dan perlahan-lahan tertidur, membiarkan tubuhku pulih dari ketegangan yang kurasakan sepanjang hari ini.

Dear SamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang