Ketika mata mereka beralih, keduanya melihat di hadapan mereka telah berdiri seorang laki-laki yang sudah tua sekali. Rambutnya sudah putih semua. Pakaiannya penuh tambalan dan sikapnya sungguh menyebalkan. Tangan kanannya memegang sebuah paha ayam yang hanya sisa tulangnya saja. Sedangkan tangan kirinya menggenggam sebuah kendi arak. Mulutnya mengeluarkan suara tawa terkekeh-kekeh.
Melihat kehadiran orang ini, hampir sebagian besar para hadirin mengeluarkan suara seruan terkejut.
"Po Siu-cu Cian Cong (Si Lengan Koyak Cian Cong)!!!"
Wajah Liu Seng juga berubah hebat. Tetapi perubahan wajahnya bukan menunjukkan ketakutan tetapi kegembiraan yang di luar dugaan. Tampang orang ini seperti pengemis, raut wajahnya seperti monyet. Benar-benar membuat sebal siapapun yang memandangnya. Tetapi sejak enam puluh tahun yang silam, namanya sudah menggetarkan dunia Kangouw. Orang ini juga disebut sebagai salah satu dari tokoh teraneh zaman itu.
Siapa sangka hari ini, enam puluh tahun kemudian, secara di luar dugaan dia bisa memunculkan diri. Bagaimana hal ini tidak membuat para hadirin terkejut dan gembira?
Dengan tergesa-gesa Liu Seng maju ke depan dan menjura penuh hormat. Belum lagi dia sempat membuka mulut, Cian Cong sudah mendengus berat, matanya langsung mengerling ke arah lain.
"Pengemis tua paling benci segala peradatan, pergi sana!" katanya kesal.
Biar bagaimanapun, Liu Seng merupakan tokoh yang sudah berpengalaman. Dia mengerti tokoh aneh yang sudah lama menghilang dari dunia Kongouw ini tidak menyukai segala macam tata krama. Oleh karena itu dia hanya mengembangkan seulas senyuman dan menepi ke samping. Namun sikapnya tetap terlihat penuh hormat kepada Cianpwe tersebut.
Begitu matanya memandang, dia melihat paha ayam di tangan orangtua ini hanya tinggal tulangnya saja, tetapi tokoh tersebut masih menggerogotinya dengan nikmat.
Sampai rasanya sudah tidak ada lagi, dia baru rela memasukkannya kembali ke dalam saku pakaian.
Sepasang matanya yang menyorotkan kilatan cahaya segera beralih kepada para hadirin kemudian berhenti pada diri Tian Tai Tiau-siu.
"Apakah kau yang bernama Kok Hua-hong dan bergelar Tian Tai Tiau- siu?" tanyanya dengan nada berat.
Kata-kata ini diucapkan dengan perlahan namun mengandung kewibawaan yang tidak terkirakan. Hati Kok Hua-hong langsung berdebar-debar. Perasaannya menjadi tidak tenang. Tetapi dia berusaha menenangkan hatinya yang kacau.
"Aku memang Kok Hua-hong. Entah Locianpwe ada petunjuk apa?"
Sepasang alis Cian Cong tampak berkerut. Tampaknya dia mempunyai masalah yang berat yang tidak dapat dipecahkannya. Sejenak kemudian terlihat dia menyunggingkan seulas senyuman.
"Mengherankan! Pengemis tua sudah lama sekali berkecimpung di dunia persilatan. Hal aneh apapun sudah pernah aku jumpai. Tetapi tidak ada yang lebih aneh dari kejadian malam ini!"
Mendengar ucapannya, hati Kok Hua-hong semakin kalut. Wajahnya berubah hebat seketika. Tanpa sadar kakinya mundur dua langkah. Melihat gayanya, rasanya dia sudah menghimpun tenaga dalam dan siap melancarkan serangan. Sinar mata Cian Cong kembali beredar kepada para hadirin. Dia mengeluarkan suara tertawa yang terbahak-bahak. Kepalanya menoleh ke arah dinding pekarangan yang tinggi.
"Hei, turunlah!" teriaknya dengan suara lantang.
Baru saja ucapannya selesai, dari atas dinding pekarangan melayang turun seseorang.
Gerakannya sangat cepat. Tubuhnya mendarat di atas tanah tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Kepalanya ditutupi dengan sebuah topi pandan. Di pundaknya memanggul sebatang kail yang panjang. Siapa lagi kalau bukan Tian Tai Tiau-siu Kok Hua-hong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
ActionDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...