Wajahnya saat itu masih jelek dan menyeramkan seperti sebelumnya.
Terdengar suara tawa yang merdu dari mulut gadis itu.
"Mengapa kau bisa terluka?"
Sikap gadis ini sangat wajar. Suara tawanya bagai irama lonceng yang merdu. Keseluruhan dirinya sangat mempesona. Hati Tan Ki jadi berdebar-debar.
Semacam perasaan yang sulit dilukiskan menyelinap di sanubarinya. Cepat-cepat dia menenangkan perasaannya.
"Cayhe terluka oleh pukulan si Lengan Koyak Cian Cong," sahutnya lirih.
"Aduh... memangnya kau anggap siapa Cian Locianpwe itu, mengapa kau sampai berkelahi dengannya? Setahuku, dia paling membenci kejahatan dan selalu membela kebenaran. Kalau begitu, tentunya kau ini orang jahat..."
"Dibilang terlalu baik, tidak, tetapi juga tidak terlalu jahat." sahut Tan Ki.
Mendengar kata-katanya, gadis itu langsung tertawa cekikikan.
"Cara bicaramu lucu juga," begitu tertawa, tampaklah dua baris giginya yang putih bersih.
Bentuknya juga indah dan di bawah sorotan cahaya lampu minyak yang terdapat di atas meja malah tampak berkilauan.
Rupanya hari sudah menjelang malam. Sinar mata Tan Ki bertemu dengan pandangan gadis itu. Perasaan yang aneh tadi kembali merayap dalam hatinya. Perasaannya menjadi bergejolak, pikirannya seperti melayang-layang sehingga dia sendiri tidak tahu pasti apa yang sedang melintas di benaknya.
Justru ketika dia sedang termenung-menung itulah, terdengar kembali suara tawa gadis itu yang merdu.
"Aku ada sedikit urusan dan ingin keluar sebentar. Apabila kau menginginkan sesuatu, kau boleh berteriak saja. Oh ya, namaku Mei Ling..." tiba-tiba dari luar terdengar suara langkah kaki yang membuat kata-katanya terputus.
Angin yang berhembus membawa serangkum keharuman yang lain. Tahu- tahu di dalam kamar itu sudah bertambah seorang gadis yang juga sangat rupawan. Sepasang alisnya lebat dan hitam. Pinggangnya kecil sekali seperti bisa putus apabila dia melenggok terlalu kencang.
Penampilannya lebih lincah dan matanya berbinar-binar. Dia memakai gaun panjang dengan motif kembang-kembang. Tampak dandanannya seperti seorang hamba pelayan.
Mei Ling tersenyum-senyum, jari telunjuknya menuding ke arah gadis tersebut namun wajahnya menatap Tan Ki.
"Dia bernama Cen Kiau-hun. Kedudukannya memang disebut pelayan, tetapi hubungan kami sudah seperti saudara kandung. Sejak kecil kami dibesarkan bersama-sama." katanya menjelaskan.
Tampaknya pelayan bernama Kiau Hun itu tidak suka melihat tampang Tan Ki yang jelek. Sepasang alisnya mengerut ke atas.
"Dia toh sudah sadar, mengapa tidak disuruh pergi saja?" gerutunya sebal.
"Aku sudah mencekokinya dengan tiga butir pil Siau Fan-tan. Meskipun orangnya sudah sadar, tapi luka dalamnya belum sembuh sama sekali. Walaupun dia dapat berjalan, tetapi lukanya parah sekali. Di mana dia dapat mencari tempat peristirahatan yang tenang. Apalagi tidak ada orang yang merawatnya. Bukankah sama saja kau menyuruh dia menunggu kematian?" sahut Mei Ling.
Kiau Hun terlihat panik sekali mendengar kata-katanya.
"Aduh, Siocia... membiarkan dia di tempat ini bukan jalan yang baik. Nanti kalau Suhu datang..." dia seperti teringat akan sesuatu yang tidak boleh dibicarakan. Kata-katanya terhenti seketika.
"Benar... mengapa aku sampai melupakan hal ini? Seumur hidupnya, Suhu paling benci orang laki-laki. Kalau sampai dia melihat orang ini, tentu urusannya bukan main-main lagi. Jadi... kita harus bagaimana?" sahu Mei Ling gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Iblis Seribu Wajah - Gu Long
ActionDunia Kangouw yang selama ini tenang dan damai tiba-tiba saja dilanda gelombang badai yang dahsyat. Seorang algojo muncul entah dari mana. Persis seperti malaikat maut yang mencabut nyawa orang-orang yang dipilihnya. Tidak ada seorang pun yang tahu...