22. Hati yang Beku Bagaikan Es

2.5K 39 1
                                    

Tampaknya dia tidak ingin membuat Kiau Hun penasaran. Dengan tersendat-sendat dia segera menyahut, "Kouwnio... a... ku."

Perlahan-lahan Kiau Hun melangkahkan kakinya menghampiri. Ketika dia berhasil melihat jelas Oey Ku Kiong, tanpa dapat ditahan lagi bibirnya mengembangkan senyuman yang manis.

"Sudah larut malam seperti ini, mengapa kau masih datang juga ke tempat ini?"

Kiau Hun tampaknya sudah tahu kalau selama beberapa hari ini Oey Ku Kiong selalu mengintil di belakangnya. Oleh karena itu pula, begitu melihat Oey Ku Kiong dia tidak merasa terkejut sama sekali. Penampilannya tetap tenang dan bibirnya terus tersenyum simpul.

Berada di hadapan pujaan hatinya, keberanian Oey Ku Kiong seakan kandas entah ke mana. Di dalam tenggorokannya seperti ada benda yang tercekat. 

Setelah tertegun sejenak, dengan susah payah dia baru dapat menyahut... "Cayhe mengkhawatirkan keselamatan kouwnio..."

Kiau Hun tersenyum lembut.

"Apakah kata-katamu ini hanya alasan yang kau kemukakan dalam keadaan terdesak?"

"Mana berani Cayhe mendustai Kouwnio?" Bola mata Kiau Hun mengerling sekilas. Dia menggigit bibirnya perlahan-lahan.

"Apakah kau takut aku akan terluka di tangan orang yang bernama Kim Cian itu?" selesai berkata, kembali bibirnya tersenyum simpul. Langkah kakinya maju setindak demi setindak mendekati Oey Ku Kiong.

Di bawah cahaya rembulan, tampak kulitnya begitu putih bagai hamparan salju, di antara senyumnya bagai ada ribuan bunga yang bermekaran. Tanpa dapat ditahan lagi Oey Ku Kiong memandangnya dengan terkesima. Tampak dia mengulurkan tangannya perlahan-lahan dan menggenggam tangan kanan anak muda tersebut.

"Selama beberapa hari ini, kau terus mengikuti dari belakang. Bukannya aku tidak tahu, tapi aku selalu mengajukan pertanyaan kepada diriku sendiri, sebetulnya mengapa kau melakukan hal ini? Aih, aku tahu apa yang kau pikirkan dalam hati. Dan aku juga mengerti mengapa kau selalu mengikuti aku dari belakang dan tidak mau meninggalkan aku sedikitpun.. Tapi ada suatu hal yang perlu kau ketahui. Untuk seumur hidup ini, aku tidak mungkin jatuh cinta lagi pada siapapun. Cinta kasih dalam hatiku sudah membeku bagai es di daerah kutub dan sudah terbenam di tempat yang tidak mungkin diinjaki manusia."

Oey Ku Kiong merasa tiba-tiba ada beban yang berat sekali mengganduli hatinya. Perasaannya tergetar, kesedihannya terbangkit seketika. Tanpa dapat dipertahankan lagi, dia menundukkan kepalanya perlahan-lahan, Kiau Hun melihat anak muda itu berdiri tegak. dengan kepala tertunduk, tampangnya benar-benar mengenaskan. Bagai orang yang kehilangan sukmanya. Tanpa terasa segulung rasa iba timbul dalam hatinya.

Terdengar dia menarik nafas dalam-dalam dan seakan menyesali diri sendiri dia berkata, "Sayangnya pertemuan kita terlalu lambat."

Pikiran Oey Ku Kiong tergetar, tiba-tiba dia mendongakkan kepalanya. Sepasang matanya menatap wajah Kiau Hun lekat-lekat.

"Kouwnio masih terhitung seorang gadis remaja, Cayhe juga baru berusia dua puluh tahun. Mengapa bisa mengatakan bahwa pertemuan kita ini sudah terlambat?"

Kiau Hun memperlihatkan sekulum senyum yang pilu.

"Ketika kita bertemu, hatiku sudah terpaut di tempat lain. Lagipula keadaan diriku juga bukan gadis yang suci lagi."

Perlahan-lahan dia menarik nafas panjang. Di antara sepasang, alisnya tampak kerutan yang seakan menyesali keadaan anak muda tersebut. Kemudian dia melanjutkan lagi kata-katanya.

"Setiap sepuluh langkah, kita pasti bertemu dengan sekumpulan rerumputan. Di dunia yang luas ini entah berapa banyak gadis yang jauh lebih cantik daripada diriku, Kiau Hun. Mengapa kau justru menyukai bunga yang layu dan orang yang sudah tersesat jauh seperti diriku ini? Bahkan cintamu demikian dalam! Apalagi baik hati maupun tubuhku sudah milik orang lain. Seumur hidup ini tidak mungkin aku mengalihkan lagi perasaanku ini. Biar bagaimana tulusnya hatimu padaku, kau malah hanya mencari penyakit bagi dirimu sendiri."

Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang