Here I Am - Wendy Yesung(Part 1)

687 54 5
                                    


Reccomended Song : Here I Am - Yesung

Typo Everywhere!

.

Yesung menilik ke dalam selimutnya dan menemukan seorang gadis yang tertidur pulas dengan tangan kiri sebagai alas kepalanya. Ia menyingkirkan kompres dari dahinya dan beranjak duduk dan bersender dengan bantal.

Ia menatap wajah tenang Wendy yang tertidur pulas. Kedua matanya terkatup rapat dan tangan kanannya bertautan jari dengan jemari miliknya.

Senyuman tipis terbit di wajah Yesung dengan tangan kiri perlahan mengusap pipi putih dan tembam Wendy. Gadis itu mengerjap, dan membuka kedua matanya perlahan. Mengerjap kembali dan menatap ke arah pemuda yang kini duduk dengan tatapan tertuju padanya.

"Sunbae?Apa masih panas?"Tangan kanan Wendy terangkah otomatis dan menempelkan telapak tangannya pada dahi Yesung sembari menyingkirkan rambut yang menghalangi mata pemuda tersebut.

Wendy tersenyum lega."Syukurlah. Demamnya sudah turun."Yesung tetap tak menjauhkan tatapannya dari gadis yang kini beranjak dan membereskan obat-obatan serta baskom berisikan air dan handuk.

"Aku akan membuat sarapan. Sunbae ingin makan apa?"Tanya Wendy berhenti di depan pintu, kembali menoleh ke arah Yesung yang tersenyum.

"Bubur saja cukup."

Wendy mengacungkan jempolnya dan keluar dari kamar lalu menutup pintu dengan perlahan.

Tak berselang lama, ponsel pemuda tersebut berdering. Nama seorang gadis tertera disana.

"Wae Seulgi-a?"

"Oppa?Sudah baikan?Apa aku perlu datang ke sana?Aku sedang tidak ada jadwal."Yesung tersenyum mendengar suara gadis yang ia rindukan di seberang sana.

"Eoh. Demamnya sudah turun dan datangla kesini. Bogoshipeo."

Kekehan ringan di seberang sana membuat Yesung tersenyum lebih lebar.

"Arraseo. Aku akan datang sekarang juga, oppa~"

"Ne. Hati-hati."

Pip. Telfon berakhir dan Yesung menghela nafas. Ia menggeser ponsek ke atas nakas dan menyandarkan kepalanya.

Seorang gadis berdiri mematung dengan senyuman tipis nan miris di wajahnya. Wendy mendongak dan menghela nafas untuk lalu kembali ke dapur dan memilih untuk mengantarkan air putihnya bersamaan dengan bubur.

Wendy memandang buburnya yang perlahan matang. Gadis itu bergegas meraih mangkok dan menuangkan bubur tersebut. Merebus telur dan kembali termenung.

Gadis itu sedang menilik masa dimana ia pertama kali menyukai sunbaeny tersebut. Seorang sunbae yang menyukai temannya. Wendy menatap telur tersebut lama, sangat lama hingga ia menyadari bel apartemen berbunyi.

Wendy membuka pintu dan mendapati sosok Seulgi tersenyum padanya.

"Yesung sunbae ada di dalam?"

Gadis itu mengangguk dengan senyuman lebar."Tentu saja."

Lalu, Seulgi masuk dengan mengganti sandal tanpa menggantung coatnya dan bergegas menuju kamar sunbaenya tersebut sedangkan dirinya kembali ke dapur untuk menyelesaikan buburnya.

Selesai dengan buburnya ia berjalan perlahan menuju kamar sunbaenya tersebut. Mendengar percakapan manis yang sakit jika ia dengar, nafasnya tiba-tiba terasa susah untuk di keluarkan. Sesak melingkupi dadanya dan rasanya ia ingin lari saat itu juga.

Namun, akhirnya ia membiarkan tangannya mengetuk pintu tersebut dan memutar kenop pintu tersebut, membukanya perlahan sembari bersusah payah membangun dinding tebal untuk hatinya. Wendy tersenyum semanis mungkin ke arah mereka berdua.

"Bubur sudah siap."Nada ceria palsu itu keluar begitu saja dari mulut Wendy. Mengacuhkan retakan lebar yang perlahan kembali ia berusaha rapatkan.

Seulgi mengambil alih mangkok tersebut dan tersenyum penug terima kasih ke arahnya.

"Kalau begitu, saya permisi sunbae. Seulgi-a. Cepat sembut sunbaenim."Buru-buru Wendy mengambil tas selempangnya dan tersenyum untum terakhir kalinya lalu berbalik, menyisakan wajah terluka.

Wendy menutup pintu kamar itu perlahan. Retakan itu perlahan hancur dan dinding pertahanannya lebur. Sesak yang ia rasakan membuat ujung pelupuk matanya mengeluarkan kristal bening yang sebentar lagi akan ia bersihkan dengan cepat.

Lalu, dengan mantap gadis itu berjalan dengan punggung tertunduk dan menghapus derai air mata yang perlahan menderas

.

"Proyek yang kita bicarakan harusnya selesai bulan-"

"Wendy?"Gadis yang sedari tadi menatap.keluar jendela bercepat menoleh kembali dan menunjukkan perhatiannya pada isi kelas. Beberapa murid yang tergabung pada team sukses acara festival tengah menatapnya. Menyelipkan tatapan penuh tanya.

"Ah!Maaf- aku tidak dalam fokus ku. Silahkan lanjutkan."Gadis itu tersenyum dan mengambil penanya, bersiap mencatat apa-apa yang Ketua Pelaksana katakan padanya.

"Dan untuk acara pertunjukkan panggung, team kreatif sudah membicarakannya dengan klub vokal untuk mengadakan pertunjukkan duet."

"Dan-"Tatapan Sehun tertuju pada Wendy, yang di balas tatapan tak mengerti gadis tersebut.

"Kau akan tampil di sesi tersebut dan juga ku tunjuk sebagai penanggung jawabnhya bersama klub vokal."Putus Sehun sembari mengedikkan bahu kepada sang sekretaris untuk membuatkan laporannya.

Gadis itu terkejut."Tapi, Hun-"

"Bukankah kau wakil ketua klub vokal?Akan lebih mudah mengoordinasikannya daripada aku menunjuk orang lain. Dan juga aku sangat mengenalmu, bukan aku pilih kasih tapi hanya saja lebih nyaman bekerja sama dengan seseorang yang kau kenal dekat."Penjelasan panjang lebar Sehun membuat Wendy yang ingin protes kembali menutup mulutnya.

Sehun menanggapi kediaman Wendy sebagai persetujuannya. Toh, Wendy berkompeten jika melakukan kewajibannya.

"Dan untuk partner duet Wendy, adalah salah satu solois lelaki yang terkenal di kampus ini."Sehun melirik Wendy yang kembali memfokuskan dirinya pada pemandangan luar.

Pemuda itu mendesah lelah menanggapi Wendy. Dengan begitu ia memutuskan memberitahukan duet parnternya dengan lantang pada gadis tersebut.

"Wendy, partner duetmu adalah Yesung Sunbenim. Kau keberatan?"

.
.
.
.
.
.

Tbc

.

Nyempetin nulis. Tadinya ini sekedar ide biasa tpi kepikiran buat di update.

Untuk ff ini gue pakek kapel rare lagi :) smoga suka dan tungguin part 2 nya.

Utk req dimohon kesabarannya;))))

Gue tau menunggu it ga enak tpi kudu otokeh?Gue ga bisa bukak laptop untuk nulis lanjutannya.

Vomments

XOXO Nans

Ours[FINISHED]Where stories live. Discover now