Gone (WenKai)

1.8K 147 24
                                    


.

Kakiku menapak perlahan , menyusuri lembah ketakutanku dan kepedihan . Gereja kini terasa sunyi senyap hanya langkah kakiku yang masih tersamar . Gravitasi serasa tak membantuku untuk berdiri tegak . Cahaya matahari pagi menyelusup di balik jendela-jendela gereja , kicauan pagi terasa mengantarkan kesedihanku .

Kau berjanji untuk menemuiku disini .

Kau berjanji untuk merapalkan janji sehidup sematimu disini bersamaku.

Kau berjanji untuk menciumku disini.

Air mata yang tadinya hanya menggantung di ujung mata kini mengalir perlahan , mengatakan seberapa besar kepedihan yang ku pendam selama ini . Melihat semua itu hanya sebuah angan yang sekarang hilang ditelan jutaan luka .

Pastur sedang melantunkan doa-doa suci untuk mengantarkanmu ke kebahagiaan abadi . Tapi tidak untuk kebahagiaanku , Kai-ah. Kau berjanji untuk tak meninggalkanku sendiri . Namun , sekarang kenapa aku harus merasa sendiri sekarang?Cintaku kandas , harapanku terbakar , semua masa depan yang kita rancang sudah hilang. Kau tega!

Kenapa kau tinggalkan aku?Kau bilang bahwa semuanya belum berakhir , kau berkata bahwa kau akan selalu disisiku jika aku membutuhkanmu , kau berjanji untuk selalu menghapus air mata yang ku keluarkan . Tapi sekarang , kau tak bisa bergerak dan berkata apapun untuk mengatakan alasan mengapa kau pergi?Bagaimana bisa kau menghapus air mata yang sudah terlanjur mengalir?

"Kumohon.."Lirihku sambil berusaha tetap berjalan ke arah dimana kau berada .

Semua yang datang untuk mendoakanmu memandangku dengan pandangan sedih dan sendu , Kai-ah. Apa aku semenyedihkan itu sekarang?

"Wendy..."Suara seorang pemuda tak menghentikan langkahku untuk meraihmu kembali ke pelukanku . Kenapa kau terasa begitu jauh?Ini tidak adil!

Sebuah tangan menangkap tanganku . Berusaha menghentikan langkahku yang sekarang terasa semakin berat . Mataku tak pernah lepas dari wajah tampan dan senyum manismu , apakah seperti ini akhir cinta yang kita agungkan selama 5 tahun?

Tangan itu mencengkeram ku semakain erat dan menghentakkannya untuk membalik tubuhku .Kini aku berhadapan dengan pemuda dengan lesung pipi dan tulang pipi yang tegas . Ia menatapku dengan pandangan sendu .

Kai , apakah aku se terluka itu?Sampai Yixing menatapku dengan pandangan sendu nya .

"Wendy-ah , kumohon hentikan... Ia.. Kai tak akan bisa kembali.."Air mataku terus mengalir tanpa kontrolku . Aku menggeleng lemah dan menolehkan kepalaku ke arahmu , dan lagi-lagi Yixing mengarahkan kembali pandanganku padanya .

"Lepaskan aku... "Tanganku berontak untuk melepaskan diri dari pegangan nya . Terus memberontak sekuat tenagaku .

"Lepaskan! LAY! Aku harus kesana, Kai membutuhkanku!Kumohon..."Aku menggertak ingin berusaha melepaskan kedua tanganku dari cengkeraman pemuda itu . Tapi , Lay seperti tak ingin dan tak mengizinkanku melihatmu untuk terakhir kali .

Aku terjatuh terduduk dan menangis sekuat-kuatnya .

Kau telah berjanji banyak padaku , Kim Jong In. Kau harus menepatinya! Harus ... Kai-ah...

"Kumohon , Lay-ge.. Aku ingin melihatnya..."Suaraku terdengar seperti tercekik dan putus asa. Lay duduk berusaha menopang tubuhku , pemuda itu tampak ragu tapi ia berusaha membantuku berdiri dan berjalan . Berjalan menuju peti mati yang berisi tubuh seseorang yang sudah kucintai seumur hidupku . Dengan seluruh hidupku .

Jika tak dengan topangan lengan kekar Lay , aku mungkin akan menyeret tubuhku untuk sampai ke hadapannya .

Kai ...

Disini aku berada di samping peti mati dan berusaha sekuat tenaga untuk tidak meraung-raung melihatmu yang sudah pergi jauh . Tanganku bergetar untuk menyentuh wajahmu yang sekarang terasa dingin . Mengelusnya perlahan dan menangis dalam diam , maafkan aku jika tetesan air mataku mengenai dirimu . Aku tak ingin mengantarmu dengan kesedihan namun apa daya jika aku seakan tak rela melepasmu begitu saja .

Kau bagai oksigen bagiku , oppa.

Aku ...

Aku ingin menyusulmu oppa .

Aku siap jika harus mengorbanku satu-satunya nyawa yang ku punya di dunia ini untuk menyusulmu . Semua kenangan tentangmu selalu menghantuiku bagai kaset lama yang diputar terus menerus . Senyummu , tawamu , candaanmu , kata-kata romantismu dan kecupan manis yang selalu kau lakukan di tidurku .

Perlahan aku mengambil pisau kecil di balik gaun hitam ku . Dan tanpa diketahui Lay , menyeset pergelangan tanganku .

Sakit... sangat sakit , Oppa . Kristal ini terus mengalir , menahan semua rasa sakit yang kurasakan karena sayatan yang terus aku buat .

"Wendy-ya!! Lay , Wendy menyeset tangannya sendiri!"Sebuah teriakan yang kukenali sebagai suara Sehun , sahabat Kai .

Terlambat , sayatan itu sudah mengucurkan darah dengan deras . Aku berhasil memotong nadiku , memotong tali kehidupanku . Pandanganku mengabur dan Lay berusaha melepas pisau kecil yang kugenggam erat serta melemparnya sembarang . Badanku limbung dan kulihat beberapa orang berusaha menyadarkanku dari kegelapan yang sebentar lagi menelanku bulat-bulat.

"Wendy-ya! Bertahanlah..Wendy!!Kumohon..."Suara Lay menggema di telingaku .

Pemuda itu berusaha menutup luka yang menganga cukup besar yang memudahkan darah keluar lebih cepat . Aku tak memiliki siapa-siapa lagi selain Kai . Dia separuh hidupku dan jika dia pergi aku juga harus pergi .

Karena kami satu . Wajah Lay terasa kabur dan mulai lamat-lamat menghilang sebelum kesadaranku habis , aku menoleh ke arah peti mati dan mendapati Kai sedang tertidur nyaman .

Setelah itu aku dibawa pergi menjauh .

Teriakan semua orang yang berusaha membangunkanku terasa meredam .

Dan semuanya berakhir dengan kegelapan pekat.

Fin

......................

Ini udah oneshoot ke-3

Sori banget klo updatenya lama pket banget , bnyak bnget rintangannya #eaaa

So , makasih yg udh vote and comment , utk sider jga thanks banget udh mau baca karya gue

Tpi , gue ngarep bnget bsa di vote hahaha

Sekian cuap" gak guna dri gue

XOXO , Nans~^^

Ours[FINISHED]Where stories live. Discover now