Kiau Hun mengulurkan tangannya menyambut surat dan botol tersebut. Tampaknya dia tidak terlalu ambil hati karena dia sama sekali tidak meliriknya sekilaspun. Langsung saja dimasukkannya ke dalam saku pakaian.
Oey Kang mendongakkan wajahnya tertawa terbahak-bahak.
"Oey Ku Kiong, kemarilah!" panggilnya.
Oey Ku Kiong segera mengiakan. Dia segera menghampiri ayah angkatnya itu. Oey Kang mengulurkan tangannya menepuk-nepuk pundak putra angkatnya. Dengan nada menghibur dia berkata, "Sejak kehilangan jejakmu di Pek Hun Ceng, ayah persis seperti seekor anjing gila yang mencari ke mana-mana. Sementara itu ayah juga khawatir apabila kau sampai dicelakai oleh orang atau dibunuh secara diam-diam. Hampir seluruh perkampungan ayah kelilingi, setiap jengkal tanah ayah gali, tetapi tetap saja tidak menemukan dirimu ataupun mayatmu. Ayah sama sekali tidak menyangka kalau kau demikian cerdik dan mempunyai pikiran yang luas sehingga bergabung lebih duluan dengan pihak Lam Hay..."
Sepasang mata Oey Ku Kiong menatap wajah ayah angkatnya lekat-lekat. Tadinya dia ingin mengatakan bahwa dia tidak memperdulikan segalanya karena jatuh cinta kepada Kiau Hun. Itu pula sebabnya dia meninggalkan Pek Hun Ceng. Tetapi kata-katanya hanya sampai di ujung bibir, akhirnya dia tidak sanggup juga mengucapkannya keluar.
Terdengar kembali suara tawa Oey Kang yang keras.
"Ceng Kouwnio merupakan selir kesayangan Toa Tocu, kau bisa mengikutinya ke mana-mana, pasti merupakan suatu keberuntungan bagi dirimu. Lagi pula sore nanti kita akan menyerbu ke puncak bukit Tok Liong Hong ini, paling tidak kau harus memberikan bantuan kepada Ceng Kouwnio dengan melihat-lihat situasi. Kesempatan yang bagus ini harus kau pergunakan baik-baik. Jangan sampai membuat ayahmu ini kecewa."
Seraya berkata, dia memberi salam kepada Kiau Hun kemudian membalikkan tubuhnya meninggalkan tempat tersebut. Oleh karena itu, Kiau Hun dan Oey Ku Kiong pun kembali ke ruang pertemuan di atas puncak bukit Tok Liong Hong.
Terdengarlah suara tawa yang keras dan dentingan cawan yang saling beradu. Suasana di dalam ruang pertemuan itu bising sekali. Rupanya ketika Tan Ki berhasil merebut kedudukan Bulim Bengcu, Liu Seng langsung menyatakan akan merayakannya saat itu juga. Para hadirin minum arak dan makan hidangan yang disediakan dengan perasaan gembira.
Begitu masuk, Kiau Hun melihat kesempatan untuk melaksanakan tugas dari Toa Tocu sudah ada di depan mata. Tampak sepasang alisnya menjungkit ke atas dan menyiratkan hawa pembunuhan yang tebal. Dia memberi isyarat kepada Oey Ku Kiong dengan menganggukkan kepalanya. Kemudian berjalan menuju tempat duduk tamu-tamu wanita.
Di sekeliling meja yang paling depan saat itu duduk Ceng Lam Hong, Mei Ling, Liang Fu Yong, Lok Ing serta dua orang gadis bercadar hitam. Semuanya berjumlah tujuh orang.
Tanpa sungkan lagi Kiau Hun langsung duduk di sebuah kursi yang masih kosong. Setelah itu dia mengangkat cawan yang ada di hadapannya dan sekaligus meneguk sampai kering arak yang terisi di dalamnya.
Orang-orang yang hadir dalam ruangan itu sebagian besar merasa kagum juga terhadap ilmu silat Kiau Hun yang tinggi. Melihat dia yang sudah pergi meninggalkan tempat itu tahu-tahu balik kembali, tanpa dapat ditahan lagi kepala mereka semua menoleh kepadanya dan ratusan pasang matapun terpusat pada dirinya.
Tetapi Kiau Hun justru seakan tidak melihat pandangan mata mereka, dia tidak melirik sekilaspun dan tetap meneguk araknya dengan santai. Sikapnya yang membingungkan ini malah membuat kaum wanita yang duduk di sekitarnya merasa tidak tentram.
Tan Ki yang duduk di bagian paling tinggi saat itu tiba-tiba bangkit berdiri. Kemudian terdengar dia berkata dengan suara lantang.
"Saudara-saudara sekalian, mohon dengarkan perkataanku ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
ActionDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...