42. Jarum Bunga Bwe

2K 34 1
                                    

Tiba-tiba terdengar suara tertawa dingin dari mulut Miao Fei Siong. Telapak tangannya menghantam ke depan. Entah bagaimana caranya, tahu-tahu dia sudah berhasil menghindar dari kilatan golok Ban Jin Bu, posisinya sendiri masih belum berubah, dia tetap menerjang ke arah si pengemis sakti Cian Cong.

Ban Jin Bu hanya merasa ada serangkum tenaga yang kuat menahan gerakan goloknya. Dia segera merasa dadanya agak tergetar dan lengannya kesemutan. Golok pusaka di tangannya melayang seketika. Tubuhnya sendiri terpental sejauh tiga depaan.

Untung saja sejak kecil dia sudah mendapat latihan ilmu Silat dengan keras. Dalam keadaan seperti itu dia tidak menjadi panik. Cepat-cepat dia menarik nafas dalam-dalam dan merentangkan sepasang lengannya sehingga dengan gerakan yang indah dan perlahan-lahan dia melayang turun kembali di atas tanah tanpa terluka sedikitpun.

Dia segera memusatkan pandangan matanya. Tampak Miao Fei Siong yang menahan goloknya dengan kekerasan hanya menjadi jambat sedikit gerakannya, namun dia tetap menerjang ke arah si pengemis sakti Cian Cong. Jaraknya sudah begitu dekat, andai kata Ban Jin Bu berniat memberikan pertolongan, rasanya hanya sia-sia saja. Begitu paniknya hati anak muda ini, sampai-sampai air matanya hampir mengalir keluar. Dia hanya memandang lekat-lekat sambil menghentakkan kakinya di atas tanah keras-keras.

Tiba-tiba terdengar suara siulan yang beliung dan nyaring. Kemudian disusul dengan serangkum angin kencang yang menghempas lewat di atas kepala Ban Jin Bu. Sesosok bayangan berwarna hitam menerjang cepat ke arah Miao Fei Siong.

Suara tawa yang panjang dan dengusan berat terdengar dalam waktu yang bersamaan, matanya agak berkunang-kunang. Dua sosok tubuh melayang turun di atas tanah saat itu juga.

Ban Jin Bu segera menenangkan hatinya lalu memusatkan perhatian. Tampak Lok Yang Sin Kiam Liu Seng sudah menghadang di depan si pengemis sakti Cian Cong. Sepasang matanya menyorotkan sinar yang dingin. Wajahnya menyiratkan kegusaran yang tidak terkirakan. Hal ini membuktikan bahwa laki-laki setengah baya yang ilmunya setingkat dengan pendekar tingkat delapan ini sudah meluap hawa amarahnya karena tindakan pihak Lam Hay dan Si Yu yang berkali-kali menyerbu ke Tok Liong-hong dengan berani.

Cian Cong masih memejamkan matanya mengatur pernafasan. Tubuhnya tidak bergerak sama sekali, tetapi bukan berarti dia tidak tahu bahwa ada orang yang mencoba membokongnya lalu kemudian ada orang pula yang memberikan bantuan kepadanya.

Tiba-tiba dia membuka sepasang matanya dan mendelik ke arah Miao Fei Siong sekilas. Setelah itu cepat-cepat dia memejamkan matanya kembali.

Sementara itu, dari belakang Ban Jin Bu terdengar suara kibaran pakaian, rupanya Mei Ling dan Tan Ki juga sudah sampai di tempat tersebut. Dia menolehkan kepalanya memandang ke arah mereka.

"Tan-heng, bagaimana keadaan di puncak bukit?" tanyanya gembira.

Tampaknya hati Tan Ki juga sedang diliputi kegusaran yang tidak terkirakan, mendengar pertanyaan itu sepasang alisnya langsung mengerut-ngerut.

"Paman Heng Sang Si beserta dua orang pendekar tingkat delapan yang tidak kuketahui namanya dan ada lagi enam orang pendekar pedang tingkat tujuh yang menjaga bagian penyimpanan ransum..."

Belum lagi ucapannya selesai, di bagian utara bukit tersebut tiba-tiba terlihat segumpal cahaya berwarna kemerahan, tingginya mencapai sepuluh depaan sehingga seluruh bukit bagai diselimuti awan merah. Dilihat dari kejauhan bagai matahari yang berbentuk setengah lingkaran. Kalau ditilik dari cahaya itu saja, dapat dipastikan bahwa di bagian tersebut sedang terjadi kebakaran hebat dan rasanya sulit dipertahankan lagi.

Tan Ki memperdengarkan suara tawa yang dingin. Dia menunjuk ke arah kobaran api dan berkata, "Beginilah akibatnya, meskipun paman Heng Sang Si sudah mempertahankan bagiannya mati-matian dan sekaligus menghadapi tiga orang lawan, namun rekan-rekannya yang merupakan pendekar pedang tingkat delapan sudah tewas satu sedang yang lainnya terluka parah. Enam orang dari pendekar pedang tingkat tujuh juga sudah ada empat yang rubuh. Untung saja Sam Siok Yibun Siu San cepat mendengar kabar dan segera menyusul tiba. Bagaimana kejadian berikutnya aku tidak tahu lagi. Dengar-dengar di tempat Tian Bu Cu Locianpwe menutup diri juga sudah terlihat adanya jejak musuh..."

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang